38. Askara Bhumi Laksamana

5.3K 505 115
                                    

Typo tandai!!
Vote dulu sebelum membaca!!






Silent readers Bisulan 😌

Setelah diperiksa, dokter menyarankan agar dewa melakukan CT scan dibagian kepalanya. Dari yang dia periksa, dokter menduga ada hal lain yang membuat dewa mengalami mimisan banyak sampai ia membutuhkan donor darah. Ditambah lagi, sebelum ia di bius,dewa terus mengeluh sakit yang teramat di bagian kepalanya.

Sekarang ketiga saudara dewa berada diruangan yang sama tapi dengan keheningan yang belum juga didatangi suara. Semua terdiam dengan pikiran masing-masing. Bahkan aksa dan gara sampai lupa bahwa kara baru saja kambuh akibat alerginya beberapa jam yang lalu.

Tok tok tok

"Masuk" jawab aksa setelah beberapa ketukan terdengan dari balik pintu

"Nak, dewa gimana?"

Mendengar suara perempuan yang berusaha dilembutkan itu membuat kara menoleh ke asal suara. Terlihat karin yang terlihat khawatir, setelahnya kara menoleh ke arah kinara yang sudah berdiri disisi brangkar dewa dan menggenggam tangan kakaknya dengan erat.

"Ya gitu tan, kata dokter coba CT scan dulu biar tau kepastiannya" jawab aksa

Kara menoleh kembali ke arah karin "tante tau kakak di rawat darimana?" Tanya kara refleks. Ia bingung, sebab yang tau berita ini hanya keluarga mereka dan sopirnya.

"Dari dhava. kamu tuh ya, selalu bikin orang susah. Gara-gara kamu, mereka bertiga jadi disalahin sama dhava, udah ceroboh, menyusahkan lagi." Jawab karin dengan wajah tidak sukanya ke arah kara.

Kara menatap kedua kakaknya bergantian, tapi mereka fokus dengan kegiatan masing-masing dan bergelut dengan pikirannya. Entah memang tidak mendengar atau pura-pura tidak dengar.

"Kenapa tante selalu nyalahin aku? Aku juga gamau kali tan kakak-kakak jadi sasarannya" balas kara masih dengan nada tenangnya

Karin terkekeh remeh "dari kamu datang kesini, madhava hanya fokus sama kamu, apapun yang kamu lakukan, baik salah atau benar tetap kamu yang akan dibela. Tapi apa, kamu malah membentak madhava dan meninggalkannya sendiri di rumah!! dasar tidak tau diri!!. Pakai pelet apa sih kamu! Bisa-bisanya buat dhava selemah itu, memangnya kamu siapa, ha?!!!. Kamu hanya anak pungut!! Satu lagi, saya bukan tante kamu, jadi stop panggil saya tante" Ujar karin dengan segala unek-uneknya. Terakhir ia bisikkan sesuatu yang membuat kara merasa dejavu dengan kata-kata itu ''anak yang diurus oleh seorang jalang seperti kamu tidak pantas berada disini''

Seketika kara terdiam, tidak ada lagi kata yang bisa ia ucapkan. Mau membela ibunya, tapi rasanya lidahnya kelu.

"Tan, udah. Jangan salahin adek, ini semua udah takdir" ujar gara menyela. Tapi ia tidak berniat berdiri dan memeluk kara yang sudah menunduk menahan semua sesak didada sebab kata-kata yang datang menusuk hatinya. Bukan sesak karena sakitnya, tapi sesak dengan semua ucapan wanita didepannya.

"Kamu jangan pura-pura bela dia gar, gak capek?. Kamu sebenarnya juga kesel kan disalah-salahin abang kamu gara-gara kecerobohan anak pungut ini?" Tanya karin tepat sasaran. Entah tau darimana dia semua Masalah keluarga mereka.

Gara diam. Dan kara menyimpulkan bahwa kakaknya mengiyakan.

Hanya aksa satu-satunya harapan kara disini yang akan membelanya dari wanita bermulut ular ini. Tapi saat kara menoleh, aksa menatapnya sekilas sebelum bangkit dari duduknya berjalan mendekati kinara dan duduk di sisi ranjang yang berseberangan dengan kinara.

"Maaf, abang gagal lagi jagain kamu dari amarah daddy" gumamnya sembari mengusap rambut dewa yang kara tangkap dari gerak bibir sang abang.

Sepertinya, disini memang bukan tempatnya sekarang. Semua tidak ada yang peduli, walaupun ia dicaci dan dihina didepan saudaranya.

Askara BhumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang