Chapter 43

33.7K 2.4K 11
                                    

[Raya pov]

Malam itu, papa tiba-tiba kembali ke kantor. Katanya ada dokumen penting yang ketinggalan. Dan secara kebetulan, mama juga pergi keluar rumah. Teman arisannya ada yang kecelakaan dan nggak ada yang jagain.

Mama dan papa akhirnya mempercayakan gue sama Kak Icha. Anak yang juga masih ingusan kayak Kak Icha pun menjadi pengawas kami ketika di rumah hanya tinggal gue, Renan, dan pengawas itu sendiri.

Hajiiiiuuuww! Kak Icha bersin-bersin dari tadi. Sepertinya dia terserang flu deh! Renan pun pergi mencari obat buat Kak Icha. Dia cepat sekali membeli obatnya! Tak sampai 10 menit, dia sudah balik di rumah. Nggak usah lebay, Ren! Cuma flu kok! Beli obat nggak pakai ngebut juga nggak apa-apa kok!

Gue segera bergegas mengambil air minum di dapur. Kak Icha pun akhirnya meminum obat flu tersebut.

"Astaga!" Kak Icha memukul kepalanya sendiri dengan keras. "Gue lupa!"

Gue menoleh ke Kak Icha, mengabaikan drama korea yang gue tonton. "Ada apa, Kak?!"

"Gue lupa kalau obat flu tadi mempunyai efek samping membuat ketiduran!"

"Ya udah! Tidur aja, Kak!"

"Nggak bisa! Mama dan papa kan nyuruh gue buat mantau kalian!"

Gue dan Renan terkekeh spontan.  "Udah! Tidur aja! Nggak mungkin terjadi apa-apa kok! Iya 'kan, Ren?" Gue menyikut siku Renan yang saat itu duduk di samping gue.

Renan masih asyik nge-game di HP. "Iya, Kak. Gue nggak napsu sama dedemit model kek begini!" Ucapnya yang masih fokus dengan HP itu.

"Apalagi gue! Gue juga ogah sama dedemit kayak lo, Ndong!" Gue nyolot.

"Lha maka dari itu! Gue nggak boleh membiarkan kalian lengah dari pengawasan! Soalnya kalian itu sama-sama dedemit! Kalian berasal dari satu spesies gaib yang sama!" Papar Kak Icha ngotot. Matanya tampak sedikit mengantuk.

"Terserah Kak Icha! Mau melek atau merem! Bodo!" Gue lanjut menoton korea.

Kak Icha mulai menguap ngantuk beberapa menit kemudian. "Ray! Ayo bobok yuk!" Ajaknya.

Gue melihat jam dinding yang menggantung. "Masih jam delapan, Kak! Kakak aja yang tidur duluan! Raya masih mau nonton korea!"

"Terus, siapa yang bakal mengawasi kalian kalau gue tidur?"

"Jin iprit!!" Celetuk gue kesal.

"Ya udah! Gue percaya sama kalian! Tapi awas kalau terjadi sesuatu!"

"Iye," sahut Renan malas yang masih nge-game.

Gue nggak menyahuti ucapan Kak Icha. Gue bahkan nggak tau apa yang dikatakan Kak Icha karena terlalu fokus nonton drama. Kak Icha pun akhirnya pergi ke kamar.

Di ruang tamu, hanya tinggal kami berdua. Gue dan Renan. Sejam atau sekitar dua jam kemudian Renan menaruh HP-nya lalu mencomot remote dari tangan gue.

Gue mendelik kesal. "Renan! Apa-apaan sih lo?"

"Gantian! Sekarang liverpool mau maen!" Dia mengangkat remote tinggi ke udara.

"Ih! Apa-apaan sih lo! Balikin nggak?" Gue meloncat mencoba meraih harta gue, yakni remote TV kesayangan gue.

"NGGAK BISA!!"

"Ayolah, Ren! Balikin!" Ujar gue manja.

Setelah beberapa saat saling berebut remote control, akhirnya gue mendapatkan harta gue kembali. Tapi tiba-tiba gue terjatuh ketika kaki gue nggak sengaja kesandung kaki meja. Renan dengan sigap mencoba menahan tangan gue agar tidak jatuh tapi gue malah jatuh ke belakang dan dia jatuh ke depan.

Di atas sofa, dia jatuh di atas tubuh gue. Kami pun saling berpandangan. Perlahan-lahan dia memajukan mukanya ke muka gue sambil menutup mata dan........

Note    : bersambung...... 😅😅😅

FEMME FATALE / CEWEK CETARWhere stories live. Discover now