14. Not Again

4.4K 523 30
                                    

Malam tadi, kesunyian seperti menyanyikan lagu kesepian.

Sepanjang malam, aku mendengarkan setiap alunan nyanyian yang dibawakan olehnya dan mencoba untuk mempelajari bahasa yang ia sampaikan.

Aku tidak memiliki maksud lain, hanya saja aku cuman ingin mengetahui bahasa-bahasa yang dikeluarkan oleh kesunyian dan mencoba untuk merasakan seberapa dalam rasa kesepian yang selalu mengekangnya.

Mungkin saja aku dapat mencerna setiap bahasanya dan menjadi orang pertama yang dapat merasakan kesepian yang sunyi nyanyikan.

Bagaimana menurut kalian?

Pemikiranku lumayan lucu, ya. Tidak masalah, lagipula tidak akan ada yang tahu tentang isi kepalaku saat ini. Kan cuman aku yang mengetahuinya.

Aku tersenyum kecil dan terus melangkahkan kaki menyusuri trotoar jalan. Rambutku terayun ke belakang oleh angin yang menimpa wajahku.

Setelah sampai di gerbang sekolah, aku melihat beberapa siswa berjalan masuk dengan gembira. Tawa menghiasi mereka, sangat berbeda denganku. Aku hanya ketakutan sendiri karena kejadian kemarin.

Kututup mataku dan menghembuskan napas secara perlahan.

Saat aku membuka mata, aku memantabkan hati dan mengangguk sekali dengan tegas. Aku yakin, hari ini akan berjalan dengan lancar.

Kemudian, aku menggerakkan kaki ke depan memasuki pekarangan sekolah yang sudah sangat ramai oleh para siswa. Mataku menatap mereka sekilas tanpa menghentikkan langkahku.

Awal yang tidak terlalu buruk. Sepertinya hari ini akan berjalan lancar.

Kuukir senyum di bibirku seraya berusaha menyembunyikan rasa legaku.

Belum cukup semenit, semuanya berubah saat seseorang memiting leherku dengan kasar.

"Apa tidurmu nyenyak, nyonya Han?" Suara Hyunbi terdengar cukup dekat olehku.

Aku mendengus dan menyikut perutnya dengan pelan. Otomatis, ia menjauh dan tertawa.

Aku mengecap bibir, "kkamjjagiya!" Seruku sambil menatapnya jengkel. (Kau membuatku kaget tahu!)

Hyunbi masih tertawa, "mian, eoh? Mian. Aku tidak bermaksud, kok." (Maaf, ya? Maaf.)

"Tetap saja. Kau hampir membuat jantungku melompat keluar," aku menghela napas.

Secara berangsur-angsur tawa Hyunbi mereda. "mianhae, eoh?" Gadis itu tetap tersenyum lalu kembali berkata, "geundae, apa kau sudah mendengar berita tentang sasaengfans Taehyung yang kembali berulah?"

Kulirik dia sebentar, "belum. Aku juga tidak ingin mengetahuinya," jawabku tidak niat.

Tangan Hyunbi mencolek daguku cepat, "Eyy, kau ini. Bukankah kau juga seorang ARMY? Kau kan pernah bilang kalau kau menyukai Park Jimin dan Kim Taehyung,"

"Kapan aku ...?" Aku sontak menatapnya dengan mulut yang terbuka. Kuhela napas secara kasar melalui mulut, "jangan memanipulasi cerita! Aku sama sekali tidak menyukai salah satu ataupun dua dari tujuh laki-laki itu."

Hyunbi berdesis. "Anak ini, ya." Ia menjitak kepalaku secara bar-bar yang membuatku meringis. "Dulu kau bilang bahwa mereka sangat tampan, tapi sekarang kau berkata tidak menyukainya. Haruskah aku mereset kembali otakmu? Kau sudah mulai tidak waras rupanya."

Aku berdesis seraya mengelus bagian kepalaku yang terasa berdenyut. "Reset saja sampai kau puas. Tapi jangan salahkan aku begitu kepalaku tidak menyimpan satu pun kenangan yang sudah kita lewati," ujarku dengan dagu yang dinaikkan, bersikap sok angkuh entah karena apa.

Photograph.Where stories live. Discover now