Chapter 68

32.4K 2.5K 18
                                    

[Raya pov]

14 Februari. Ketiga sahabat gue kebanjiran coklat, kue, dan banyak hadiah lainnya. Jangan tanya gue ngasih atau enggak! Tentu saja enggak lah! Emang dasarnya gue orang pelit! Ada pengamen di bus aja, gue pura-pura tidur! Apalagi memberi tiga cowok bego yang sudah punya banyak hadiah! In your dream!!

Oh iya, gue lupa! Di antara 3 sahabat gue, salah satunya adalah pacar gue. Bushet! Pasti dia merengek meminta hadiah. Sekali lagi, in your dream!!

"Yap! Lo nggak ngasih gue apa atau apa.... gitu?!" Tanya Arsyaf manja.

Gue melepas headset. "Lo ngomong sama gue?" Gue pura-pura nggak tau. Trik lama yang selalu gue gunakan jika ada pengamen di bus.

Arsyaf menghela napas menahan marah. "Enggak! Gue ngomong sama hewan Rayap di dinding!"

Gue nggak menghiraukannya dan kembali memasang headset di telinga gue. Arsyaf mendengus kesal lalu melepas headset gue. Kemudian gue meliriknya tajam.

"Lo ini pacar yang nggak peka ya?!" Omel Arsyaf bertambah marah.

"Iya. Emang! Baru nyadar lo?"

Arsyaf merengut marah. Dia masih menginginkan kado dari gue padahal dia sudah dapat ratusan kado dari cewek-cewek di kelas, kelas sebelah juga banyak yang ngasih, adik-adik kelas, bahkan cewek-cewek dari sekolah lain juga ada.

Tak berapa lama kemudian, Renan dan El datang dan ikut nimbrung bersama kami. Mata gue melebar ketika melihat perut Renan yang agak membuncit.

"Hamil berapa bulan, om?" Tanya gue usil sambil menatap horor perut Renan.

"Sembilan tahun, Jeng. Nggak tau kenapa nggak mbrojol-mbrojol!" Jawab Renan asal.

Gue, Arsyaf dan El pun tertawa lepas mendengarkan lelucon Renan.

"Kura-kura kok tempurungnya di depan?" Tambah Arsyaf sembari mengulum tawa.

"Iya, Sist! Baru disantet Mak Lampir ini!" Renan kembali melawak.

"Perut lo, Ren! Kok jadi weleh-weleh?" El bertanya gemas.

"Syeksyi kah?" Renan menimpali.

"Enak! Nih monyet kalau ilang bisa langsung ketemu!" Tawa Arsyaf langsung pecah seketika.

Gue menabok kepala Renan dengan keras. "Tambah bunder aja lo, Ndong!"

"Ouch!" Renan tampak kesakitan. "Bunder-bunder gini udah laku ya! Kalau lo?"

"Gue sudah laku kok! Jangan salah ya!"

"Emangnya siapa pacar lo? Jangan bilang kalau lo pacaran sama Sobirin!"

Gue menoleh ke Arsyaf. "Kay......" rengek gue manja sembari memegangi lengannya.

"Siapa pacar lo?" Goda Arsyaf sambil mengalihkan pandangan ke sana ke mari.

"Enak aja lo mau pacaran sama Arsyaf! Levelnya ketinggian!" Celetuk Renan semakin menjengkelkan.

"Oke, Syaf! Kalau lo nggak ngakuin Raya, biar gue akuin!" El menatap Arsyaf tajam.

"Enak aja lo main akuin pacar orang!" Arsyaf merangkul pundak gue.

Renan tampak terperanjat kaget. Melongo seolah tak percaya. "Jadi, kalian beneran pacaran?" Matanya masih membulat.

"Iya. Dia pacar gue! Kalau lo...." Arsyaf menunjuk Renan. "Dan elo deketin Raya," kali ini Arsyaf menunjuk El. "Gue bakal bejek-bejek kalian sampai jadi ubi bakar!"

"Lo dipelet, Syaf?" Renan masih terlihat tak percaya.

"Iya. Gue sendiri sudah merasakan adanya hal-hal yang tidak wajar dalam diri gue. Misalnya saja, gue sering mimpikan dia, memikirkan dia, dan terbayang-bayang wajahnya. Dia lama-lama kayak hantu coy!" Papar Arsyaf sembari memaju mundurkan kepala gue dengan gemas.

Gue menghempaskan tangannya. "Woi!!"

Mereka bertiga langsung tertawa terbahak-bahak. Huh! Punya sahabat koplak seperti mereka.

"Apa? Lo pacaran sama Arsyaf?" Lea mematung di dekat pintu.

"Lea?" Gue menyapanya. "Iya. Sebenarnya....."

Sebelum gue menyelesaikan kalimat gue, Lea menggeleng tak percaya lalu berlari keluar kelas entah ke mana. Gue hendak mengejarnya tapi Arsyaf merengek agar gue tetap duduk di sampingnya.

FEMME FATALE / CEWEK CETARWhere stories live. Discover now