Chapter 39

34.9K 2.7K 13
                                    

[Raya pov]

Huuuhhhh.... hari ini sampai 2 minggu ke depan gue bakalan tinggal satu atap dengan Renan, sahabat gue paling gila. Kamar gue akhirnya tersabotase karena ada dia di sini. Dan yang lebih parahnya lagi, baru satu hari dia nginep di rumah gue, dia udah cari ribut sama gue. Minta di gibeng tuh anak!

"Renan! Gerandong! Cepetan mandinya! Entar gue telat nih!" Gue menggedor-gedor pintu kamar mandi. "Walaupun mandi lo sejam, tetep aja ketek lo bau bangke! Jadi, mending nggak usah mandi deh!"

"Iya. Bentar!" Renan keluar kamar mandi dengan rambut basah.

"Sempet-sempetnya lu keramas di jam segini?" Omel gue. "Lama-lama jadi suster keramas lo!"

Renan berdecak lalu mendorong gue memasuki kamar mandi. "Udah mandi sana! Bawel lu jadi orang!"

"Pokoknya kalau kita telat, kita harus telat bareng! Mati lo kalau lo berani tinggalin gue!" Ujar gue dari dalam kamar mandi.

"Ya elah banyak bacot lu! Cepet mandi sana!" Sahut Renan dari luar.

***

Untuk sekarang sampai 2 minggu ke depan, sepertinya gue bakalan berangkat ke sekolah bareng Renan. Ya udahlah! Lumayan! Ojek gratis hehehe

Sesampainya di sekolah, kebetulan kami bertemu dengan Arsyaf di tempat parkir. Arsyaf kelihatan kaget pas mendapati gue turun dari motor Renan.

"Kenapa kalian bisa berangkat bareng?" Mata Arsyaf masih membulat.

"Iya nih! Gue sama Renan sekarang tinggal bersama."

"APA? what's the meaning of living together?" Arsyaf tiba-tiba tampak marah.

"Nyokap bokap gue ada urusan kerja di Bali selama 2 minggu. Jadi, gue dititipin di rumahnya Raya," jelas Renan.

"Waaah! Bisa berabe nih!" Arsyaf menggerutu pelan.

"Lo bilang apa tadi?" Tanya gue penasaran.

Arsyaf menggeleng. "E...enggak. Gue nggak bilang apa-apa!" Dia berbohong.

Setelah percakapan itu, kami pun segera bergegas menuju papan pengumuman pembagian kelas. Semoga saja gue bisa sekelas sama Arsyaf dan Renan. Amin.

Mata gue menyisir abjad-abjad yang tertera di papan pengumuman. Ah, akhirnya gue menemukan nama gue di kelas XII-IPA 1. Yang lebih mengejutkan lagi, di atas nama Soraya Aldrick ada nama Renatha Azalea. Yes! Akhirnya gue bisa mempunyai teman cewek di kelas yang sama!

Tapi, yang gue sayangkan, kali ini gue nggak bisa satu kelas dengan 2 sahabat koplak gue, Arsyaf dan Renan. Bantu aku dewa!

***

Semua orang tampak berebut bangku tengah. Sedangkan Tantri dan Bianca langsung nimbrung di bangku paling depan dekat papan tulis.

Jangan tanya bangku yang mana yang akan gue cari! Tentu saja bangku yang gue cari saat memasuki kelas adalah bangku paling belakang. Di sana adalah surganya anak-anak malas kayak gue. Di bangku paling belakang pojok ada beberapa keuntungan, misalnya saja bisa main game, dengerin musik, tidur, sampai SMS.an. Pokoknya maknyoss dah! Surga dunia tersebut nggak bakal pernah bisa dirasakan sama anak-anak yang berada di bangku depan hehehe.

"Raya?" Lea memanggil nama gue dari ambang pintu sambil berjalan menghampiri gue.

"Lea?" Gue menimpali.

"Ya ampun! Gue nggak nyangka bisa satu kelas sama lo!"

"Iya. Gue juga nggak nyangka bisa satu kelas sama lo!"

"Ngomong-ngomong, lo duduk bareng siapa?"

Gue menggeleng cepat. "Nggak bareng siapa-siapa!"

"Boleh gue duduk di sini?"

"Boleh!" Jawab gue ngotot. "Boleh boleh boleh."

Lea tersenyum lalu meletakkan tasnya di bangku gue. Ah, akhirnya gue punya teman cewek juga. Thank's God!

FEMME FATALE / CEWEK CETARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang