Chapter 71

54.9K 2.9K 190
                                    

[Raya pov]

Sesampainya di bioskop, kami bertengkar mau nonton apa. Dia ngeyel nggak mau ngalah! Apalagi gue! Coba kalau El! Pasti dia sudah ngalah sama gue dan ikutan nonton film yang gue suka. Eh, kok gue malah memikirkan El sih?!

Kalau boleh jujur, hati gue kadang suka nikung sih! Tapi Ssssttt.... jangan bilang siapa-siapa! Gue jangan dibully!! Kalau lo jadi gue gimana? Meskipun lo sudah punya pacar super ganteng, tapi kalau ada cowok yang perhatian sama lo dan terlebih lagi dia nggak kalah cakep dari pacar lo, pasti entah itu sedetik atau dua detik, hati lo sempat nikung 'kan? Ah, ya sudahlah! yang penting 99% hati gue buat Arsyaf, pacar terkeren gue. Soalnya emang gue nggak punya mantan. Lo tanya Sobirin? Mending gue menyandang predikat jomblo sejak lahir daripada harus pacaran sama dia.

"Pokoknya gue mau nonton film action. Titik!!" Arsyaf melotot sambil berkacak pinggang.

"Ya udah! Kita nonton sendiri-sendiri aja! Lo nonton film action, gue nonton film romantis.  Beres 'kan?" Kata gue nggak kalah ngotot.

"Lo bego apa?! Kita ini sedang kencan, masak nonton sendiri-sendiri sih?" Arsyaf makin ngotot. "Pokoknya gue mau nonton film action bareng lo! Titik!"

"Nggak usah lebay pakek kata titik segala! Pakek koma napa?"

Para pengunjung tampak melirik kami. Mereka sepertinya mempunyai daya kekepoan yang super dahsyat saat melihat orang pacaran lagi bertengkar. Bukannya gue orang yang cuek, tapi ya.... nggak pantes aja! Masa' cewek cantik kayak Raisa KW2 gini dibuat tontonan negatif?

"Ya udah! Ayo kita beli tiket!" Arsyaf memegang tangan gue menuju loket.

"Nggak mau! Pokoknya gue mau nonton film romantis!"

"Nggak bisa!"

"Ya udah! Kita suit aja! Yang kalah harus ikut yang menang, gimana?

"Oke!" Arsyaf mengiyakan.

Kita pun melakukan suit. Dan akhirnya..... gue yang menang! Yeeey!!

***

Di dalam bioskop, Arsyaf tampak sangat bosan melihat film yang gue suka. Dia beberapa kali menguap dan matanya setengah mengatup. Sedangkan tangannya ia gunakan sebagai sandaran kepala.

"Mau pop corn?" Gue menyodorkan segenggam pop corn padanya.

"Enggak," jawab Arsyaf malas.

Gue langsung memasukkan pop corn yang gue pegang ke mulutnya lalu tertawa keras. Arsyaf mendengus sebal sementara beberapa penonton yang duduk di sekitar kami melirik kami tajam. Bahkan penonton yang duduk di belakang kami berani menegur. Ya.... gue jadi kicep dah!

Setelah nonton, kami makan siang di salah satu restoran perancis. Bukannya malah terharu karena keromantisan Arsyaf, gue malah ngomel nggak jelas.

"Gila lo, Kay! Elo menghabiskan uang yang segitu banyak buat beli steak doang?" Omel gue ketika keluar dari restoran perancis yang megah itu.

"Sekali-kali 'kan nggak apa-apa!" Elak Arsyaf manyun.

"Harga satu steak itu sama dengan 1 minggu uang jajan gue!"

"Yang bayar steak siapa?"

"Elo!"

"Ya udah! Nggak usah ngomel! Uang-uang gue! Suka-suka gue dong mau beli apa!"

Gue semakin sebal. "Iiiihhh.... gue ini istri hemat! Lo sebagai suami peka dikit napa?!"

Arsyaf melirik manja. "Apa lo bilang? Istri? Suami?" Dia meringis senang.

Gue jadi kicep sejenak lalu menelan ludah. "Ya udah! Selanjutnya kita ke mana nih?" Kata gue mencoba mengalihkan pembicaraan.

Setelah dari restoran Perancis, kami pergi ke taman. Di sana banyak orang. Ada anak-anak, remaja jomblo, remaja pacaran, sampai lansia. Dan kami berada di tengah mereka.

"Eh ada ayunan!" Gue menunjuk ke arah ayunan yang baru saja ditinggalkan seorang anak kecil lalu gue pun berlari-lari kecil menuju ayunan itu.

Arsyaf mengikuti gue dari belakang. Gue langsung duduk di ayunan itu lalu mendorong ayunan itu dengan kaki gue sendiri. Alhamdulillah si Arsyaf peka! Dia berdiri di belakang gue lalu mendorong ayunan gue dengan kencang. Romantis banget cuy! Kayak di pilem-pilem korea yang gue tonton! Ciyeeee ileh!

Tapi..... tak lama kemudian.....

Braaaakkk......

Seketika keromatisan itu binasa saat gue nuncek dari ayunan. Muka gue nyosor ke rerumputan taman karena Arsyaf terlalu kuat mendorong ayunannya.

"Sayang!" Arsyaf gelagapan menghampiri gue. "Lo nggak apa-apa 'kan?" Tanyanya panik.

Gue terbangun dari rerumputan dengan muka iblis lalu mendorong kepalanya. "Gila lo! Lo mau ngebunuh gue?!"

"Sori. Sengaja!" Dia meringis. "Eh, maksud gue, sori nggak sengaja!"

Gue berdiri lalu mendengus kesal sambil membersihkan pakaian. Arsyaf ikut berdiri lalu membersihkan rambut gue dari serpihan rumput yang terselip.

"Maap ya Sayang?! Maafin aku ya...." bujuknya manja.

"Najis!" Gue melangkah pergi.

Arsyaf masih mengikuti gue dari belakang, merengek meminta maaf seperti bayi. Ya seperti inilah cara kami berpacaran. Marahan, baikan, marahan lagi, baikan lagi. Tapi meskipun demikian, tidak ada satu pun di antara kami yang pernah mengucapkan kata putus walaupun seberapa besar masalah yang kami perdebatkan. Gue sangat mencintainya meskipun dia terkadang sering menjengkelkan. Terutama kalau dia lagi merengek minta cium.

Gue nggak bisa ngebayangin kalau gue pacaran sama orang lain. Pasti nggak seseru sekarang. Jika bersama Arsyaf, entah mengapa hidup gue terasa lebih seru! Gue harap, gue dan Arsyaf bisa langgeng sampai ke pelaminan. Amin.....

TAMAT

Note  : season 2 nya tunggu saya selesai mengerjakan skripsi hehehe.....

Jangan lupa ajak teman-teman kalian buat baca nih novel ya.... Love you all!! Emmmuuuacchh 😚

FEMME FATALE / CEWEK CETARWhere stories live. Discover now