Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!"Jadi.. adek pulang ke rumah lamanya?"
"Iya wa"
"Sekarang udah mau gelap, tapi kenapa adek belum kembali juga ya?"
Mendengar percakapan abang-abangnya mmebuat gara berpikir kalau semalam ia memang keterlaluan pada adiknya. Padahal kemaren siang mereka baru merencanakan akan pulang bersama kerumah lama sang adik. Lantas kenapa sekarang adiknya malah pulang sendiri? Apa masih pantas ia disebut seorang kakak setelah menyakiti hati adiknya?
Gara bangkit dari duduknya "bang, gara keluar sebentar ya?" ujarnya buru-buru mengambil dompet miliknya di atas meja dan berlalu keluar ruangan.
Aksa dan dewa saling berpandang sejenak, lalu mengedikkan bahu tanda tidak tau
"Wa.." panggil aksa pelan
Dewa menoleh dengan alis terangkat sebelah seolah berkata 'kenapa bang?'
"Hasil CT scan kamu bukannya keluar hari ini?" Tanya aksa membuat dewa terdiam sejenak sebelum mengangguk
Sebenarnya dewa takut, takut hasilnya akan buruk. Ia merasa bahwa tubuhnya memang sudah tidak baik-baik saja setelah ia kecelakaan hari itu bersama sang adik bungsu. Tapi dewa tidak ingin membuat keluarganya khawatir.
"Katanya sih iya bang" jawab dewa berusaha tetap tenang dengan senyum kecil yang ia terbitkan diujung bibir
"Apapun hasilnya, kamu jangan ragu buat jadiin abang tempat kamu pulang dan mengeluh. Abang selalu disini buat kalian" balas dewa dengan senyum teduh nan menenangkan.
。◕‿◕。
S
etelah membayar ongkos taksi yang baru saja ia tumpangi, gara berlari menuju rumah sederhana yang berada didepannya. Gara sampai saat langit sudah sepenuhnya gelap
Tok tok tok
"Aka!!! Ini kakak.." teriak gara didepan pintu rumah yang tak kunjung dibuka
Karena tidak sabaran bercampur khawatir, gara mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci sama sekali. Entah kenapa perasaannya tidak enak setelah melihat rumah didepannya tampak kosong tanpa berpenghuni.
"Ka..." Panggil gara pelan saat kakinya perlahan masuk kedalam rumah sang adik
Uhuukkk uhuuk
Samar-samar gara dapat mendengar suara batuk yang berasal dari salah satu kamar di lorong rumah itu.
"A-ka.. ini ka-kakak" ujarnya gemetar saat panggilannya tak kunjung mendapat jawaban
Dengan langkah gemetar gara berjalan pelan dan memutar knop pintu dimana suara batuk tadi berasal dari balik pintu didepannya
Nafas gara tercekat saat melihat pemandangan yang ada didepannya sekarang, dimana sang adik terduduk lemas disisi ranjang dengan pecahan kaca yang berserakan disekitarnya. Muka pucat itu, mata sembab, rambut yang acak-acakan, semuanya membuat nafas gara terasa sesak. Adiknya sedang tidak baik-baik saja.
"A-ka.. a-adek..adek kenapa?" panggil gara mengelus pelan pipi kara yang memejamkan matanya dengan nafas tersengal-sengal.
"A-dek,, adek demam!!" Pekik gara terkejut saat merasakan kulit sang adik yang berada diatas suhu normal

YOU ARE READING
Askara Bhumi
Short StoryKara, atau Askara Bhumi adalah bocah pendek nan polos yang terkesan manis juga imut dengan pipi yang sedikit besisi ditubuh mungilnya. Bocah yang baru menginjak usia 13 tahun itu hidup seorang diri dirumah peninggalan sang ibu sejak 3 tahun lalu, ka...