Chapter 31

37.4K 4.3K 47
                                    

[Raya pov]

Tak terasa UAS pun datang dengan cepat. Gue harap, gue bisa masuk peringkat the best ten. Gue akan buktikan pada Tantri, Bianca, dan Monica kalau gue bisa bertahan hidup tanpa contekan! Eh, maksud gue bisa ngerjain soal-soal UAS tanpa bantuan siapa pun.

Jantung gue berdegup kencang saat memasuki ruang ujian. Huh? Gue terpental kaget ketika melihat nomor ujian gue kali ini tepat di depan meja pengawas lagi. Gue pun mendengus kesal. Kayaknya kali ini gue mati lagi. Heeeeem..... andaikan saja, gue adalah neneknya Tapasha, pasti gue nggak bakal mati-mati walaupun gue melakukan hal-hal jahat seperti menyontek. Tuh nenek-nenek emang ajaib apa yak?

Tadi malam gue sudah belajar. Apa pun yang terjadi, gue pasrah. Huuuh.... gue menghela napas, meletakkan tas di atas kursi, lalu duduk. Tiba-tiba Renan datang dan langsung menggeser pinggul gue.

"Woi!" Sapanya tampak begitu ceria.

Hidung gue mulai manggut-manggut ketika Renan datang. Gue mencoba mengkaji termasuk jenis apakah bau yang ditebarkan Renan kali ini.

"Ngapain lo?" Renan mendelik. "Gue udah mandi dan gue tadi pagi nggak makan jengkol ya! Lo jangan main fitnah!!"

Ketika gue dapat menyimpulkan jenis apakah bau itu, gue pun bergegas menutup hidung. "Bushet lo, Ren! LO BAU KAOS KAKI!!" teriak gue ke telinganya.

Renan terpental sambil memegang telinganya. Lalu dia meringis malu.

"Kaos kaki lo belum lo cuci berapa tahun huh?!"

"Baru sebulan kok, Ray! Nggak usah lebay lo!"

Mata gue membulat kaget. "Sebulan? Bushet! Kemarin bau ketek, terus bau jengkol, sekarang bau kaos kaki! Lo pantes pergi ke neraka bareng neneknya Tapasha tauk!" Omel gue yang masih menutup hidung.

Renan malah tertawa sambil mengacak-acak rambut gue. "Gue ke neraka nggak mau bareng neneknya Tapasha. Gue mau bareng lo aja!"

"Kita emang bersahabat sejak kecil, Ren! Kemana pun selalu bersama. Tapi kalau ke neraka.... gua OGAH!!"

Tantri tiba-tiba datang dan menyeret Renan keluar kelas. Wajahnya tampak bete tiap kali dia lihat gue sama Renan bergurau bersama.

Eh, kalau dipikir-pikir, kenapa dulu gue sempat suka sama Renan ya? Udah bau ketek, bau jengkol, bau kaos kaki lagi! Oh iya, mungkin karena dulu dia nggak bau kek sekarang.

***

Pak Dono membagikan soal ujian dari depan. Gue melirik sedikit soal-soal itu. Astaga! Ada apa dengan gue? Kenapa soal-soal itu terlihat mudah?

Gue langsung mengambil pensil lalu mengisi LJK dengan lancar. Semua yang gue pelajari keluar di soal ujian. Semua soal terlihat seperti soal anak SD di mata gue. Padahal, pas UTS kemarin, soal-soal seperti ini bagaikan luka yang disiram air garam. Menyiksa otak. Tapi sekarang?

***

Seperti biasa, setelah ujian, gue nongkrong di kantin makan bakso kesukaan gue dengan lahap. Tiba-tiba Renan datang sambil menenteng semangkuk bakso menuju ke arah gue. Sebelum Renan duduk semeja dengan gue, gue udah ngacir mencari tempat duduk yang lain. Renan hanya melongo.

"Woi, Mak! Kenapa pergi?" Tanyanya yang masih berdiri menenteng bakso.

"Gua ogah duduk sama lo! Bau kaos kaki! Mungkin aja besok atau lusa lo bau bangke."

"Tega lo jadi temen!"

"Bodo!" Gue meletakkan semangkuk bakso gue ke meja lain lalu menyantapnya. Ah, enaknya!

Note    : ngarang cerita lucu itu susah kawan... jadi sabar ya.... bintangnya dong, plis. Komen juga ya kawan!
Chapter selanjutnya bakalan lebih seru. Gue udah punya beberapa ide gila. Jadi, stay tune! 😆

FEMME FATALE / CEWEK CETAROnde as histórias ganham vida. Descobre agora