18. What

3.8K 491 34
                                    

Sinar matahari masuk dari sela gorden.

Aku membalikkan badanku membelakangi jendela dan mencoba untuk tetap tidur sampai balas dendamku terhadap bangun sangat pagi selama beberapa hari ini terbalaskan.

Malam tadi, aku dan Taeyong menghabiskan malam di luar. Sekalian mengembalikan suasana hatinya yang lumayan kacau kemarin.

Kami berdua berjalan-jalan di sekitar daerah ini sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk singgah di taman bermain yang berada di sudut daerah ini.

Ada banyak hal yang kami bicarakan dan rata-rata, Taeyong-lah yang paling banyak menceritakan kisah hidupnya selama 14 tahun terakhir.

Dia bilang bahwa wajahku tidak pernah berubah dari dulu.

Dan sejujurnya dia tidak akan mengingatku kalau dia tidak mendapat mimpi di malam itu (part eyes). Namun, mungkin karena sudah takdir, dia kembali mengingatku.

Haha, aku malah membahas takdir.

Kutarik kedua sudut bibirku dan menggerakkan kepala untuk mengelus daerah bantal yang terasa dingin dan berusaha agar kembali tidur.

Namun, beberapa menit menutup mata membuatku jenuh juga dan terpaksa membukanya sambil menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil mataku.

Sejenak aku diam memperhatikan sudut kamarku.

Lalu, aku mengubah posisiku menjadi duduk dan menyisir rambutku yang kusut dengan tangan.

Aku melihat jam yang berada di atas meja samping tempat tidurku yang sudah menunjukkan angka 12:03 dengan pandangan yang masih sedikit rabun.

Masih jam 12 ternyata.

Bisakah aku kembali tidur?

Seketika mataku membelalak dan langsung sadar jika aku sudah tertidur cukup lama hari ini.

Kembali kulihat jam di atas meja tersebut dengan perasaan kaget.

Betapa hebatnya kekuatan tidurku hari ini sampai bisa tertidur selama 12 jam.

Yah, dua belas.

Kau benar-benar hebat, Jinhye. Aku kagum padamu.

Aku langsung turun dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Sepertinya, aku harus memulai hari sabtuku sebelum hari ini berakhir.

#

Setelah makan siang, aku memilih untuk menonton drama di TV.

Ketika makan siang, aku cuman membuat roti isi biasa yang dibakar. Aku tidak memiliki bahan lain di dapur, jadi aku terpaksa membuat menu makanan yang biasa di sebut ala anak rantau.

Jujur saja, makanan itu terasa agak hambar di lidahku. Memakan roti tanpa isian sungguh tawar karena tidak memiliki tambahan lain.

Sekarang, kutatap layar TV yang menampilkan adegan romansa diantara kedua tokoh di dalamnya.

Ugh, mereka terlihat cukup berlebihan untuk mengekspresikan rasa saling sukanya.

Photograph.Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum