Chapter 66

33K 2.4K 26
                                    

[Arsyaf pov]

Bu Rani terlihat celingukan mencari seseorang. Kemudian setelah melihat gue yang kebetulan lewat di depan ruang BK, Bu Rani pun menghampiri gue.

"Arsyaf, apa kamu melihat Raya?" Tanya Bu Rani yang kelihatan cemas.

Gue mengernyitkan dahi. "Enggak, Bu. Emangnya ada apa sama Raya?"

"Kamu tidak tahu?"

Gue menggeleng. "Kenapa?"

"Lo kamu kok bisa nggak tau? Kamu kan sahabatnya!"

"Sebenarnya ada apa sih, Buk?"

"Di UTS semester ini, Raya mendapatkan peringkat terakhir setelah UAS lalu dia peringkat pertama."

Gue terperanjat kaget. Mata gue terbelalak lebar masih nggak percaya. "Apa?!"

"Arsyaf, kamu bisa tolong Ibu cari Raya 'kan?"

Gue langsung mengangguk mengiyakan permintaan Bu Rani dan berlari mencari Raya. Bahkan tanpa diminta sekali pun! Gue akan tetap mencari Raya!

Pertama, gue berlari menuju kelas Raya. Di sana dia nggak ada. Kemudian gue berlari menuju toilet cewek. Tapi Raya nggak kunjung keluar. Setelah itu gue berlari menuju bukit belakang sekolah tempat Raya biasa menangis.

Tapi.....

Di sana sudah ada Raya bersama dengan El. Terlebih lagi, mereka pelukan kemudian mereka bercengkrama bersama. Mereka terlihat sangat akrab. Hati gue sakit banget melihatnya. Seolah ada batu yang mengganjal di dalam dada gue.

Tangan gue mengepal marah. Tapi gue nggak bisa menghampiri mereka dan membuat Raya sedih lagi karena ulah gue. Lebih baik kali ini gue mengalah dari El daripada Raya kembali sedih. Yang dia butuhkan sekarang adalah El dan bukan gue. El, kali ini lo lebih cepat satu langkah. Tapi jangan salah! Gue nggak akan biarkan hal ini terjadi lagi.

***
"Patkay!" Sapa seseorang yang sangat gue kenal dari belakang.

Gue menoleh dengan senyum. "Rayap?" Sapa gue balik seolah-olah gue nggak tau kalau dia sama El tadi sempat pelukan.

"Anterin gue pulang ya! Motor gue disita papa nih gara-gara ranking gue anjlok!" Paparnya manja dengan muka murung.

Gue mengangguk dengan senyum. "Oke. Ayo!"

Rasanya gue ingin marah ke dia. Sembarangan memeluk cowok lain di belakang gue meskipun cowok itu adalah El, sahabatnya sendiri. Tapi gue nggak bisa marah. Gue takut kehilangan dia soalnya. Jadi, gue putuskan buat memendam kemarahan gue dan berpura-pura nggak tau.

Di tempat parkir, kami bertemu dengan El. Mereka sempat bercakap sebentar saat gue mencari masker di jok. Menjengkelkan! Plis, Ray! Jangan bersikap akrab pada cowok lain selain gue!

"Yap! Ayo Yap! Lo mau ngomong sama El sampai kapan? Lo mau ngomong sampai lidah lo tumbuh tulang?!" Seru gue menahan diri.

Raya menoleh. "Iya! Iya!" Dia berjalan menuju motor gue dan langsung duduk di jok belakang.

"El, gue duluan ya!" Ujar gue pada El yang masih berdiri di samping motornya. El hanya mengangguk.

"Dadah, El!" Raya melambaikan tangan ke El seakan dia mengikuti acara uji nyali saja! Yang gue benci, El membalas Raya dengan lambaian tangan plus senyuman. Semua itu buat gue jadi bete! Jujur, gue cemburu!

FEMME FATALE / CEWEK CETARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang