35. Evil

4K 409 187
                                    

Perhatianku sepenuhnya terpusat pada gadis di depanku.

Di jam isitirahat pertama ini, Hyun Bi membawaku untuk menemaninya belajar di perpustakaan. Sesi kedua masuk Pegawai Negeri Sipil-nya akan dilaksanakan seminggu lagi. Jadi, ia sudah harus menyiapkan segala hal mulai sekarang.

Aku menopang pipi kiriku dengan tangan tanpa melepaskan tatapanku padanya. Ia tampak serius sekali mengerjakan soal-soal yang ada di buku, sampai-sampai sosokku di sini seakan tak tampak di matanya.

Lalu, aku berpindah menopang pipi kananku. Rasa-rasanya aku sudah merasa cukup jenuh, padahal kami berdua baru duduk selama 15 menit di dalam sini. Tapi, yahh... aku sudah bosan.

Belajar bukan lah gayaku. Aku bahkan masuk ke dalam kategori pelajar yang sangat jarang menginjakkan kaki ke dalam perpustakaan. Untukku, belajar itu membuat kepala menjadi sakit, mata menjadi perih, dan leher menjadi tegang.

Ketimbang sakit-sakitan hanya karena belajar, lebih baik pergi berjalan-jalan di sekitar kota untuk merilekskan diri. Kegiatan itu merupakan pilihan yang tepat untukku.

"Apakah kau tidak membaca bukumu, Jinhye-yah?" Hyun Bi menegur, tanpa melepaskan tatapannya pada buku.

Aku mendesah kecil. "Kau tahu 'kan kalau aku tidak suka belajar."

"Setidaknya baca bukumu meskipun sebentar," ia akhirnya menatapku. Aktivitas belajarnya terjeda karenaku. "apakah kau tidak memiliki mimpi di masa yang akan datang? Apa jadinya jika kau tak mendapatkan pekerjaan hanya karena sikap malasmu itu."

"Kenapa kau malah mengungkit mimpi?" tanyaku, merasa aneh.

"Ah, geunyang.." raut wajah Hyun Bi seketika terlihat resah. Ia menjilat bibirnya kilas, sangat terlihat jika ia merasa gelisah karena sesuatu. "aku merasa khawatir karena kau nyaris tak pernah berbicara soal mimpi yang ingin kau capai," balasnya rendah.

Hyun Bi menarik napas dan mengerang, "aku sangat mengkhawatirkanmu."

Dan karena itu, orang-orang di sini menegur kami karena merasa bahwa kami sangat lah berisik. Kami tersenyum canggung kepada mereka, kemudian saling berpandangan lagi.

Lalu aku mendekatkan kepalaku pada Hyun Bi. "Masa depanku akan baik-baik saja. Pikirkan saja tes PNS-mu itu. Jangan buat ibumu kecewa," bisikku, dengan suara yang amat sangat kecil.

Hyun Bi mengatupkan bibirnya sembari mengembungkan pipinya. Kemudian, ia berkata dengan suara yang sama kecilnya denganku. "Geurae, tapi kau juga harus giat belajar mulai sekarang. Ingatlah, ujian masuk perguruan tinggi tidak lama lagi."

Aku tersenyum. Menganggukkan kepala dan kembali membalas, "lanjutkan belajarmu, nanti kita ditegur lagi oleh mereka."

Gadis itu pun akhirnya kembali lagi mengerjakan soal-soal, sementara aku memainkan buku cerita yang tadi sengaja kuambil.

Dengan tak bergairah, aku membuka lembar-lembaran buku itu. Mataku tidak sepenuhnya membaca isi cerita anak-anak ini. Ini bukanlah sebuah bacaan untuk remaja seusiaku.

Ini adalah sebuah buku dongeng. Dunia impian anak-anak.

Tetapi karena buku ini, aku jadi diingatkan pada seseorang yang katanya muncul dari dalam dunia tersebut.

Photograph.Where stories live. Discover now