41. Don't

2.7K 385 140
                                    

Sebisa mungkin aku menangkis segala kesan buruk tentangnya.

Kami berdua sudah terjaga selama satu jam lebih di salah satu meja restoran dengan beragam aneka makanan di atasnya.

Hanya dengan melihat semua menu itu, aku sudah dibuat mual olehnya.

"Ya, Jeon Jungkook, bukankah ini keterlaluan? Kau sudah memakan hampir lima piring saat ini."

"Hampir setengah dari waktu hidupku terhabiskan oleh latihan dan konser. Jadi aku harus mengisi ulang tenaga dengan memakan semuanya hari ini."

Aku meringis. "Tetap saja. Ini berlebihan."

Lima menit kemudian, aku bergerak gelisah melihatnya tak henti memasukkan makanan ke dalam mulut.

"Ya, Jungkook-ah, kau belum kenyang?"

Dia menggeleng dengan ekspresi introvert-nya. "Ajig. Ini masih belum cukup." (Belum.)

"Kau tidak merasa mual? Kau sudah memakan hampir semuanya."

"Aku kelaparan, Jinhye."

"Tapi tetap saja." Aku mendesah sungkar. "Nanti kau bisa muntah."

"Kau khawatir padaku?"

Sialnya, ia malah tersenyum jahil padaku. Aku jadi memilih bungkam dari pada menjawabnya.

Kemudian tangannya kembali bergerak menyumpitkan ttaebokki tersebut dengan lagak soknya.

Sikap menyebalkannya baru muncul lagi. Ini sudah cukup lama setelah ia tidak memperlihatkan sisi ininya.

Dia berbicara sembari mengunyah, "Wah, sepertinya aku akan sangat bahagia kalau setiap hari makan enak begini. Apalagi kalau kau menemaniku di sini, perasaanku tambah bahagia."

Kemudian, secara tiba-tiba tangannya terjulur ke udara. "Imo! Tolong tambahan jjajangmyeon, jeokbal serta ttaebokki untuk meja ini."

"Ya." Aku memelototinya.

Jungkook tersenyum sesaat melihatku, dan kembali berseru, "tolong berikan tambahan kuah kimchi-nya juga."

---

"Wah.. aku tidak bisa berpikir lagi."

Kupandangi ia tak percaya setelah melihat struk pembayaran yang baru saja diberikan. Jungkook menghabiskan uang hampir 100.000 won sendirian hanya untuk sarapan pagi.

Aku jadi ingin bertepuk tangan saja saat ini. Dia sungguh aneh. Perutnya terbuat dari apa sebenarnya?

"Bayar pakai uangmu dulu."

Mataku membulat. "Mwo?!"

"Aku tidak bawa uang. Manajerku juga tidak di sini."

"Kau gila? Tidak mau."

"Kau ingin kita cuci piring setelah ini? Kita akan segera dimarahi oleh pemilik restoran kalau kau tak membayarnya."

Photograph.Where stories live. Discover now