39. Save

3.5K 353 155
                                    

Jemari lentik itu menelusuri kalender yang digantung pada dinding kelas. Gong Nambyeol mengerjap dua kali dengan isi kepala berkelana.

Akhir Maret, 2014. Dia menggigit bibir bawahnya menahan gembira.

Besok adalah hari di mana kehidupannya akan berubah. Perempuan itu akan melakukan pemotretan di sebuah majalah untuk memulai debutnya sebagai model di dunia hiburan. Ini merupakan sesuatu yang sudah ia tunggu sejak lama. Segalanya bahkan nyaris membuatnya tidak tidur selama beberapa hari terakhir karena membayangkan kejadian yang akan terjadi ke depannya. Seperti layaknya sebuah mimpi, ia tak percaya. Nambyeol bahkan masih ingat perjuangan keras yang sudah dilewati hingga mencapai titik ini. Segalanya sungguh melelahkan seperti tak nyata.

Nambyeol kemudian memutar badan. Merasakan kehadiran seseorang dan mendapati sosok gadis berwajah cerah dengan bercak merah alami di pipi. Nambyeol menciptakan senyum lebar.

Itu adalah Han Jinhye. Sahabatnya.

"Byeol-ah," gadis itu berkata. "Yeogiseo mwohae?" (Lagi apa di sini?)

Nambyeol menemukan iris Jinhye yang bertanya-tanya, seperti mencari sesuatu yang disembunyikan. Gadis itu membawa dua tangan menggenggam tangan Jinhye. Ia hanya tersenyum, bersikap seolah misterius untuk membuat gadis Han itu terus penasaran.

Jinhye menerka. "Apa sesuatu terjadi? Kau tampak senang sekali."

"Eoh, maja! Coba tebak." (Tepat sekali!)

"Tidak tertarik," balas gadis tersebut sambil lalu.

Seketika Nambyeol menangkap lengan Jinhye, menahannya sebelum kembali ke bangku.

"Kenapa?" Jinhye bertanya tanpa ekspresi.

Membuat Nambyeol menatap malas manusia di sampingnya karena tidak peka sama sekali.

Dia menghela napas dan berkata pelan pada Jinhye, "aku akan melakukan pemotretan besok."

"Oh bagus lah kalau begitu."

Sontak Nambyeol berdesis kecil. Tubuhnya sedikit membuat jarak sembari memberikan tatapan tak suka.

"Cuman itu?" Suaranya agak keras. "Padahal aku berharap kau mengatakan selamat atau yang lainnya padaku, tapi kau malah bersikap dingin begini. Ada apa denganmu? Kau sama sekali tidak senang?"

"Anak ini." Napas Jinhye teralun pelan. Senyum kecil terukir. "Apa aku harus berteriak heboh agar kau percaya aku senang?"

Nambyeol mengerucutkan bibir. "Kau sama sekali tidak asik, Jinhye-ah."

Jinhye cuman tersenyum melihat temannya itu ngambek. Ia melangkah mendekati bangku dan duduk, diikuti oleh Nambyeol setelahnya. Pandangannya masuk ke dalam tas, mencari sesuatu sebelum mengambilnya dan menunjukkan itu ke Nambyeol.

"Pakai ini sebelum kau melakukan pemotretan besok," ucapnya dan melihat dua mata itu berbinar.

"Wah.. ini 'kan parfurm yang kuinginkan." Lalu gadis itu menatap Jinhye. Mulutnya merosot setelah sadar. "Jangan bilang kau sengaja membelinya untukku?"

"Pikirmu?"

"Oh, astaga. Terima kasih. Aku tak tahu kau akan melakukan ini."

Secepat kilat Nambyeol telah mengunci tubuh kecil Jinhye di dalam pelukannya. Rasanya sungguh haru menyadari perhatian kecil ini dari temannya tersebut.

Sementara itu yang dipeluk cuman menyembunyikan senyum dan kesenangan yang telah menggebu-gebu karena telah berhasil memberi kejutan.

Jika bisa jujur, Jinhye sudah lama tahu soal pemotretan yang Nambyeol katakan. Tiga minggu lalu ketika mereka berkunjung ke sebuah kafe, ia tak sengaja membaca pesan di ponsel Nambyeol yang membahas tentang tanggal pemotretan. Dan tepat hari itu pula Nambyeol bercerita banyak hal termasuk menginginkan sebuah parfurm yang sedang banyak dibicarakan di kalangan remaja.

Photograph.Where stories live. Discover now