49

1.3K 171 8
                                    

Happy reading guys, jangan lupa vote dan comment nya yaa. Terima kasih.

BTW mau cerita ini sampai mana nih? 

***

 "Gemini sakit!" Tasya berdiri di depan pintu sambil menunjukkan wajah sumringahnya pada Gemini yang terbaring di ranjang rumah sakit. Gemini memang tidak selemah kemarin, tapi dia juga belum punya banyak tenaga untuk menanggapi Tasya karena semua kekuatannya sudah terkuras untuk bertengkar dengan Galang.

Di belakang Tasya ada Nicho yang juga datang dengan wajah bahagianya. Kalau dulu Gemini bertanya-tanya bagaimana bisa kedua sahabatnya ini jatuh cinta bahkan sampai menikah, dia rasa sekarang dia sudah punya jawabannya. Satu frekuensi. Seperti ikan paus yang mencari pasangan, maka Tasya dan Nicho punya frekuensi yang sama dan bisa saling mengerti satu dengan yang lainnya.

Nicho mengangkat barang bawaannya ke udara, menunjukkannya pada Gemini. Rasa kesal Gemini hilang seketika saat melihat bungkusan ayam goreng dari salah satu restoran cepat saji kesukaan mereka sejak dulu. Wajah cemberut Gemini berganti jadi tersenyum lebar.

"Nicho!" Seru Gemini girang.

"Giliran ayam aja lo langsung deh manis banget sama laki gue." sahut Tasya meledek.

"Biarin, gue lagi pengen makan ayam. Pas banget." Tasya langsung celingukkan mencari keberadaan seseorang.

"Reska nggak disini kan? Mampus kita kalau ada dia. Bisa digorok kasih makan bininya beginian lagi tifus." Gemini memutar bola matanya tidak peduli. Nicho meletakkan bungkusan tersebut di meja samping Gemini.

Dari plastik transparannya Gemini bisa melihat satu ember besar yang sudah pasti berisi ayam goreng, lima burger yang dia tidak tahu isinya apa, dan juga tiga bungkus kentang goreng versi besar. Mereka benar-benar akan pesta setelah ini.

"Nggak, dia kesini nya nanti kalau kerjanya sudah selesai. Sore biasanya." Gemini bertepuk tangan kecil, menyemangati Nicho yang sedang membuka bungkusan, sementara Tasya berkeliling kamar Gemini.

"Enak ya jadi istri Dokter, ini bisa dapat ruang VIP gini dapat potongan dari rumah sakit nggak?" tanya Tasya lagi. Terang saja, ruangan tempat Gemini dirawat memang luas, nyaman, yang terbaik yang ada di rumah sakit.

"Nggak lah, lo kira Reska yang punya rumah sakit. Bayar ini, mahal. Makanya gue mau cepat-cepat pulang aja nggak mau lama-lama." jiwa kikir Gemini tentu saja meronta. Lebih baik dia pakai untuk shopping dari pada bayar kamar di rumah sakit. "Cepat dikit dong Nic, gue lapar nih." kata Gemini lagi.

"Sabar woy, sakit aja nggak sabaran ya." gerutu Nicho.

Dari sekian banyaknya laki-laki, hanya Nicho yang sabar menghadapi Gemini dan Tasya. Bahkan sangking sabarnya Nicho sampai berkomitmen seumur hidup dengan Tasya menjadi suami istri. Jadi tingkat kesabaran Nicho tidak perlu dipertanyakan lagi, yang harus dipertanyakan adalah tingkat kewarasan dan kecerdasan Nicho karena betah bertahun-tahun bahkan mungkin sampai nanti ada di dekat Tasya dan Gemini.

Hidup memang sulit untuk ditebak. Dulu Gemini pernah merasa kehidupannya sudah berjalan sesuai dengan jalur. Dia akan menikah dengan Reska, jadi istri dan ibu yang baik. Malah Gemini sempat berpikir untuk melepaskan karirnya atau sekedar mencari pekerjaan yang tidak akan menyita waktunya dengan keluarga.

Ya, Gemini pernah seperti itu. Dia pernah hidup di masa-masa ingin menjadi ibu rumah tangga seperti wanita lainnya. Merelakan semuanya untuk keluarga tidak menjadi masalah baginya. Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia selain menjadi Ibu dan istri yang baik.

Clarissa ada contoh sederhana di mata Gemini. Wanita punya kesibukan sendiri, tapi dia tetap bisa menjadi full time mom untuk kedua anak nakalnya. Kesibukannya tidak lantas membuat dia jadi jarang ada di rumah. Clarissa hampir setiap kali bisa ditemui dengan mudah di rumah.

Thirty Five (Completed)Where stories live. Discover now