Chapter 56

33.3K 3.2K 21
                                    

[Raya pov]

Jujur, di dasar hati gue, gue nggak ingin Arsyaf dimiliki oleh orang lain. Melihatnya bersama Bianca saja membuat gue sakit. Tapi, jika gue menerima cinta Arsyaf, apakah friend zone di antara kami berempat akan tetap sama?

"Gue butuh waktu, Syaf!" Jawab gue lirih.

Arsyaf mengangguk lalu mengusap air mata gue lembut.

***

Tak terasa sudah 2 minggu sejak kematian Bianca. Gue masih belum memberikan jawaban pada Arsyaf.

"Kak Arsyaf?" Seorang gadis cantik berambut pendek menyapa Arsyaf yang saat itu sedang menikmati bakso bersama gue, Renan, El, dan Lea.

Arsyaf menoleh ke arah gadis itu. "Hm?"

"Ini!" Gadis berkulit putih itu menyodorkan sebuah kado kecil untuk Arsyaf. "Ini buat Kakak!"

"Ciyeeee...." goda Renan dan El.

Arsyaf masih terdiam. Dia belum juga menerima kado itu. Tangan gue mengepal marah seakan tak terima Arsyaf didekati cewek lain. Tapi gue nggak bisa berbuat apa-apa karena memang Arsyaf bukan siapa-siapa gue. Gue nggak berhak melarangnya ini dan itu.

"Sikat aja, Syaf! Lagipula dia cantik juga!" Ujar El.

Arsyaf melirik gue sebentar lalu kembali menghadap gadis bertubuh sexy itu. "Maaf, gue sudah punya pacar!" Tolak Arsyaf sopan.

Sontak kami semua pun terlonjak kaget mendengar pernyataan Arsyaf barusan. Gadis dengan behel gigi itu pun berlari pergi entah kemana setelah Arsyaf menolaknya.

"Gila lo! Lo pacaran sama siapa?" Tanya Renan ngotot.

"Ada deh!" Dia hanya meringis.

Hati gue langsung panas! Dongkol bukan main! Betapa tidak?! Baru saja 2 minggu kemarin dia nembak gue! Dan sekarang, dia sudah punya pacar? Dasar Arsyaf sialan!!

***

Siang itu, hanya ada gue dan Arsyaf di halaman belakang sekolah. Gue harus meminta kejelasan padanya!

"Lo pacaran sama siapa?" Tanya gue ketus.

Arsyaf menggeplak kepalanya sendiri. "Ya elah! Pacar gue malah nggak ngakuin gue jadi pacarnya nih! Nasib....nasib...."

"Kalau ngomong yang jelas! Jangan ambigu gitu dong jadi orang!" Gue semakin judes.

"Jadi lo nggak mau pacaran sama gue nih?" Ia menunggu beberapa saat. "Ya udah! Kalau gitu gue bakal cari cewek tadi dan...."

"Eh eh!" Mata gue mendelik sambil memegang lengannya. "Ya udah! Gue mau jadi pacar lo! Tapi dengan satu syarat."

"Syarat apa?"

"Gue mau kita back street!"

Arsyaf mendelik tajam. "OGAH AH! Gue mau semua orang tau kalau lo itu pacar gue!!"

"Lo bego apa?! Bisa-bisa gue dikeroyok cewek satu sekolah jika mereka tau kalau kita pacaran!"

"Nggak mau ah!" Kata Arsyaf manja.

"Kalau nggak mau ya udah! Kita temenan aja!"

"Eh eh!" Kali ini dia yang memegang lengan gue. "O..o..oke! Gue mau back street!"

"Nah! Gitu dong!"

Arsyaf lalu tersenyum sambil mengelus-elus poni gue. "Mimpi apa lo tadi malem? Beruntung banget bisa pacaran sama cowok ganteng kek gue!"

"Cowok ganteng dari Hongkong!" Bentak gue judes sambil menepis tangannya dari kepala gue. Kami pun tertawa bersama.

Setelah puas tertawa bersama, tiba-tiba suasana menghening. Arsyaf tiba-tiba memegang pundak gue lalu mendekatkan mukanya ke muka gue secara perlahan. Apaan nih? Jangan bilang kalau dia mau cium gue! Ya Tuhan!

Pleeekk

Tangan gue dengan cepat menghentikan laju mukanya. Kemudian dia melotot marah sambil berkacak pinggang.

"Gimana sih! Katanya kita pacaran! Masa' minta cium dikit aja nggak boleh?!" Kata Arsyaf manja.

"GAK BOLEH!! YANG BOLEH CIUM GUE ITU CUMA SUAMI GUE!!" bentak gue judes.

"Gue 'kan calon suami elo!"

"Kan masih calon! Bisa aja di tengah jalan kelar dah!"

"Ayolah, Yap! Cium dikiiiiittt aja!" Rengek Arsyaf.

"ENGGAK!! Cium aja kumisnya Pak Dono noh! Alus!"

Gue berjalan pergi menuju kelas. Arsyaf mengikuti gue dari belakang masih merengek minta dicium. Arsyaf, mulai sekarang, mari kita pacaran secara sehat! Oke?

Note   : bintang dan komen ya kakak2 dan adik2 😄

FEMME FATALE / CEWEK CETARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang