Chapter 35

37K 3.4K 30
                                    

[Raya pov]

Sudah ada El ketika gue keluar rumah. Dia nggak berkata apa-apa dan hanya menyodorkan sebuah helm saat gue menghampirinya.

"El, lo mau jemput gue ke restoran ayam?" Gue menyambar helm yang disodorkan El.

"He'em." Jawabnya singkat.

"Sudah lama nunggu di sini?" Tanya gue sambil memakai helm.

Dia menggeleng. "Enggak kok."

Bushet dah! Nih anak diajak ngomong susah bener ya? Pengen gue tabok aja tuh mulut biar terdengar suaranya! Gue ngebacot sendiri dalam hati. El memang jarang bicara. Dia tidak seperti Arsyaf dan Renan yang banyak bacot. Tapi, di balik sifat pendiamnya itu, gue dapat tau kalau dia paling care di antara ketiganya. El tau kalau gue nggak punya motor, makanya dia jemput gue. Ah, gue ngomong apa sih? Pokoknya gue nggak boleh jatuh cinta sama Arsyaf, Renan, apalagi El! Mereka sahabat gue. Gue nggak ingin persahabatan kita berempat hancur hanya gara-gara perasaan gue yang nggak konsisten.

Setelah siap, kami pun melaju menuju restoran ayam yang berada di dekat sekolah. Tapi pada saat El mengendarai motornya dengan cepat, tiba-tiba seorang nenek menyebrang jalan tanpa menengok kanan dan kiri.

"AWAS, EL!!" teriak gue dengan mata membulat.

El dengan sigap menarik rem depan dan rem belakang secara bersamaan. Gue pun terlonjak ke depan hingga gue berada tepat di punggung lebar El. Gue terhenti sejenak di punggung itu. Astaga! Mulai deh gue napsu lagi!

Gue dan El langsung turun dari motor dan menghampiri nenek tersebut. Astaga! Ternyata nenek itu buta! Kasian sekali dia! Gue langsung membantu nenek itu dan menemaninya menyebrang jalan. Sedangkan El hanya melongo di tempatnya berdiri.

***

Sesampainya di restoran, gue sudah melihat Arsyaf dan Renan di salah satu meja dekat jendela. Gue pun melambai-lambai memberi kode kalau gue sudah datang. Ekspresi mereka tampak kaget ketika mendapati gue datang bersama El.

"Kenapa lo bisa bareng El?" Tanya Arsyaf kelihatan sewot.

"Iya nih! Kenapa lo bisa bareng sama El?" Renan ikut-ikutan.

Gue berkacak pinggang sambil melototi mereka. "El itu nggak kayak kalian! Walaupun dia setengah bisu, tapi dia peka!"

Pletak....

El memukul ringan kepala gue. Tidak sakit seperti jitakan Arsyaf atau pun Renan. Dia langsung duduk di kursi lalu menarik tangan gue untuk duduk bersamanya. Arsyaf dan Renan lagi-lagi hanya melongo.

"BTW, gimana caranya lo bisa dapet juara?" Arsyaf memulai pembicaraan sambil menunggu pesanan datang.

"Gue pelet gurunya biar suka sama gue!" Gue menjawab asal.

"Eh, kalau jawab yang bener dong!"

"Ya karena otak gue emang diciptakan encer! Beda kayak otak lo! Lembek-lembek ambigu hahahaha....." Gue mulai mem-bully si Arsyaf.

"Rayap, tak boleh lah kamu nakal!" Arsyaf menimpali dengan logat melayu.

"Baiklah Athok!"

El terlihat mengulum tawa. Dia hanya tersenyum. Sementara wajah Renan terlihat bete sejak gue datang bersama El tadi.

***

Setelah kenyang dan puas berbincang, gue berjalan menuju meja kasir untuk membayar. El mengikutiku dari belakang.

"Berapa Mbak semuanya?" Tanya gue ke kasir.

"Semuanya 200 ribu, Mbak!" Jawab kasir itu.

Sebelum gue mengeluarkan uang, El sudah menyodorkan uang duluan ke kasir itu. Gue langsung menghentikan tangan El. El menatap gue keheranan.

"El, biarkan hari ini gue yang nraktir!" Ucap gue.

"Gak apa-apa. Pakai uang gue aja."

"Biarkan gue yang nraktir kali iniiiiiiii aja! Ya?"

Dia terlihat malas berdebat dengan gue. Kemudian dia memasukkan kembali uangnya ke dalam dompet lalu memasukkan dompet tersebut ke dalam saku celana.

Note     : gue menciptakan karakter Elbara sebagai sosok yang pendiam. Mencintai dengan tindakan dan bukan dengan kata-kata. Eciyeeeee penulisnya jadi baper sendiri. Icikiwiiiirrr

Vote dan komennya jangan lupa! Ajak temen2 kalian buat baca juga biar gue tambah ngotot buat melanjutkan cerita selanjutnya. Thank you so much.

FEMME FATALE / CEWEK CETARWhere stories live. Discover now