25. Guilty

4.1K 508 118
                                    

Seperempat dari seluruh perhatianku terpusat pada guru di depan.

Saat ini pelajaran sejarah sedang berlangsung. Mata pelajaran yang paling membosankan, menurutku.

Kita dituntut untuk mengetahui masa lalu yang tidak pernah kita lalui sebelumnya. Padahal itu sudah berlalu, untuk apa diungkit lagi coba?

Sungguh konyol.

Rasanya aku jadi malas menggunakan seluruh indra-ku untuk ini.

Jadi kualihkan pandanganku ke kanan, dan melihat Bona yang sangat fokus menyimak pelajaran.

Kami memang duduk bersampingan, sebangku malah. Tapi kami terlihat seperti orang asing yang tidak pernah saling kenal.

Sejak kejadian itu sampai sekarang, aku masih tidak mengerti dengannya.

Gadis itu masih terus mengabaikan, dan menganggap seolah-olah aku tidak tampak di matanya. Dia bahkan telah memiliki teman baru dan tidak pernah main lagi denganku.

Akibat pertengkaran yang tidak berdasar ini, Hyunbi juga kena imbasnya. Gadis itu tidak lagi berbicara bersama Bona meskipun hanya berbasa-basi saja.

Intinya kami seperti dibuang begitu saja olehnya.

Teman baru sungguh mengerikan.

Bel pergantian pelajaran tiba-tiba berbunyi yang otomatis mengalihkan perhatianku.

Aku berdiri saat ketua kelas memberi aba-aba, lalu membungkukkan badan seraya mengucapkan terima kasih pada guru.

Aku kembali duduk. Kulihat Ra Eun-teman sekelasku- berjalan ke arah sini.

Gadis itu hampir setiap waktu menemui Bona. Katakanlah sebagai teman baru yang akrab.

Ra Eun sering menemani Bona kemana pun. Mereka nyaris tidak pernah terlihat tidak bersama. Setara jika disamakan dengan seekor anak ayam dan induknya, tidak bisa di pisahkan.

Dan setiap kali aku melihatnya, aku merasa jika sudah ada berita buruk tentangku yang melekat padanya.

Aku tidak tahu kenapa, tetapi sikap gadis itu sangat kelihatan meskipun dia tidak mengatakannya.

Ra Eun datang dengan senyum andalan miliknya. Setibanya di sini, sorotnya seketika berubah begitu kami tidak sengaja saling tatap.

Ia menyiahkan rambutnya ke kanan, dan memandang Bona. "Bona-yah, kaja. Aku lapar," katanya dengan raut yang telah berubah.

Sebelum Bona benar-benar berdiri, langsung kutangkap lengannya. "Bona-yah, aku harus bicara denganmu."

Bona maupun Ra Eun mendadak terdiam. Mereka berdua beralih memandangku, yang satu memberi tatapan tidak suka, dan yang satu memberi tatapan seolah aku ini menjijikan.

"Singkirkan tanganmu."

"Tidak sebelum kau mau bicara denganku," balasku.

Bona berdecak. "Kubilang singkirkan," katanya terdengar kesal, lalu secara kasar menjauhkan tanganku darinya.

Lalu Bona berdiri dari duduknya dan akan pergi.

Tidak mau menyerah, aku kembali menangkap tangannya. Namun, Bona langsung menepisnya dengan kasar. Tanpa sengaja, ia mendorongku hingga terjatuh menubruk kursi.

Aku terjatuh ke lantai sembari memegang lengan kiriku yang sepertinya tergores oleh ujung meja. "Ah.."

Tidak lama, anak-anak kelas sudah menaruh perhatian pada kami.

Photograph.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang