Chapter 46

36K 2.9K 122
                                    

[Raya pov]

"Ray! Gue ada rapat osis nih! Nggak apa-apa 'kan kalau lo gue tinggal?" Pamit Lea.

Gue mengangguk. "Iya. Nggak apa-apa kok!"

Sejak kelas X, Lea memang aktif berorganisasi. Menghabiskan jam istirahatnya untuk hal-hal yang menguras tenaga. Berbeda sama gue yang lebih memilih tidur di dalam kelas sambil menikmati lagu korea melalui headset.

Arsyaf dan Renan tiba-tiba masuk ke kelas gue ketika gue lagi tidur pas jam istirahat. Lalu dia bangunin gue. Gue pun terperanjat kaget sambil mengusap air liur yang sedikit membasahi sudut bibir gue.

"Apaan sih kalian! Ganggu jam tidur gue aja! Annoying!" Omel gue kesal.

Arsyaf lalu duduk di samping gue sambil tertawa jail. "Ya ampun, Yap! Kerjaan lo itu kok molor mulu sih?" Dia mendorong bagian belakang kepala gue sampai muka gue hampir saja nuncek ke atas meja.

Renan kemudian duduk di bangku depan gue. "Syaf! Dia kan emang Mak Lampir! Jadi wajar kalau pagi kayak begini dia merem. Baru tuh kalau malam dia melek!" Dia malah tertawa lepas.

Bola mata gue naik ke atas sedangkan tangan gue menengadah seperti orang berdoa. "Tolong Baim Ya Allah! Baim di bully!" Kata gue.

Mereka lagi-lagi tertawa. Tak lama setelah itu, El berjalan menuju kami dengan gayanya seperti biasa, kedua tangan tersimpan di saku celana dengan dagu agak condong ke atas seperti orang songong. Lalu ia ikutan nimbrung bareng kita.

"Eh, BTW, dua hari lagi 17 Agustus nih!" Kata Arsyaf.

"Pakek baju apa ya?" Tanya Renan garuk-garuk kepala.

"Iya nih! Pakek baju bebas atau pakek seragam?" Tambah gue.

"Pakek baju koko sama sarung, bego!" Arsyaf menjambak pelan poni gue. "Pakek sepatu. Terus kepala pakek helm juga biar nggak silau!"

Gue membalas Arsyaf dengan cubitan gemas. "Itu 'kan buat cowok aja! Yang cewek?"

"Emangnya lo cewek?" Celetuk El.

Gue bengong sebentar menatap El. "Meneketehek!" Sahut gue sembari mengangkat bahu.

"Nggak pakek baju aja sekalian!" Renan cengar-cengir nggak jelas.

"Kita sih fine-fine aja nggak pakek baju. Tapi kalau guru Tong?" El melirik gue jail.

Tawa Arsyaf dan Renan langsung berhamburan. Mulut gue langsung manyun cemberut.

"Parah lo, El! Nggak bisa bayangin gue!" Arsyaf masih terpingkal.

Gue langsung berdiri sambil berkacak pinggang. "Males ah ngomong sama kalian! Mesum semua otaknya!" kaki gue bersiap pergi. Kesal!

Tangan Arsyaf dengan cepat meraih tangan gue. "Mau kemana lo?" Dia berusaha menghentikan langkah gue. Sementara gue masih ngambek manja.

"Ya udah deh! Cewek pakek daster terus bawa gendongan jamu!"

"OGAH!"

"Nggak mau juga? Gue punya jubah Harry Potter di rumah. Lo bisa pakek!" Tawa Arsyaf lagi-lagi tumpah.

Gue masih ngembek dengan mulut manyun. "Udah ah! Raisa pusing!"

"Raisa? Lo itu bukan Raisa! Tapi RA ISO POPO! hahaha...." Renan menghina usil.

Dan untuk kesekian kalinya mereka menertawakan gue. Gue mendengus kesal sembari menghentak-hentakkan kaki mencoba pergi. Tapi Arsyaf menarik tangan gue dan membuat gue terduduk di sampingnya lagi.

Mereka memang tidak terlalu pintar, urakan, bandel, jarang ngerjain PR, dan sering kena skors. Tapi merekalah sahabat sejati gue. Gue jadi nggak sabar menantikan 17 Agustus bersama 3 sahabat gue ini. Ah, tidak! Gue lupa Lea. Maksud gue, 4 sahabat gue.

Note    : Jadi fix sama Arsyaf kah si Raya, readers? Padahal Authornya pengen Raya sama Elbara 😅😟

FEMME FATALE / CEWEK CETARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang