Chapter 7

53.4K 5K 55
                                    

[Raya pov]

Eh, kenapa tiba-tiba ada hujan yak? Emangnya hujan bisa turun di dalam ruangan ya?

"Raya banguuuun!!" Yaelah bokap gue. "Hei bangun anak bandel!"

Mata gue menyipit. Gue lihat bokap gue nyipratin aer ke muka gue. Langsung aja gue gelagapan bangun sambil mengucek mata yang masih terasa lengket bawaannya pengen nutup aja.

"Sekolah! Nih anak napa parah banget yak? Habis salat langsung mati lagi. Banguuunn!!" Bokap gue langsung bawa gue menuju kamar mandi.

"Yaaaa papa! Aku berangkat ke sekolah nggak pakek mandi. Males ah!"

"Ya elah anak perawan pakek acara kagak mandi. Nggak laku lu baru tau rasa!"

"Ih papa nih nggak jelas! Malah nyumpahin aku nggak laku! Siapa juga yang bakalan sedih kalau aku nggak laku? Papa, 'kan?"

"Kok bisa papa?"

"Iya. Soalnya aku bakalan minta nafkah terus ke papa kek parasit."

"Udah mandi sana!" Papa ngedorong gue masuk ke kamar mandi lalu mengunci pintunya.

"Pa! Buka pintunya, pa! Aku nggak mau mandi!!"

"Pokoknya papa nggak bakalan buka pintunya sampek lu mandi!" Teriak papa dari luar.

Ampun dah bokap gua. Ini nih udah jam berapa? Sudah kelewat jam setengah tujuh. Bisa-bisa telat lagi nih gue. Mampus lo Ray!

***

Di sekolah, gue udah liat Arsyaf, Renan, Zen, beberapa adik kelas dan beberapa kakak kelas yang stand by muterin lapangan. Seperti biasa, gue yang paling telat di antara mereka bertiga. Ternyata gue lebih parah yak? Hihi gue ketawa geli sendiri.

"Soraya Aldric?" Sapa Pak Bambang yang udah berdiri di depan pintu gerbang sambil membawa tongkat rotan.

Mampus lo Ray!

"Kamu telat 30 menit!" Kata bapak-bapak berperut buncit itu dengan nada tinggi.

Gue terlonjak. "Sumpeh, Pak?" Mata gue dah good bye.

"Kamu tau apa yang harus kamu lakukan, kan?" Tanya Pak Bambang melotot.

Ih nggak usah melotot juga keles! Bikin takut aja! Lama-lama gue colok juga tuh mata. "Iya, Pak. Lari-lari lapangan 6 kali putaran."

"Bagus kalau kamu udah tau!"

Setelah itu, gue naruh tas gue di sembarang tempat, di atas halaman sekolah. Gue nggak takut tas itu hilang atau ada yang nyuri isinya. Soalnya di tas itu nggak ada dompetnya. Em, lebih tepatnya nggak ada duitnya! Hahaha gue dihukum papa, nggak dikasih uang jajan selama seminggu penuh soalnya papa akhir-akhir ini sering dipanggil guru BK. Nggak tau salah gue apa, guru BK sukanya panggil-panggil papa ke sekolah. Tuh guru BK nge-fans apa yak sama bokap gue.

"Halo, Ren!" Sapa gue sambil ikut nimbrung lari-lari lapangan.

"Parah lo, Ray! Bisa-bisanya lo telat setengah jam! Cari mati lo?" Ujar Renan setengah tertawa.

"Bolos yuk?" Goda gue.

"Pala lo pe'ak!"

"Hallah! Sok alim lo! Kek gak pernah bolos aja!"

"Eh, cewek cetar! Bolos aja sendiri! Nggak usah ngajakin orang. Waaah pengaruh negatif nih anak!" Arsyaf ikut nimbrung percakapan kami.

"Eh, siapa yang ngajak lo ngomong sih? Petir nggak ada, ujan nggak ada, colokan juga nggak ada, lo tiba-tiba ada dan ikutan nimbrung. Lahir dari batu lo?" Gue nyolot.

"Eh, emangnya gue kera sakti, lahir dari batu?"

"Enak aja lu pengen jadi kera sakti! Lo itu pantesnya jadi patkay! Babi ngepet lu!"

Renan dan Zen langsung ketawa. Peserta lari satu per satu mulai berkurang hingga tinggal kami berempat. Siapa lagi kalau bukan gue, si ratu telat sama Arsyaf, Renan, dan Zen.

"Babi ngepet? Iya. Lo yang jaga lilinnya!" Tukas Arsyaf sambil ketawa.

"Okeh! Nanti gue tiup lilinnya biar babi ngepetnya mati hahahaha...."

"NAJIS LO!!"

"JAHANAM LO!"

"Kalian ini kayak Tom n Jerry ya?" Celetuk Renan mengulum tawa. "Padahal pacaran! Tapi...."

"Pacaran? NGGAK LAH!" elak gue sigap.

"Katanya Arsyaf, lo sama dia pacaran?"

"NAJIS IJIS CUIIIH!!"

"Sumpeh lo nggak mau pacaran sama gue? The most famous boy di sekolah ini?" Goda Arsyaf.

Idiiiih! Pengen gue lipet aja tuh mulut! Mana karet nasi mana? rasanya pengen gue ikat tuh mulut pakek karet nasi. Biar bacotnya nggak ke mana-mana.

"The most famous boy? Pala lo pe'ak!" Ujar gue dengan napas ngos-ngosan. Ah, lupa! Gue belom sarapan! Lemes coy dibuat lari-lari gini.

Samar-samar pemandangan gue tiba-tiba kabur. Arsyaf punya kembaran? Gue lihat dua Arsyaf, dua Renan, dan dua Zen! Emangnya ini iklan sarimi isi dua apa? Pala gue terasa pusing, dan......Braaaak gue terjatuh tak sadarkan diri.

Note  : ayo kawan! Baca terus tiap chapternya ya! Tolong luangkan waktu buat pencet bintang ama nulis komentar. Yorosiku onegaisimasu 😃😄☺

FEMME FATALE / CEWEK CETARWhere stories live. Discover now