Adisti

6.4K 443 3
                                    

Hari ini hari minggu. Tak ada aktifitas yang dilakukan oleh Adis selain bergelung di atas kasur. Ini adalah rutinitas yang selalu dilakukannya kalau minggu. Bangun siang adalah hal wajib untuknya.
Minggu adalah waktu kemerdekaan Adis. Hari itu ia tak akan mendengar teriakan sang bunda.

Adis menguap sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Kemudian ia melirik jam diatas nakas.

"Udah jam sebelas."

Ia lalu bangkit dari tidurnya. Tanpa cuci muka terlebih dahulu, ia lalu menuruni anak tangga rumahnya. Ia melihat ayahnya duduk di ruang tengah sambil memainkan tablet. Adis kemudian mendekat dan duduk di samping Gavin.

"Pagi Ayah," ucapnya sambil mencium pipi Gavin gemas.

Gavin yang sedang memainkan tab-nya menghentikan aktifitasnya dan menatap Adis lembut.

"Pagi juga sayang. Kok baru bangun?"

Adis hanya tersenyum. Setelah itu, ia meminum kopi milik sang ayah.

"Eh, jangan minum kopi. Perut kamu belum diisi 'kan?"

"Ah, aku bukan Bintang Yah. Jadi santai aja. Oh iya Yah, kemaren Bintang sakit di sekolah," ucap Adis.

Gavin yang mendengar sangat terkejut mendengar pernyataan putrinya itu. Karena Bintang tak menceritakan apapun padanya.

"Kamu serius? Dia sakit apa?" tanya Gavin khawatir. Ia sangat sensitif mendengar kata sakit. Bisa dikatakan ia sedikit trauma.

"Magnya kambuh Yah. Emang sekarang dia dimana?" tanya Adis penasaran

"Katanya mau lari pagi. Tapi dia gak papa 'kan?" tanya Gavin khawatir.

"Kalau ia kuat lari berarti gak papa Yah. Ya udah, aku ke atas ya. Mau mandi."

"Nanti jangan lupa sarapan!"

"Aye aye, captain ...."

Setelah memberi hormat, ia memutuskan untuk mandi. Ia ingin pergi ke taman kompleks untuk bermain basket.

♥♥♥

Adis berjalan ke arah lapangan basket yang tak jauh dari rumahnya dengan menenteng sebuah bola basket. Ia sudah sangat bersemangat sekali karena susah lama ia tidak memainkan bola berwarna orange tersebut. Pokoknya ia bertekat akan main basket sampai puas.

Disaat ia hendak men-drible bolanya sambil berjalan, ia melihat sesuatu yang membuat jantungnya berdetak kencang. Ia melihat Satria. Pemuda yang telah mencuri hatinya sejak pertama kali bertemu. Pemuda yang kemaren mengajaknya bicara.

Adis grogi. Ia lalu memperbaiki penampilannya. Rasanya ia sangat malu bertemu dengan Satria. Karena penampilannya jauh dari kata indah. Saat ini ia menggunakan seragam basket merah kebesaran dengan rambut dicepol asal. Ia sangat minder bila harus ketemu dengan Satria yang terkesan sempurna.

Perlahan Adis membalikkan badannya. Ia memutuskan untuk membatalkan niatnya bermain basket. Namun baru beberapa langkah, akhirnya sebuah suara memanggilnya.

"Adis ...."

Satria memanggilnya. Adis lalu berhenti. "Gue harus gimana?" bisiknya pelan.

Akhirnya, Adis membalikkan badannya menghadap Satria. Ia tersenyum ke arah pemuda itu canggung.

"Eh, Kak Satria. Kakak kenapa di sini?"

My Angel (Pinky Promise)Where stories live. Discover now