29. Help

4.1K 478 147
                                    

Aku mengikuti langkahnya yang besar.

Setelah kejadian itu, Jungkook langsung membawaku pergi. Kami berdua melalui koridor ini dalam keheningan, dengan tangannya yang menggenggam tanganku erat.

Aku tidak menanyakan apa pun, cuma membiarkannya saja. Bukannya aku tak ingin bicara, hanya saja, saat ini aku sedang mengumpulkan kesadaranku terhadap kenyataan yang baru saja terjadi, dan juga berusaha mengontrol emosiku yang masih terombang-ambing tak karuan. Rasanya jiwaku masih tertinggal di tempat tadi.

Aku melihat tangan Jungkook yang masih tersangkut di tanganku dengan perasaan kosong. Sekarang aku harus bagaimana? Pemuda gila ini baru saja menempatkanku ke dalam kabut mengerikan. Dia sungguh gila, seharusnya aku tidak mengganti namanya waktu itu.

Tiba-tiba Jungkook melepas genggamannya, dan membuka pintu itu.

Aku masih terdiam seperti orang bodoh. Kupandangi dia yang mempersilahkan untuk masuk. Aku berkedip. Lalu tanpa mengatakan apa pun aku berjalan masuk. Di dalam, kami berdua terdiam untuk beberapa saat.

Seketika, aku mendapatkan kesadaranku sepenuhnya. Dan gejolak emosi yang sedari tadi mengendap di diriku ingin keluar begitu saja.

Aku menutup wajahku, dan mengacak-acak rambutku.

Jungkook bersandar pada pintu, lalu terbatuk kecil yang tertahan.

Aku menarik napas dan menatapnya sengit, "KENAPA KAU MELAKUKAN HAL TADI PADAKU?!"

Dari ekspresinya, Jungkook tampak sangat kaget. Tiba-tiba aku langsung menahan amarahku dan memilih untuk duduk di kursi.

Aku merunduk, tanganku mulai menjambak sejumput rambutku. Berakhir sudah hari-hari tenangku. Apakah aku melarikan diri ke kota terpencil saja? Aku sangat malu menampakkan wajahku ke orang-orang.

Sesaat kemudian, kuangkat kepalaku. "Katakan padaku," kataku setelah menarik napas.

Jungkook menatap kedua mataku dalam-dalam dari tempatnya.

...

..

.

"Kumohon jadilah pacarku."

"Apa?" Aku mendelik, kembali kaget dengan semua yang terjadi.

Bunuh saja aku dengan penyakit jantung.

"Kau pasti sudah tahu tentang rumor yang tersebar itu." Jungkook menarik napas, dan makin menyandarkan dirinya pada pintu. "Aku sangat terganggu. Bahkan, karirku sendiri terganggu karena ada banyak penggemar yang tidak suka kalau aku dekat dengan Sera. Untuk alasannya aku belum tahu pasti."

"Lantas?" Aku ingin segera pulang.

Jungkook mengulum bibirnya. Diam sebentar, lalu mengatakan, "aku berpikir.. kalau kau menjadi pacarku selama beberapa waktu mungkin bisa menenangkan para penggemar."

"A-shireo!" (Tidak mau!) Aku berteriak, mungkin suaraku bisa terdengar sampai luar ruangan.

"Kumohon dengarkan aku dulu." Tatapan Jungkook mulai menghalus, kini ia berjalan menghampiriku. Dia langsung berjongkok di depan kakiku begitu sampai. Kami tetap bertatapan. "Dari informasi yang kudapatkan dari Jimin hyung, penggemarku lebih memilih aku berkencan bersama gadis biasa dari pada seorang Entertaiment."

"Geurigo, naega wae? Padahal masih ada banyak perempuan yang kau kenal dan bisa membantumu." (terus, kenapa harus aku?) Suaraku tetap tinggi. Otakku sudah cukup lenyap. "Contohnya, para penata riasmu. Kau bahkan bisa menyuruh mereka untuk membantumu. Kenapa kau malah datang padaku untuk meminta pertolongan?"

Photograph.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora