Chapter 41

35.4K 3.7K 32
                                    

[Raya pov]

Kali ini gue nongkrong di kantin nggak bersama Arsyaf dan Renan seperti biasanya. Gue bersama Lea makan bakso dan minum es jeruk. Ternyata banyak persamaan di antara kami setelah kami mengobrol panjang lebar. Kami sama-sama suka pedas, sama-sama suka drama korea, dan kami sama-sama tidak suka olahraga. Nyambung banget kalau ngomong dengan Lea deh!

"Eh, lo punya CD drama korea princess hour nggak?" Lea memegang pundak gue.

Gue manggut-manggut mengiyakan. "Iya. Kenapa?"

"Kapan-kapan ayo kita tonton bareng ya! Gue pengen nonton lagi nih!"

"Oke! Gimana kalau sepulang sekolah?"

Lea tersenyum manis. "Oke." Dia mengacungkan jempolnya.

***

Setelah ganti pakaian, gue menyalakan TV lalu DVD. Lea duduk manis saja di sofa. Gue lalu mencari CD drama korea princess hour di antara tumpukan CD drama korea yang lainnya. Ah, ketemu! Gue pun memasukkan CD tersebut ke dalam DVD player lalu duduk bersama Lea di sofa.

Tak terasa dua episode kami tonton dengan nikmat. Ternyata drama korea lama kalau ditonton lagi seru juga ya, pikir gue.

"Assalamu'alaikum!" Terdengar suara Renan dari luar pintu.

"Wa'alaikum salam!" Jawab gue sambil makan snack.

Mulut Lea terlihat menganga ketika dia melihat Renan memasuki rumah gue seperti rumahnya sendiri. Astaga! Siapa itu yang mengikuti Renan dari belakang? Arsyaf dan El? Ngapain mereka ke sini?

"Ngapain kalian ke sini?" Tanya gue judes.

"Untuk membinasakan hama Rayap!" Jawab Arsyaf asal.

Gue mendengus kesal. "Pergi sana! Lanjutkan perjalanan lo bersama biksu Tong! Dasar Patkay jelek!"

"Apaan sih, Mak! Cerewet banget jadi cewek! Lama-lama gue setaples juga tuh mulut!" Renan terlihat agak kesal.

Gue langsung kicep. "Maaf, Ndong!" Kemudian gue balik nonton drama korea.

Sementara gue dan Lea asyik menonton drama, Renan dan 2 cowok bego yang lainnya sedang asyik bermain uno di atas karpet dekat sofa yang kami duduki.

"Tapi kalau dipikir-pikir, kasian juga Min Hyo Rin yak?" Gue beropini sambil masih fokus lihat drama.

"Iya. Kasian dia! Ditinggal kawin sama Shin!" Lea menimpali.

Arsyaf berdecak. "Nggak penting banget ya obrolan cewek itu!" Dia menyindir.

Gue langsung melempar bantal ke muka Arsyaf, tapi salah sasaran dan malah terkena kepalanya El. El menoleh dengan mata melotot. Mampus lo, Ray! Bisa-bisa kena gibeng lu sama ketuanya ketua geng!

"Sori, El!" Gue meringis kecut.

El tidak berkata apa-apa dan langsung kembali bermain uno.

"Mampus lo! El ngambek noh!" Ujar Arsyaf menyebalkan.

"Auk ah!" Gue balik nonton drama.

Tak berapa lama kemudian, gue dan Lea terus saja mengomentari drama yang kami tonton. Para cowok terlihat agak terganggu dengan percakapan kami.

"Ya ampuuun! Kalau gue jadi Hyo Rin, gue nggak mau dah balik sama Shin!" Lagi-lagi gue beropini. Lea hanya mengangguk mengiyakan.

"Apaan sih, Yap! Ganggu banget lo!" Gumam Arsyaf jengkel.

"Ya elah, Kay! Gue ini lagi menghayati drama korea yang gue tonton!" Tukas gue ketus. "Gimana perasaan elo kalau lo ditinggal kawin sama orang yang lo cinta?"

"Ya nggak gimana-gimana," jawabnya santai.

"Terus lo nggak ngelakuin apa-apa gitu?"

"Enggak. Paling-paling gue bongkar tenda birunya!" Arsyaf masih fokus main uno.

"Kalau gue ditinggal kawin, gue bakal ikut nimbrung di malam pertama," celetuk El tiba-tiba.

Kami semua terhenti mendengar jawaban El barusan. Dia bisa bicara juga? Dan ucapannya lucu juga!! Hahaha..... tawa kami pun pecah seperti telor ceplok. Tidak gue sangka kalau El bisa melawak juga.

"El, lo waras 'kan?" Renan memegang jidat El.

El menampik tangan Renan dan melanjutkan permainan uno.

"Sejak kapan lo jadi gila, El?" Arsyaf memandangi wajah El yang masih kelihatan dingin karena karakter El yang memang pendiam.

"Mungkin sejak negara api menyerang!" Renan cengar-cengir nggak jelas.

"Yang bener, sejak biksu Tong nyasar di alun-alun Jakarta!" El menunjuk ke arah gue.

Tawa dari semua orang kembali pecah. El masih nggak berekspresi sambil menatap gue.
"Maksud lo? Gue biksu Tong?" Gue menunjuk diri gue sendiri.

El mengangguk. "Iya. Mulai sekarang, gue akan manggil lo Tong Sam Cong!"

Wuahahahahaha.....tawa lagi-lagi kembali pecah. Riuh sekali!! Gue langsung melempar El dengan bantal tapi El dengan sigap menampiknya. "BIRI-BIRI!!" teriak gue gemas.

El hanya tersenyum. Dari sini gue tau kalau El tidak jahat. Dia tidak menakutkan seperti Zen. Itulah sebabnya gue bisa menerimanya sebagai sahabat.

Note     : bintang dan komen ya! 😄

FEMME FATALE / CEWEK CETARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang