30. Protektif

20 9 0
                                    

 "Kak Aksa," Cinta mencoba memanggil, namun Aksa tak menjawab. "Kak!" teriak Cinta akhirnya.

 Aksa masih tak menjawab. Laju mobil menjadi pelan, kemudian menepi dan berhenti. Aksa keluar dari mobil, kemudian Cinta menyusul. Ketika Cinta mendekat, Aksa berbalik dan memandang gadis dengan wajah bingung itu.

 "Maaf." Hanya itu yang Aksa katakan.

 "Kenapa minta maaf?"

 "Tadi Kakak kesel karena…" Ucapan Aksa terhenti. Kini Aksa bingung harus menjelaskannya. 

 "Aku ngerti Kakak masih marah sama Antony. Tapi aku harap Kakak bisa selesaikan segala urusan perusahaan dengan baik." Cinta berusaha menenangkan dengan mengusap pundak kiri Aksa.

 "Makasih ya, Dek," balas Aksa sambil meraih tangan kanan Cinta yang berada di pundaknya.

 Kening Cinta berkerut, "Dek?" 

 "Kenapa? Salah kalau aku panggil Dek? Atau mau di panggil Sayang aja?" goda Aksa yang kini menggenggam telapak tangan Cinta.

 Cinta reflek menutup mulutnya dengan tangan kiri. Gadis itu menahan tawa. Melihat reaksi Cinta membuat Aksa ingin menggodanya lagi. Aksa mendekatkan wajah kemudian berbisik.

 "Sayang?" 

 Bisikan itu membuat bulu kuduk Cinta meremang dan jantungnya berdebar kuat. Cinta menutup matanya dengan telapak tangan sambil tertawa.

 "Kenapa sih malah ketawa? Mau ku panggil Sayang?" Aksa menurunkan tangan Cinta agar bisa menatap mata indahnya.

 "Nggak mau, ah. Kakak ingetin aku sama Antony aja," jawabnya sambil melepaskan genggaman tangan Aksa, kemudian beranjak.

 "Oh, jadi Antony manggil Sayang?" goda Aksa sembari menyusul Cinta.

 "Lagian ngapain panggil Sayang segala. Emang hubungan kita apa?"

 Aksa terbahak mendengar pertanyaan Cinta. 

 "Eh." Cinta langsung menyesali ucapannya sendiri.

 Cinta merasa sangat malu, jadi segera masuk ke mobil dan menutup pintu. Aksa yang masih meredakan tawa pun menyusul masuk. Begitu Aksa menutup pintu, Cinta segera memasang seat belt dengan kikuk. Aksa pun kembali memasangkan. Selanjutnya mereka saling diam dalam perjalanan, hingga suara perut Cinta membuat Aksa menoleh.

 "Ya, ampun. Aku sampai lupa kita belum makan siang," sesal Aksa. "Maaf, ya"

 "Kita makan di resort aja. Aku kan harus cek persiapan pemotretan nanti" ujar Cinta sambil memegang perutnya.

 "Ya udah, paling 15 menit sampai," sahut Aksa. "Jam berapa pemotretannya?"

 "Mulai jam 3," jawab Cinta mengakhiri pembicaraan.

                                  ***


 Sejak dua jam sebelum pemotretan semua peserta tur sudah bersiap, terutama para gadis yang mementingkan make up mereka. Sementara yang lain sibuk mempersiapkan diri, Cinta malah santai saja di ruang wardrobe. Gadis itu memeriksa kembali baju-baju yang akan Aksa kenakan.

 "Kak Cinta, ini busana pertama Pak Aksa." Seorang dari tim fashion stylist memberikan suit warna hitam.

 "Makasih, ya."

 Cinta segera menyusul Aksa ke ruang make up. Ternyata Aksa baru saja selesai, Cinta segera menghampiri.

 "Ini suit yang harus Bapak pakai."

 Aksa menerima setelan hitam itu, kemudian pergi ke ruang ganti. Tak berapa lama, Aksa pun keluar. Cinta segera menghampiri untuk merapikan busana yang Aksa kenakan. Cinta merapikan kerah, lalu memasang kancing teratas. Aksa dan Cinta saling menatap dan tersenyum.

AKSA dan CINTAWhere stories live. Discover now