34. Promise

4.1K 434 143
                                    

Aku sibuk memasukkan potongan-potongan makanan kecil coklat itu ke mulut.

Hari ini sudah menginjak hari ke-5 aku tidak pergi ke kafetaria sekolah untuk makan siang.

Bukan menunya yang membuatku tidak bernafsu. Hanya saja.. belakangan ini aku memang tidak tertarik menginjakkan kaki di sana. Aku terus terbebani dengan perlakuan anak-anak yang menerorku.

Masih ada di antara mereka yang membenciku. Mengirimkan surat kebencian atau pun menyumpahi secara langsung. Parahnya, ada juga yang hendak melempariku dengan sesuatu yang jorok tempo hari.

Kehidupan sekolahku berubah sangat drastis hanya karena status baruku.

Itulah penyebab keinginanku ke kafeteria tertendang jauh.

Risau rasanya ketika berada di antara banyak orang yang memiliki rasa kebencian.

"Jinhye-yah." Hyun Bi meletakkan sekaleng cola ke atas meja. "Apakah kau yakin tidak ingin ke kantin lagi?"

"Eoh."

"Neo an-baegopa?" (Kau tidak lapar?)

"Eoh," balasku langsung. Lalu, memakan sepotong makanan kecil itu lagi. "Aku sudah cukup kenyang dengan ini."

"Ya, jangan bercanda," serunya bercampur kesal serta khawatir. "Setidaknya beli roti agar kau benar-benar kenyang."

Seketika, aku menoleh padanya.

Mataku menelitinya. "Bagaimana tes masuk PNS-mu?"

Pertanyaanku sukses membuatnya lupa memarahi makananku. Yang kuceritakan padanya tadi sudah lebih dari cukup tentang Jungkook.

Hyun Bi duduk di kursi depanku. Ekspresinya tampak bahagia.

"Aku lulus untuk sesi pertamanya," ujarnya antusias. "Soal-soal yang muncul tidak terlalu rumit seperti yang kubayangkan. Semuanya sangat gampang. Bahkan, aku menjawab seluruh pertanyaan hanya dalam waktu kurang lebih dari setengah jam."

"Jal hasseo," kataku lembut. "Aku yakin, kau pasti akan lulus hingga akhir." (Kerja bagus.)

Takdir Hyun Bi sungguh beruntung. Baru-baru ini dia cerita bahwa ibunya menyuruhnya untuk mencoba mengikuti test PNS untuk para pelajar SMA.

Mulanya ada banyak orang yang tidak yakin bahwa Hyun Bi akan lolos, termasuk orang yang ikut serta itu sendiri. Namun, aku berbeda.

Aku amat sangat yakin yakin jika ia lolos.

Oh, ayolah. Hyun Bi merupakan peringkat ke-13 di sekolah. Dengan berbekal otak encer seperti itu, sudah pasti dia akan lulus dengan mudah.

Ia mengambil dua buah makanan ringan milikku. Lalu, bersuara, "apakah kau sudah dengar berita tentang ayah Bona?"

Aku meliriknya.

Hyun Bi sengaja menabrakkan bola-bola coklat itu dengan pelan. "Rumor mengatakan jika Tuan Choi membela pihak kejahatan demi bayaran yang tinggi. Pria itu menyebarkan kebohongan tentang kejadian si terdakwa dengan si korban dan mendapatkan banyak uang. Dan uang itu dipakai oleh Bona untuk bersenang-senang dengan teman barunya," singkatnya tajam.

Menerima penjelasan itu, aku mendadak bergeming. Hyun Bi terdiam sejenak, dan memakan makanan di tangannya.

"Aku sungguh tidak habis pikir dengan segala perubahan di hidup Bona," lanjutnya kecil memecahkan kesunyian di antara kami.

Segera, aku mendongak. "Dimana Bona sekarang? Apakah dia baik-baik saja?" Tanyaku. Entahlah. Aku cuman khawatir.

Ekspresi Hyun Bi berubah. "Ya, apakah kau pikir dia akan datang ke sekolah saat keadaannya parah begini?"

Photograph.Where stories live. Discover now