(Sisa) Kesalahan Kemarin

25.6K 2.9K 160
                                    


HALOOOO, SAYA DATANG LAGI!! hahaha maaf yang sudah menunggu lama, menulis Pras-Sasti memang super-duper asdfghjkl, apa lagi di tengah pekerjaan yang menuntut totalitas dan loyalitas >,< Saya merasa perlu ketenangan ekstra untuk mendapatkan feel. Tapi setelah jadi, saya malahh gak yakin apakah chapter ini nge-feel atau gak (T_T)

Semoga chapter ini bisa membuat teman-teman terhibur, ya... happy reading...!!

---------------------------------

Lima hari berlalu dan ini kali ke sekian Sasti menemukan kamarnya kosong. Padahal, jam di tembok baru menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit, tetapi Pras sudah menghilangkan diri ke ruang kerja pribadinya lebih awal, menginvasi diri dengan alasan pekerjaan.

Sasti menghela napas, melemparkan diri ke atas ranjang. Sejak mengabarkan tentang Vera yang sudah siuman, Pras berubah jadi lebih diam dan semakin sulit digapai. Lelaki itu seolah sedang menyimpan beban seluruh dunia dan tidak mau membaginya, membuat Sasti harus pintar-pintar memilah kata supaya lelaki itu mau menanggapi. Rasanya benar-benar tidak mudah. Padahal, Pras ada di hadapannya, tetapi untuk mendekat satu langkah saja Sasti kesulitan.

Lama-lama, Sasti merasa lelah. Setiap kali menyinggung segala tentang Vera, Pras berubah jadi lebih dingin. Lelaki itu seolah mengisolasi dirinya dalam dunianya sendiri dan tidak ingin diusik. Rasanya ikatan di antara mereka tidak lagi bisa mengambil peran. Pras selalu saja membuat Sasti merasa asing, sekali pun dalam rumah tangganya sendiri.

"Aku harus gimana lagi, Mas, biar kamu berhenti mikirin masa lalu...." Sasti mendesah panjang, memejamkan mata sambil mengembuskan napas berat. Apa sesulit ini rasanya menyayangi?

Lelah bergulat dengan pikirannya sendiri, Sasti tertidur tanpa mengubah posisi dan kembali terjaga ketika hampir tengah malam. Dia melirik ke samping dan tidak ada siapa pun di sisinya. Pras masih belum kembali dari ruang kerja pribadinya.

Sasti menghela napas berat entah untuk ke berapa kali, berharap sesak di dadanya mereda. Memang bukan kali pertama Pras membiarkannya tidur sendirian seperti sekarang, tetapi mendapati lelaki itu melakukannya lagi, tetap saja terasa menyedihkan. Entah harus berapa kali lagi dia ditinggalkan.

Dengan berat hati, Sasti membawa dirinya menuju ruang kerja pribadi Pras. Untuk sejenak, dia terdiam di depan pintu, agak ragu untuk masuk. Tetapi akhirnya Sasti memberanikan diri mengetuk dua kali dan memutar kenop sambil mendorong pintu, kemudian melongokkan kepala.

Keadaan ruangan itu sunyi dan gelap. Pelan-pelan, Sasti merangsek masuk dan menyalakan lampu. Tepat ketika itu, dia menemukan Pras duduk tertidur beralaskan tumpukan berkas. Kedua tangannya terlipat di atas meja dan pipinya menempel di atas lipatan tangan.

Sasti tersenyum miris. Sebegitu lelahnya Pras dengan dunianya sampai tidak memikirkan tempat yang nyaman untuk memejam, pikirnya, lalu mendekat perlahan dan berjongkok di samping suaminya. Wajah lelaki itu kelihatan sangat lelah dan ada jejak air di sudut mata. Bahkan dalam tidur sekalipun, Pras masih sanggup menangisi Vera.

Dengan sangat pelan, Sasti menghapus jejak basah itu dan menyentuh bahu suaminya dengan hati-hati. "Mas," panggilnya, mengguncang pelan bahu Pras.

Tepat saat itu, sesuatu mengelinding lepas dari genggaman tangan Pras dan berakhir jatuh di atas pangkuan Sasti. Keningnya berlipat ketika meraih benda berkilau itu dan seketika lambungnya serasa diremas. Itu adalah sebuah cincin bermata tunggal, berukirkan nama Vera di bagian dalam lingkaran.

Untuk sejenak, Sasti mengerjap, merasa perlu memperjelas pandangan. Tetapi benda dalam genggamannya tidak berubah sama sekali.

Seketika saja Sasti merasa hatinya diperas kuat-kuat dan udara memusuhinya dalam sekejap. Dia berusaha mengais oksigen, tetapi kesulitan. Kerongkongannya menyempit dan rahangnya mengetat. Berulang kali Sasti mengembuskan udara lewat hidung, tetapi sesak di dadanya tidak mau hilang. Pantas saja Pras selalu banyak menghabiskan waktu di ruang kerja pribadinya dengan suasana gelap dan senyap. Karena di sini, mungkin, lelaki itu bisa menemukan Vera dalam kesunyian, dalam kenangan yang masih dijaga baik oleh dirinya sendiri, dalam gelap yang selalu mampu menghadirkan bayangan Vera sebagai penerang.

PRAS-SASTIWhere stories live. Discover now