Our Days

53.6K 3.7K 60
                                    

Finally!!! Akhirnya saya bisa update juga setelah hampir sebulan dilanda kemalasan dan kebuntuan ide =,= maaf ya buat kalian yang udah kangen setengah ember sama PRAS-SASTI, semoga part ini bisa mengobati *ceileehh* terima kasih yg tak terhingga buat kalian yang udah menagih kelanjutan PRAS-SASTI, karena itu adalah motivasi saya untuk ngelanjutin setiap partnya *elap ingus*

Dan maaf beribu maaf... saya cuma kasih satu part kali ini, semoga bisa menekan rasa kesal kalian semua ke saya ya *nyengir anggun :D next part saya usahain update lebih dari satu part

So, enjoy this part! Hope you like it, guys... Happy readiinggg~

***

Pras tersenyum kecil menatap potongan pakaian kantornya teronggok di atas ranjang, lengkap dengan dasi dan kaus kaki serta sepatu yang mengilat. Dan semuanya sudah licin serta rapi, siap dipakai. Tak lupa wangi makanan yang tercium sampai dapur ikut melengkapi suasana paginya yang tidak lagi sama.

Kalau dulu, segala keperluan pribadinya disiapkan sendiri, apalagi saat-saat sebelum berangkat ke kantor seperti saat ini, dan tak jarang kesibukan itu membuat Pras tidak bisa merasakan sarapan di rumah. Tetapi semenjak menikah, paginya berubah. Segala keperluan yang dulu disiapkan sendiri, kini semuanya sudah siap, tertata rapi tanpa perlu memikirkan apakah perlu disetrika ulang atau tidak. Ia hanya tinggal memakainya tanpa harus mencari di mana letak dasi dan pasangan pakaian yang akan dikenakannya, juga tidak harus lagi kehabisan waktu untuk merasakan sarapan di rumah.

Wangi pengharum pakaian berbaur dengan aroma kopi mengepul yang menguar dari meja makan ikut mewarnai paginya. Meski pintu kamar tertutup, tapi tidak menghalangi penciuman Pras mengenai aroma yang sama setiap hari. Sasti selalu menyiapkan kopi untuknya di pagi dan malam hari saat harus menyelesaikan pekerjaan kantor. Sasti juga selalu menyiapkan segelas air putih hangat untuknya ketika menjelang tidur dan sebelum sarapan seperti sekarang.

Gadis itu menyiapkan semuanya. Mulai dari pakaian, berkas-berkas yang harus dibawa, sarapan, sampai air untuk mandinya saja, Sasti juga menyiapkan. Tidak ada hal yang luput dari apa yang sudah disiapkan Sasti, sejak pagi sebelum ke kantor sampai saat nanti ia pulang, semuanya sudah masuk jadwal.

Hari-hari Sasti setelah menikah seolah sudah diprogram dan Pras menjadi prioritas utama di dalamnya. Karena tidak hanya di rumah, di kantor sekalipun, Sasti tidak jarang menemuinya, terutama di jam makan siang. Karna satu kebiasaan Pras yang akhirnya menjadi perhatian utama Sasti; pola makan Pras yang tidak teratur, apalagi di saat pekerjaan menumpuk. Dan dengan segala cara, Sasti harus memastikan kalau Pras tidak melewatkan sekali pun waktu makan.

Secarik kertas kecil menarik perhatian Pras. Kertas berwarna cokelat muda itu diletakkan di atas kemeja yang akan dipakainya. Dengan bentuk menyerupai hati, kertas itu berhasil menarik bibirnya di kedua sudut.

'Morning, Love! Give me your charming smile, please :D'

Pras tidak bisa menahan senyumnya untuk mengembang. Tulisan di kertas itu berhasil menghangatkan pagi-nya. Sasti selalu berhasil membuatnya merasa dicintai lebih dari perkiraannya. Dan hal-hal kecil yang baru dirasakannya setelah menikah ini membuat Pras tak berhenti bersemangat untuk bertemu pagi.

Melihat wajah terlelap dan bangun tidur Sasti serta menikmati tingkah gadis itu selama berkutat di dapur ketika memasak adalah kebiasaan baru yang dilakukannya tanpa disadari, yang diam-diam ia sukai. Seolah semua berjalan sesuai naluri. Dan ucapan selamat pagi seperti ini adalah hal baru yang diberikan Sasti untuknya semenjak mereka menikah.

Dengan kata-kata, warna kertas dan bentuk yang berbeda serta emoticon senyum yang juga berbeda, menjadi penyapa pagi-nya setiap hari. Sasti selalu mengucapkan selamat pagi dengan cara manis dan tak terduga, menyajikan pagi-nya berbeda warna di setiap hari, membuatnya mengawali hari dengan senyum dan jantung berdebar.

PRAS-SASTIWhere stories live. Discover now