Nama Di Selembar Map

36.4K 2.8K 63
                                    

            Ayunan tangan Pras berhenti di udara dan terdiam sesaat. Tatapannya bertumpu pada huru-huruf yang membentuk nama di atas satu map yang baru saja Sasti pisahkan dan dengan iseng diliriknya. Perhatiannya teralihkan pada map itu dan tanpa sadar melihatnya lebih dekat. Ada detik yang terasa melambat saat itu, sampai kemudian, Pras memberanikan diri menyuarakan setelah berdeham pelan sebelumnya.

"Ini... siapa, Sas? Pasien kamu juga?" tanya Pras. Lidahnya mendadak kelu untuk menyebut deretan huruf yang terjejer di bagian depan map tersebut. Mimpi yang beberapa hari lalu mendatanginya, pelan-pelan berputar.

Gerakan tangan Sasti yang sedang menandai beberapa catatan medis pasien-pasiennya yang lain terinterupsi suara Pras. Lelaki itu mengernyit samar menatap map berwarna merah yang ada dalam genggamannya bersama satu map lain berwarna senada bertuliskan nama Shifa. Tulisan tangan Sasti tertera di atas map-map tersebut, sengaja dibuat besar-besar agar mudah ditemukan. Untuk map bertulis nama 'Shifa', Pras sudah tidak heran karena Sasti sering membawanya pulang, tapi untuk nama 'Veraina', Pras baru melihatanya sekarang.

Ada jeda yang terasa lama ketika itu, membuat Pras digulung perasaan asing yang entah sejak kapan datang dan mendadak membuatnya kelu. Sejak kapan Sasti memiliki pasien bernama Veraina?

"Oh, itu lho, Mas... pasien baru Sas, yang dua minggu lalu diamanatin Dokter Rahma," sahut Sasti, sambil lalu, membenahi beberapa map lain di atas pangkuannya yang sudah selesai diperiksa.

Sejak lima belas menit mobil yang mereka tumpangi membelah jalanan, Sasti sibuk memeriksa tumpukan map berwarna-warni yang dibawanya dari rumah sakit sejak dua hari yang lalu. Sesekali gadis itu memberikan coretan khusus atau post it di samping keterangan yang tertera dalam riwayat penyakit yang diderita pasien.

"Namanya... ini?" tanya Pras lagi, suaranya agak bergetar. Mimpi yang pernah menyapanya kemarin, berulang semakin cepat, membuatnya tidak fokus. Tiba-tiba, perasaannya berubah janggal. Sekilas, Pras menatap map merah dalam genggamannya sekali lagi dengan perasaan campur aduk, tapi tidak juga berani membuka.

Sasti menganggukkan kepala. "Iya. Kasihan deh, Mas, Mbak Veraina itu. Harusnya dari setahun lalu dia udah menikah. Tapi karena kecelakaan, sampai sekarang masih terbaring di rumah sakit. Dan yang setiap hari nemenin cuma calon suaminya."

Pras menelan ludah susah payah. Tidak tahu atas dasar apa, tapi mendengar jawaban Sasti membuatnya merasakan sesuatu yang tiba-tiba saja menelusup dan menggemuruhkan jantungnya. Keningnya mengernyit dalam. "Kecelakaan? Kecelakaan apa?" tanyanya lagi, mendadak berdebar-debar.

"Kecelakaan mobil, sehari setelah acara pertunangan. Sas kurang tahu kronologinya gimana, tapi Dokter Rahma bilang, saking kencangnya mobil yang ditumpangi Veraina, sampai nggak bisa direm mendadak. Waktu itu dia banting setir buat menghindari mobil di depannya, tapi sayangnya malah ditabrak mobil lain dari arah belakang sampai melewati batas trotoar dan nyebrang ke punggung jalan sebelah, terus dihantam mobil kontainer dari arah depan, sampai ringsek. Kecelakaannya lumayan parah, karena pasien itu sampai harus mengalami beberapa kali operasi."

Debar jantung Pras semakin menggila. Dia terkejut tanpa tahu jelas untuk alasan yang mana. Dia sudah yakin kalau mimpinya beberapa hari lalu hanyalah bunga tidur, tapi mendapati nama itu muncul lagi dalam jajaran nama pasien yang ditangani Sasti, membuatnya dikerubuti gemetar. Keringat dingin dan rasa takut perlahan-lahan merambati sekujur tubuhnya dan ludahnya susah ditelan. Dia tidak tahu jenis perasaan apa yang sebenarnya menyergapnya saat ini, tapi perasaan itu persis seperti perasaan yang dirasakannya di dalam mimpi. Mendadak, Pras merasa udara di sekitarnya menghilang. Satu tangannya melarikan diri menuju dasi, menariknya longgar.

PRAS-SASTIUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum