Photograph.

3. Regret

Aku menatap setiap komentar itu dan merasa sesak.

Selesai mengirim foto milik Jungkook di akun twitter-ku empat jam yang lalu, kini aku di hadapkan dengan ribuan komentar pedis dari penggemar yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.

Semua komentarnya berisi caci-maki dan didominasi oleh komentar yang menyuruhku untuk mati saat ini juga.

Rasanya sangat sakit untukku.

'Kenapa kau selalu memotretnya seperti itu?'

'Kau selalu mengikutinya, ya?'

'Apa kau seorang sasaengfans?'

'Selesai dengan masalah milik sasaeng Taehyung, sekarang muncul seorang fansite gila lagi,'

'Tutup akun sana sebelum Big Hit mengambil tindakan untukmu,'

'Kau mau mati, ya?'

'Kuki oppa-ku!!'

'Hapuslah semua foto-foto yang sudah kau ambil,'

'Dasar gila!'

'Sinting!'

'Hahahah, komentarnya sangat banyak,'

'Sepertinya seru, apa aku harus ikut berkomentar juga?'

'Dia mendadak terkenal di kalangan para Army, aku jadi salut!'

'Tidak bisakah kau tidak mengikutinya sampai ke toilet juga? Itu sangat menjijikan!'

'Untung saja Jungkook mengenakan pakaiannya,'

'Aku berharap jika Jungkook tidak mengenakan baju sehelai pun saat itu kkk,'

'Pemilik fansitenya sangat gila!'

'Haruskah kita membawa pemilik fansite ini ke rumah sakit jiwa?'

'Benar-benar tidak waras!'

'Tidak punya sopan santun!'

'Mati saja sana!'

See 1069 comments.

Tanpa pertimbangan, kulempar laptop-ku ke arah tembok sampai benda itu patah menjadi dua bagian.

Rasanya sangat menyesakkan sekaligus membuat muak ketika membaca respon tentang foto yang sudah mati-matian aku ambil untuk memuaskan mereka.

Aku benci.

Padahal mereka sendiri yang menyuruhku untuk memotret setiap kegiatan Jungkook.

Dan juga aku sengaja membuat isi fansite milikku cukup berbeda dari yang lainnya, tetapi di saat aku sudah berusaha, mereka malah menghina dan menyebutku sebagai sasaengfans.

Aku memeluk kedua lututku dengan erat sambil duduk di lantai yang dingin dengan di temani cahaya bulan yang sedikit masuk dari celah jendelaku.