49. Pull

2.1K 313 263
                                    

"Gadis tadi sudah pulang?" tanya wanita itu begitu mendengar suara pintu terbuka.

Sera mengangguk tanpa menoleh pada ibunya. Ia tengah fokus membuka sepatunya, perasaannya sedikit kacau akibat seluruh keadaan yang terjadi di hari itu.

"Ada apa dengan ekspresi wajahmu? Musunirisseo?" (Sesuatu telah terjadi?)

Sera akhirnya mendongak, menatapi wanita itu dengan pandangan suram. "Eomma.. kalau aku berkata bahwa aku ini gadis yang jahat, apa kau akan mempercayainya?"

Mendengarkan itu, ibunya mengamati wajah Sera dengan baik. Lalu, ia tersenyum dan menggapai tangan Sera dengan lembut. "Kau tidak akan tahu pendapat apa yang akan keluar dari mulut seseorang jika kau bertanya seperti itu. Terkadang apa yang menurutmu benar dan baik akan berbeda di mata orang lain yang mungkin menganggap bahwa kau baru saja melakukan tindakan bodoh hingga membuat seseorang tersakiti," ucapnya sembari mengelus-elus tangan Sera.

Gadis itu menunduk dan menggigit bibirnya. Lalu, ia melihat ibunya lagi, "Tapi, bagaimana jika apa yang kulakukan itu sampai membuat seseorang meninggal? Bukankah itu sudah menandakan bahwa aku ini adalah orang jahat?"

Ibunya mengernyit, "Kenapa kau berkata begitu? Kematian siapa yang kau maksud?"

Sera menarik napas dalam-dalam. Ini adalah pertama kalinya ia akan mengungkap segalanya pada wanita di depannya.

"Park Sewon. Aku yang membuatnya memutuskan untuk bunuh diri. Juga kematian seseorang di agensiku. Padahal aku tahu jika mereka sedang dalam bahaya, tapi aku dengan masa bodohnya mengabaikan semua itu hingga mendengar bahwa mereka bunuh diri."

Seakan tidak memberikan waktu untuk wanita di depannya bicara, Sera terus melanjutkan, "Secara tidak langsung aku ini sudah menjadi pembunuh. Aku bahkan membunuh anakmu sendiri dengan sikap acuh tak acuhku padanya. Maafkan aku."

Kemudian Sera merunduk, air matanya jatuh mengekspresikan suasana hatinya yang telah pecah menusuk dadanya. Lalu, tubuhnya secara perlahan merosot ke lantai, diikuti dengan ibunya yang tak mau melepaskan genggaman tangannya.

"Aku minta maaf karena terlambat menyadari seluruh kesalahanku. Maafkan aku," ucap gadis itu lagi dengan terisak.

Wanita itu akhirnya bergerak untuk memeluk tubuh Sera. "Tidak, Sera. Kematian Sewon bukan salah siapa pun. Semuanya terjadi benar-benar karena kecelakaan. Jadi, berhentilah menangis. Eoh?" ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung gadis itu.

"Tidak apa-apa. Semuanya sudah berlalu. Ibu sudah mengikhlaskan segalanya. Tidak akan ada yang menyalahkanmu lagi. Kamu dapat membuat kesalahan sewaktu-waktu. Orang lain juga melakukannya." Lalu wanita itu melepaskan pelukannya dan tersenyum dengan sangat hangat pada Sera.

"Geundae.. bagaimana pun juga aku sudah membunuh anakmu. Mengapa---,"

"Ssstt." Ibunya menggelengkan kepala. "Aniya. Kau tidak membunuh siapa pun. Juga tidak ada orang lain yang membunuh Sewon. Semuanya terjadi sesuai dengan apa yang sudah diatur oleh takdir."

Ia mengelus pundak Sera untuk sekali. "Mari akhiri pembicaraan ini dan masuklah ke kamarmu. Ibu akan membawakan cokelat hangat kesukaanmu ke sana."

Sera mengangguk dan ibunya bicara lagi, "Baiklah, ibu harus ke dapur untuk membuatkan minumanmu."

Sesegera mungkin, Sera menghapus jejak air matanya, "Biar kubantu," ucapnya ketika mereka berdiri lalu mengekori ibunya menuju dapur.

Photograph.Where stories live. Discover now