51. Lose

2.8K 339 285
                                    

Baru kali ini aku merasa bahwa musim dingin akan sedingin ini saat tubuhku terasa mati rasa di atas kursi besi rumah sakit, menunggu Jaena selesai mengurus berbagai hal mengenai jenazah ayah yang tidak kutahu apa saja itu.

Meski lapisan-lapisan pakaian hangat telah membungkus tubuh, suhu dingin yang sungguh menusuk tetap berusaha untuk mencapai kulit dan menembus ke tulang.

Sampai-sampai aku dapat merasakan setiap senti tubuhku telah gemetar hebat seolah dalam keadaan tidak berpakaian di tengah-tengah badai salju di kutub utara. Sungguh, rasanya imun tubuhku sedang buruk hari ini.

Mataku menangkap sosok Jungkook yang berjalan cepat dari ujung koridor membawa beberapa hal yang entah darimana ia dapatkan. Tangan itu seketika membungkus tubuhku dengan sebuah selimut tebal sambil menempelkan beberapa hot pat pada bagian pipiku saat aku cuman memerhatikan setiap perlakuan itu dalam diam.

"Mulai hari ini dan ke depannya kau akan sibuk dengan beberapa acara yang kemungkinan akan diselenggarakan oleh keluarga dari ayahmu. Jangan sampai sakit dan pastikan untuk tetap hangat."

Irisku bergerak memandang wajah itu yang terlihat tenang, namun tersirat kekhawatiran yang sangat jelas di sorot matanya.

Barangkali melihatku yang cuman terdiam memandangi, Jungkook pun kembali berucap dengan sangat manis, "Tidak perlu khawatir. Aku akan di sini untuk memastikan bahwa kau tetap hangat dan tidak sampai sakit." Senyum itu muncul di bibirnya, mampu membuat sesuatu dalam diriku mendorong rasa teramat nyaman yang sudah lama tak kurasakan. "Aku sudah janji pada kakakmu untuk menjagamu dengan baik. Jadi kau bisa mengandalkanku."

Secara tiba-tiba rasa bersalah timbul di dada melenyapkan seluruh kenyamanan yang baru menetap beberapa detik begitu aku teringat akan seluruh perkataan kejam serta sikapku yang selalu tidak baik.

Aku masih ingat betul bagaimana mulut ini melontarkan ucapan-ucapan yang kuyakini menyakitinya dan menendangnya ke dalam kabut mengerikan, namun apa sekarang, orang yang tanpa sadar telah kusakiti itulah yang saat ini berada di hadapanku, menemaniku dan mengurusku dengan baik saat semua anggota keluarga sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Aku jadi sangsi—untuk mengucapkan terima kasih atau malah maaf padanya yang sudah mau menetap tanpa pernah berniat untuk meninggalkanku saja.

Kugigit bibir bagian dalamku dengan pelan saat aku kembali teringat tentang wanita sinting yang selalu mengusik hidupku. Aku tidak bisa memastikannya, tapi entah mengapa aku berpikir bahwa kejadian buruk ini terjadi karena aku lagi-lagi mendekati Jungkook saat ia telah berulang kali memperingatiku untuk menjauh. Ah, ini sungguh rumit. Terutama mengingat semua permintaan Taehyung, hatiku tiba-tiba terasa sungkan untuk memilih apa yang harus kulakukan dalam kondisi ini selain memandang dalam diam bak orang idiot.

Mulanya aku berpikir seluruh pikiran ini akan segera menelanku hidup-hidup sekaligus membuatku mati kebingungan sendiri, namun semua itu tertendang jauh begitu lelaki bersurai hitam itu mengambil tempat di sisiku setelah memastikan suhu tubuhku sudah termasuk normal dan tidak terlalu rendah seperti tadi.

Helaan napas yang begitu berat terdengar darinya kala aku menoleh mengamati tiap jengkal fitur wajahnya yang sudah kusadari semakin sempurna tiap harinya.

Tubuhnya lantas bersandar, memalingkan wajah menatapku lekat seperti ingin menyampaikan sesuatu dari sana sebelum tangan hangat itu menggapai tanganku dan meremasnya perlahan.

Photograph.Onde histórias criam vida. Descubra agora