Chapter 59

31.9K 3.2K 26
                                    

[Raya pov]

Tak terasa satu semester sudah gue lewati bersama sahabat-sahabat gue di kelas XII ini. Hasil UAS semester 1 ini sangat memuaskan. Gue berhasil juara 1 dan menggeser Tantri. Dan akhirnya papa membelikan gue motor bebek. Tapi yang jadi masalahnya, gue nggak punya SIM!! Gue butuh latihan dari yang profesional agar lulus dan mendapatkan SIM.

"Hallo? Panglima Tieng Feng?" Ucap gue di telepon.

"Ada apa sih, Yap? Pagi-pagi gini gangguin orang tidur aja lo!" Suara Arsyaf tampak seperti orang yang baru saja terbangun dari tidur.

"Ya udah kalau nggak mau diganggu! Gue akan minta orang lain ngajarin naik motor!"

"Ya udah sono! Minta ajari Kak Icha!"

"Kak Icha nggak bisa. Dia kuliah sampek sore. Gue akan minta Renan atau El saja deh!"

"HEI!!" Bentak Arsyaf sampai-sampai telinga gue sakit dan menjauhkan HP yang gue pegang menjauh dari telinga.

"Bushet lo! Lama-lama gue bisa mati stroke kalau pacaran sama lo!"

"Pokoknya lo nggak boleh diajari sama Renan apalagi El! Kalau Sobirin yang ngajarin bolehlah bolehlah!"

"Sontoloyo! Jadi, lo mau ngajarin atau enggak?" Tanya gue judes.

"Ya udah deh! Gue akan ke sana 30 menit lagi!"

Tit......

***

[Elbara pov]

Papa lagi-lagi membawa wanita baru ke dalam rumah. Wanita yang dibawa papa kira-kira seumuran dengan gue. Cantik, muda, dan sexy. Kami, anak muda biasa menyebut wanita seperti itu dengan sebutan cabe-cabean, lebih tepatnya kimcil.

Gue sudah muak dengan semua ini. Sejak mama meninggal, papa selalu bergonta-ganti pasangan. Dia selalu pulang dalam keadaan mabuk dengan membawa satu atau dua wanita malam. Selain gila kerja, papa sekarang gila bermain wanita.

Tanpa bicara banyak, gue pun pergi keluar rumah untuk menghirup udara pagi. Ah, gue ingin bertemu Raya. Saat dia berada di dekat gue, rasanya gue dapat menghilangkan setengah dari beban pikiran gue.

Tapi......

Harapan gue seketika hancur saat melihat Raya dan Arsyaf bercanda tawa bersama di taman kala itu. Arsyaf tampak mengajari Raya naik motor. Gue tercekat. Membatu di ujung jalan dengan tatapan kosong.

Cukup! Cukup sudah gue melihat keakraban mereka! Gue nggak suka! Permainan persahabatan ini harus segera gue akhiri sampai di sini saja. Raya harus menjadi milik gue seorang. Titik!

Gue pun menghampiri mereka. Kemudian mereka terhenti dengan muka kaget. Gue menatap mereka dengan sinis.

"Kenapa lo bisa bersama Arsyaf?" Tanya gue penuh selidik.

"Ya karena gue memintanya untuk mengajari gue tes SIM," jawab Raya dengan lugunya.

Gue melotot dengan alis mengkerut. "Kenapa lo nggak minta gue yang ngajari lo?" Gue semakin sewot.

"Ya karena gue ingin Arsyaf yang ngajari gue!"

"Arsyaf, Arsyaf, Arsyaf, dan Arsyaf lagi!"

"Lo kenapa sih, El?" Tanya Arsyaf nyolot.

"Diem lo!" Ujar gue dengan nada tinggi.

"El, kenapa lo jadi marah-marah gini sih?" Raya menatap gue penuh tanya.

Gue langsung memegang tangan Raya, menariknya menuju sisi gue. Mata Arsyaf membulat lalu dia menarik tangan Raya menuju sisinya.

"Eh! Eh! Udah! Udah! Nih tangan lama-lama copot tau nggak?" Omel Raya cemberut.

"Ayo kita pergi, Ray!" Ajak gue.

"Pergi kemana?" Dia menimpali.

"Jangan Ray! Dia mau ngajak lo ke neraka!" Potong Arsyaf sebelum gue ngomong.

Gue langsung naik darah dan mengangkat kerah bajunya dengan marah. Mata Arsyaf mendelik seakan menantang.

Raya pun melerai kami. "Udah! Udah!" Cegahnya sambil berusaha menjauhkan kami.

Sebelumnya, gue nggak pernah jatuh cinta sama cewek mana pun. Ini adalah kali pertama gue jatuh cinta. Melihatnya bercanda tawa bersama cowok lain membuat gue linglung dan kehilangan akal. Meskipun Arsyaf adalah sepupu gue, gue nggak bakal rela melepas Raya buat dia.

Note    : ayo rek.... bintang dan komennya ☺

FEMME FATALE / CEWEK CETARWhere stories live. Discover now