Chapter 40

33.7K 3.3K 52
                                    

[Raya pov]

Tak lama setelah percakapan itu, Bu Rani datang lalu mengucap salam dan menanyakan kabar kami. Kami semua menjawab "Baik." Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Bu Rani pun mengabsen kami satu per satu.

"Adi Gunawan?" Ucap Bu Rani sambil menengok ke arah kami.

"Hadir, Bu!" Seorang cowok bocil mengangkat tangan.

"Agus Muslih?" Lanjut Bu Rani.

"Hadir, Bu!" Seorang cowok berkacamata tebal mengangkat tangan dari bangku paling depan pojok.

"Agus Muslih Bayangkara?"

"Saya, Bu!" Kali ini cowok berlubang hidung lebar yang mengangkat tangan. Gue tau lubang hidungnya lebar karena tahun kemarin dia satu kelas sama gue.

"Lho? Kok bisa ada dua Muslih dalam satu kelas?" Tanya Bu Rani sambil garuk-garuk kepala. "Saya harus panggil apa nih untuk membedakan kalian?"

"Ya udah, Bu! Yang satu di panggil Muslih aja. Dan yang satunya lagi MUSLIHAT! Beres 'kan?" Celetuk gue asal.

Semua orang di dalam kelas pun tetawa riuh. Sementara Bu Rani hanya geleng-geleng kepala setelah mendengarkan opini gue.

"Elbara?" Lanjut Bu Rani lagi.

"Hadir!" Seorang cowok yang duduk sendirian di bangku nomor 3 paling pojok mengangkat tangan.

Mata gue terbelalak lebar ketika melihat El memakai seragam SMA 5 Cendrawasih dan duduk dalam satu kelas bareng gue.

"Oh iya! Elbara ini anak baru pindahan dari SMAN 73 Bina Nusa," papar Bu Rani.

Semua mata tertuju pada El. Jujur, gue sama sekali nggak menyadari keberadaan El tadi. Dia seperti Jailangkung. Datang tak diundang, pulang tak diantar.

"Elbara, silahkan maju ke depan dan perkenalkan dirimu!" Ujar Bu Rani.

El pun berdiri dari tempat duduknya. Semua cewek di kelas tampak menggeliat senang ketika El berjalan ke depan kelas dengan kedua tangan yang tersimpan di dalam saku celana.

"Silahkan!" Kata Bu Rani.

El pun menghadap ke arah kami. "Elbara. Dipanggil El," ucapnya singkat.

Bu Rani sampai melongo. "Udah? Itu saja?"

El hanya mengangguk seadanya lalu kembali duduk di bangkunya.

"Gila! Apa benar dia Elbara yang tersohor itu?" Lea memantau El dari tempat kami.

"Tersohor?" Gue keheranan.

"Lo nggak tau siapa Elbara?"

Gue hanya menggeleng.

"Dia itu ketuanya ketua geng dari 6 sekolah yang ada di daerah ini, Ray!" Gumam Lea ngotot.

Gue pun terperanjat kaget bukan main. "Apa?!"

"Pokoknya, lo jangan sampai berhubungan sama dia! Dia itu nggak baik!!"

Gue menelan ludah, takut. Zen aja gue takut! Apalagi ketuanya Zen! Pantas saja anak-anak brandalan yang mengganggu gue dulu terlihat sangat takut sama El.

"Bagaimana El bisa mengetuai ketua dari banyak sekolah?" Gue makin penasaran dengan sosok El sebenarnya.

"Ceritanya panjang, Ray!" Lea juga tampak menelan ludah. "Intinya, El itu ahli berkelahi. Setiap tawuran yang dia pimpin, pasti menang! Dan sekolah yang dikalahkan secara otomatis harus tunduk sama El."

"Tapi El terlihat tidak jahat kok!"

"Wajahnya emang imut kayak artis korea, Ray! Tapi dia adalah biang onar di sekolahnya dulu. Oh iya! Dia sering menang tawuran karena dia jago karate."

"Ooohhh...." lagi-lagi gue menelan ludah. "Terus, lo kok bisa tau sedetail itu sih tentang Elbara?"

"Ya iyalah! Adik gue 'kan sering ikutan tawuran bareng dia!"

Mata gue mendelik kaget. Dan sekali lagi gue menelan ludah sampai mulut gue kering. Tak gue sangka kalau El adalah ketuanya ketua geng dari 6 sekolah.

Note     : identitas El mulai terbuka. Akankah Raya masih mau bersahabat dengannya?

Komen dan bintang ya...kakak-kakak....adik-adik.... 😄😃

FEMME FATALE / CEWEK CETARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang