41

1.7K 232 8
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya ya.

Terima kasih.

***

Hampir pukul satu pagi dan Gemini masih berusaha mencari posisi yang nyaman untuk tidurnya di sofa bed. Tidak senyaman tempat tidur, tapi beberapa hari tidur di ruang kerja dengan sofa bed juga tidak terlalu buruk.

Setelah pembicaraan tidak terduga dengan Reska tadi, dia jadi seperti orang dungu. Bingung dan kaget secara bersamaan tapi tidak tahu harus melakukan apa. Mau marah, marah pada siapa? Mau kesan juga bukan haknya. Intinya Gemini tidak pada tempatnya.

Harusnya dari awal Gemini dan Reska tidak pernah ada. Mereka memang tidak ditakdirkan bersama. Semesta sama sekali tidak merestui mereka, lalu bagaimana Gemini mau pergi sekarang.

Gemini duduk mendadak. Dia sudah menyerah mencoba untuk tidur, tapi matanya masih belum mau terpejam. Dia beranjak dari ruang kerjanya, berjalan ke bawah dan mengambil minum.

Mata Gemini terpaku pada bungkusan plastik bening yang tidak jauh dari sana. Salep yang tadi Reska bawakan untuk Zion. Anak itu tidak memakainya pasti. Dia menyambar salep itu dan langsung menuju ke kamar Zion.

Kamar Zion tidak terlalu gelap. Ada lampu kecil berwarna biru yang menerangi. Jadi Gemini masih bisa tahu sekitarnya. Untuk beberapa saat Gemini hanya terpaku menatap Zion. Anak itu tidur dengan pulas menghadap ke samping.

Perlahan Gemini duduk di pinggir tempat tidur, membetulkan posisi Zion dan kembali mengamati wajah terlelap Zion. Sungguh anak ini adalah anak yang Gemini hindari saat pertama mereka bertemu karena sangking menyebalkannya.

Namun setelah hari ini sepertinya sulit bagi Gemini untuk membenci atau menghindari Zion lagi. Dari sekian banyak anak-anak yang tidak beruntung di luar sana, menurut Gemini Zion salah satunya.

Perlahan Gemini mengoleskan salep pada pipi Zion yang masih memar. Sangat perlahan supaya Zion tidak terbangun. Ketika anak itu menggeliat kecil, Gemini menghentikan kegiatannya sambil meniup kecil pipi Zion.

Setelah dirasa semua memar sudah diolesi oleh salep baru Gemini menutup salep itu dan meletakkannya di meja yang ada di kamar Zion. Nanti dia akan mengingatkan Ratih untuk jangan lupa mengoleskannya.

Dengan perlahan Gemini keluar dari sana dan kembali ke ruang kerjanya. Sebelum masuk dia sempat menatap pintu kamarnya dan Reska. Lelaki itu tidak keluar sama sekali dari kamar. Bahkan hanya untuk mengecek keadaan anaknya pun tidak. Kalau sampai Reska bisa tertidur dengan pulas sih Gemini salut.

Gemini kembali merebahkan tubuhnya dan menarik selimut. Dia mengambil ponselnya dan mulai membuka apa saja yang bisa dibuka. Mulai dari sosial media, aplikasi pesan singkat, sampai dengan galeri-galeri lama yang ada di ponselnya.

Tidak ada hal yang menarik di dalam galeri fotonya. Gemini tidak suka mengambil gambar dirinya ataupun orang lain. Tidak ada juga kenangan yang bisa dia lihat. Semua kenangannya dengan Reska dulu, foto-foto mereka dan semua yang berhubungan dengan Reska sudah Gemini musnahkan.

Sisa foto-foto kafe nya mulai dari tahapan renovasi hingga semua foto-foto menu dan makanan dari pertama kali Be Coffee buka sampai dengan menu terbarunya yang sekarang. Ada juga beberapa foto artis yang sempat diabadikan ketika mereka berkunjung ke Be Coffee. Selebihnya tidak ada yang menarik lagi.

Kalau dipikir-pikir, hidup Gemini selama ini sederhana sekali. Dia tidak punya banyak teman, tidak punya orang yang begitu spesial yang bisa membuatnya berbunga-bunga, juga tidak ikut dalam komunitas apapun.

Hidupnya selalu datar, tidak banyak ombak dan tenang. Satu-satunya yang sempat membuat Gemini jungkir balik adalah Reska. Selebihnya tidak ada. Tidak saat dia diterima bekerja, tidak saat dia berhasil mewujudkan mimpinya membuka coffee shop, bahkan ketika naskah yang ditulisnya mendapatkan berbagai penghargaan dan laris manis dipasaran saat dijadikan serial Gemini biasa saja.

Thirty Five (Completed)Where stories live. Discover now