46. Storm

2.6K 330 182
                                    

"Kau hanya perlu datang dan ikut berpesta. Aku janji akan bersenang-senang denganmu ketika menerima bayaran."

"Oh, Byeol. Berhentilah mengajakkku. Terakhir kali aku datang, rasanya aku hampir mati karena harus berhadapan dengan bau alkohol."

"Hah, kau sungguh tidak seru. Itu hanyalah ciri khas pesta mahal. Kau akan bertemu model laki-laki tampan dan berpesta bersama. Aku bisa membantumu mencari pasangan di sana. Bukankah itu menyenangkan?"

"Menyenangkan pantatmu! Sudahlah, aku tidak mau."

"Han Jinhye sayang, ayolah. Ini hanya terjadi sekali seumur hidupmu. Kapan lagi coba kau bisa berpesta dengan manusia-manusia sempurna di sekelilingmu? Itu sangat jarang."

"Kau mengatakannya seolah-olah aku tidak bisa saja. Sudah, ya. Aku sudah dekat. Kkeutna." (Aku tutup.)

Telepon tersebut kuputuskan secara sepihak. Percakapan tadi membuatku tidak nyaman, aku amat sangat tidak suka yang namanya pesta dan berada diantara banyak orang. Tidak peduli semua orang itu sempurna atau tidak, aku tetap tidak suka. Rasanya seperti membuat perut bergolak mual.

Ketika aku melangkahkan kaki memasuki pekarangan gedung Z Entertainment, aku merasa seolah baru saja terlibat pada sesuatu besar hanya dalam satu langkah kaki.

Meski berpikir bahwa itu hanyalah perasaan lazim selama beberapa saat, aku malah menemukan seorang laki-laki yang baru saja berjalan melewatiku telah menyambar tubuhku dengan lumayan keras, hampir membuatku terjatuh ke tanah kalau saja aku tidak menjaga keseimbangan.

Karena sedikit merasa kesal, aku memalingkan wajah pada lelaki tadi yang sudah berada beberapa meter dari tempatku. Dia terus berjalan tanpa merasa bersalah atau mungkin sadar kalau ia sudah menyambar seseorang.

Akhirnya, tanpa berpikir panjang, kaki-kakiku telah bergerak mengikuti emosi untuk menyusul sang lelaki tidak tahu diri itu.

Memangnya dia sehebat apa sampai tidak mau meminta maaf?

Model. Aktor. Penyanyi. Aku menahan napas tatkala memberikan jawaban atas pertanyaanku sendiri. Aku bahkan tidak berpikir kalau lelaki itu berada dalam salah satu jawaban yang baru saja kuberikan. Diriku selalu mengambil tindakan tanpa menimbang-nimbang. Kalau lelaki tadi memang benar punya salah satu status tadi, maka...

Pada tepi koridor yang kulalui di mana lelaki tadi berjalan tanpa sadar kehadiranku di depan sana, aku menghentikan diri kala ia berbelok masuk ke suatu ruangan. Aku tanpa takut tetap bergerak mendekat. Menajamkan pendengaran hingga tiba tepat di samping jendela yang sedikit terbuka.

Samar-samar aku menangkap sebuah pembicaraan yang terjadi di dalam sana. Aku memang tidak ingin ikut campur dan hendak kembali saja mulanya, akan tetapi begitu telingaku dengan nyata mendengar nama Nambyeol disebutkan, di saat itu juga aku memutuskan untuk tinggal dan menguping.

Masa bodoh dengan apa yang akan terjadi padaku beberapa waktu ke depan.

"Gong Nambyeol benar-benar bodoh karena sudah mau menandatangani kontrak baru itu," suara manis seorang perempuan terdengar, sontak membuatku sedikit agak mengintip untuk tahu siapa yang sedang berbicara itu.

Kulihat lelaki yang tadi duduk membelakangiku dengan santai di atas kursi. Ia mengatakan, "Kenapa kau malah mengatainya? Bukankah itu adalah hal bagus karena ia akan segera terkenal?"

"Kau tidak tahu saja." Perempuan yang tidak terlalu jelas wajahnya itu terkekeh pelan. "Pemotretan itu khusus untuk majalah dewasa. Pihak agensi memang sengaja tidak memberitahunya karena cuman dia saja yang bisa menolong kondisi saham yang saat ini tengah bermasalah. Awalnya mereka ingin aku yang melakukannya, sayangnya aku tahu lebih dulu dan langsung menolak mentah-mentah."

Photograph.Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ