12

4K 303 33
                                    

Happy reading semuanya, terima kasih sudah mengikuti dan mendukung cerita ini....

***

Anita menatap Zion yang sudah terlelap setelah menangis sesegukan tadi. Anita sudah menggantikan baju Zion dengan baju yang lebih santai. Menenangkan cucunya yang tidak berhenti menangis hingga akhirnya kelelahan dan tertidur juga.

Jejak air mata masih membekas di pipi Zion. Bahkan sesekali cucunya itu masih tersedu dalam tidurnya. Anita tidak berhenti menepuk-nepuk pelan punggung Zion, berusaha memberikan ketenangan meskipun hanya sedikit.

Setelah hampir setengah jam lamanya, Anita akhirnya bisa beranjak dari sana. Dia kembali ke bawah, dan mendapati Reska masih duduk di sofa yang sama. Belum beranjak sedikitpun sejak tadi. Reska menundukkan kepalanya, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Anita berjalan pelan, kemudian duduk di samping Reska dengan pelan juga, tidak ingin mengejutkan dan mengganggu putranya. Namun pergerakannya disadari oleh Reska yang langsung menegakkan duduknya. Reska mengusap wajah lelahnya, kemudian menyandarkan punggungnya.

"Zion sudah tidur, capek menangis sepertinya...," Jelas Anita yang hanya dijawab anggukkan oleh Reska.

Anita menghela nafas. Keputusan Reska untuk pindah ke Jakarta lagi sempat ditentang oleh Anita. Alasannya sederhana, putranya tidak akan bisa mengurus Zion dengan kesibukannya yang padat. Selama ini Anita yang lebih banyak meluangkan waktu untuk cucunya dibandingkan Reska.

"Jangan terlalu keras dengan Zion. Dia masih belum mengerti." Lanjut Anita lagi.

"Zion sudah harus mulai mengerti Ma, dia bukan anak kecil lagi. Reska tidak bisa menuruti semua kemauan Zion. Ada batasnya..." Dan untuk kali ini tentu saja Reska sangat amat tidak mungkin membiarkan Zion berkeliaran di sekitar Gemini.

"Mama sudah bilang pikir-pikir dulu terima tawaran pindah ke Jakarta kemarin. Kamu nggak mau dengar Mama sih. Sekarang kamu pusing sendiri sama kerjaan kamu, anak kamu nggak keurus, Mama juga yang ujung-ujungnya harus datang ke sini. Sudah benar-benar kemarin di Surabaya saja. Pakai acara mau cari suasana baru. Atau jangan-jangan kamu ke Jakarta memang mau bertemu Gemini lagi ya?" Anita mendelik pada Reska. Dia jadi teringat pertemuan mereka yang tidak terduga tadi.

"Mama jangan aneh-aneh, Reska tidak pernah kepikiran seperti itu. Lagian kan mama tahu alasan Reska pindah ke Jakarta kenapa. Tidak mungkin Reska ingin bertemu Gemini. Mama lihat tadi reaksi Gemini bagaimana kan?" Bahu Anita merosot ketika mengingat Gemini tadi.

Gemini adalah anak perempuan yang manis ketika Reska mengenalkannya pada Anita. Penuh semangat, periang, optimis, dan baik hati. Anita yang memang tidak memiliki anak perempuan dan Gemini yang sudah kehilangan kedua orang tuanya, entah mengapa takdir seperti mempertemukan mereka. Hubungan keduanya bisa dibilang seperti Ibu dan anak.

Tapi melihat respon Gemini tadi yang seolah menjaga jarak dengannya, ada perasaan sedih di hati Anita, tapi dia bisa apa. Semua yang terjadi dulu terlalu menyakitkan untuk diingat. Berapa kali pun Anita meminta maaf pada Gemini dia tidak yakin Gemini akan memaafkannya.

"Terus sekarang apa yang mau kamu lakukan? Anakmu ngerengek terus nggak mau dilarang ketemu Gemini. Sekali-sekali boleh kali Ka, jangan sampai nggak boleh begitu..." Kata Anita menyarankan.

Reska menatap Ibunya, memberikan tatapan yang serius sekali sembari berpikir untuk menyusun kata-kata yang sederhana untuk dicerna. Reska sedang tidak ingin menjelaskan apa-apa pada siapapun sekarang, tapi Ibunya pasti akan menuntut penjelasan.

"Gemini tidak ingin Zion berada disekitarnya Ma. Dia bahkan bilang Zion pengganggu. Bagaimana mungkin aku membiarkannya? Zion memang tidak mengerti, tapi mulai sekarang dia harus mengerti. Tidak semua hal berjalan sesuai keinginan dan kemauannya." Putus Reska final.

Thirty Five (Completed)Where stories live. Discover now