Bintang

5.1K 396 6
                                    

Natha merintih kesakitan ketika ia menyadari keningnya membentur ujung wastafel. Dirabanya keningnya, ternyata darah segar telah mengalir dari sana. Selang infus pemuda itu juga terlepas akibat hal itu membuat hunyi yang cukup keras karena tongkat infus yang digunakan membentur lantai.

Semua ini terjadi karena Natha berusaha berdiri. Ia merasa ia sudah terlalu lama duduk disana. Karena itu, ia berusaha berdiri kembali dengan bantuan tongkat infus tersebut. Namun, karena ia tak mampu menjaga keseimbangannya akhirnya pemuda itu terjatuh dan membentur wastafel. Rasanya begitu sakit.

Natha sedikit panik. Ia tak mau teman-temannya yang berada diluar mencemaskannya. Terbukti saat ini terdengar orang-orang memanggilnya dari luar dan menggedor-gedor pintu.

Akhirnya dengan sisa kekyatannya Natha menyeret tubuhnya menuju pintu. Bisa dikatakan Natha ngesot. Rasanya hal ini begitu sulit. Apalagi saat ini tubuhnya begitu lemah akibat kemoterapi tadi. Darah yang mengalir di kening Natha sampai memasuki sedikit matanya. Namun pemuda itu tetap berusaha. Sampai akhirnya ia sampai dipintu.

Natha berusaha menjangkau kunci pintu dengan kondisi duduk. Rasanya posisi tulang punggungnya seperti bergeser. Sangat sakit. Namun akhirnya Natha berhasil membuka kunci pintu. Setelah itu ia menarik knop puntu hingga pintu tersebut terbuka. Tenaganya habis terkuras. Tubuh Natha merosot kelantai.

Teman-teman Natha yang berada di luar sangat terkejut meluhat kondisi Natha. Bintang yang merupakan satu-satunya laki-laki langsung berusaha membantu Natha berdiri. Terlihat jelas perbedaan tubuh keduanya. Badan Natha mengurus di banding Bintang. Padahal dulu ukuran tubuh mereka sama. Namun sekarang sangat berbeda apalagi sekarang pososi tulang Natha tak setegap dahulu. Perlahan kanker telah merubah struktur tulangnya.

Sementara Adis berlari keluar memanggil Jasmine. Ia tak mau sesuatu yang buruk menimpa Natha.

Beberapa saat kemudian, Jasmine masuk diikuti beberapa perawat. Wanita itu langsung menyuruh perawat mengobati luka di kepala Natha dan memasang kembali infus yang yang terlepas. Natha pasrah saja melihat apa yang dilakukan perawat itu. Seakan ini bukan apa-apa baginya karena pemuda itu sudah biasa merasakan sakit yang lebih berkali lipat dari ini. Hanya saja yang difikiran Natha saat ini adalah kondisi kaki dan tangannya. Ia belum siap kalau harus lumpuh.

Setelah itu, Jasmine langsung mengecek kondisi tubuh Natha, ia memerikasa detak jantung, tekanan darah dan lain-lain. Setelah itu ia tersenyum lembut kearah Natha yang di balas senyuman tipis Natha.

"Kondosi kamu stabil. Alhamdulillah cuma luka kecil." Ucap Jasmine menjelaskan.

"Kenapa kaki sama tangan saya tante?" Ucap Natha penasaran.

"Kanker kamu sudah menyebar ke jaringan otot. Karena itu kadang kamu akan merasa kaku di bagian tubuh tertentu. Tante mohon agar jangan melakuakan sesuatu yang berat sendiri."

Natha sangat terkejut. Tapi ia hanya diam. Jujur ia tak tahu harus berbuat apa.

"Hei, semangat dong. Katanya mau sembuh." Ucap Jasmine menyemangati anak itu.

"Hmm.. makasi tan.." ucap Natha tersenyum tipis. Benar kata Jasmine. Saat ini Natha harus berbuat hal yang bermanfaat Sebelum akhirnya ia benar-benar meninggalkan dunia ini.

Adis dan Aeera hanya menatap Natha sendu. Mereka tahu pasti senyum yang ditampilkan Natha palsu belaka. Mereka tahu kalau dalam hatinya Natha sangat rapuh.

"Dis, boleh minta tolong ga?" Ucap Natha lembut.

Adis yang mendengar ucapan Natha langsung mendekati pemuda itu.

"Lo mau minta tolong apa?" Tanya Adis lembut.

"Tolong beliin topi atau
Beanie hat keren ya? Kayanya bentar lagi gue akan botak." Ucap Natha terkekeh.

Adis yang mendengar hanya tersenyum simpul. Rasanya sangat sedih melihat Natha yang berusaha tegar seperti ini.

Tanpa di sangka, Adis tiba-tiba mendekati Natha dan memeluknya. Ia tak kuat melihat Natha yang seperti ini. Sungguh Adis benar-benar tidak kuat

"Lo kenapa?" Ucap Natha bergetar

Namun Adis tetap diam. Ia tetap memeluk Natha. Membenamkan kepalanya di dada Natha yang tak sebidang dulu. Jasmine yang melihat kelakuan putrinya sangat terharu. Ia tahu Jasmine sangat menyayangi Natha.

"Adis, jangan cengeng... lo jelek kalo cengeng." Ucap Natha masih berusaha tertawa. Namun di sela tawanya ia juga meneteskan air mata.

"Gue akan beliin yang lo minta." Ucap Adis disela pelukannya.

Natha hanya mengangguk. Setelah itu ia melepaskan tangan Adis dari lehernya.

"Jangan cengeng. Gue belum mati." Ucap Natha memencet hudung Adis pelan.

Adis lalu tertawa sambil menghapus air mata dipipinya.

"Dasar Nathade coco rese.." ucapnya sambil menoyor kepala Natha pelan.

Mereka yang berada disana hanya bisa tersenyum melihat tingkah keduanya Kecuali Bintang. Pemuda itu lalu keluar dari ruangan tersebut dengan wajah yang sulit diartikan.

Aeera yang melihat tingkah aneh kekasihnya lalu mengikuti langkah Bintang. Ia tahu kekasihnya itu sedang membutuhkan dukungan.

Aeera duduk disamping Bintang yang duduk di bangku tak jauh dari ruangan Natha. Ia melihat pemuda itu baru saja meminum kapsul ajaib yang biasa diminumnya saat penyakitnya kambuh. Aeera lalu menyentuh punggung tangan Bintang yang baru saja memasukkan kembali minumnya ke dalam tas.

"Sakit lagi ya?" Ucap Aeera khawatir.

Bintang yang mendengar kekhawatiran kekasihnya itu hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Gue ga yakin nanti bisa kaya Natha disaat penyakit ini udah mulai menyebar." Ucapnya terkekeh.

"Kok ngomongnya gitu? Bintang jangan pesimis ya."

"Bukannya gitu sayang, takutnya ga sekuat Natha." Ucap Bintang tersenyum.

"Cie... dipanggil sayang.." ucap Aeera berbinar.

Bintang yang mendengar perkataan Aeera lalu terkekeh. Baginya setiap ucapan kekasihnya itu selalu membuat hatinya kembali tenang.

"Lucu deh kamu.." ucap Bintang sambil mencubit pipi Aeera gemas.

"Ih, Bintang sekarang udah berani ya? Biasanya aja kesel aja terus kalo dekat Aeera."

"Maaf ya.. dulu aku ngeselin. Aku cuma serem aja dulu lihat kamu begitu agresif."

"Bintang ga suka ya.." ucap Aeera cemberut.

"Kalo ga suka aku ga akan jadiin kamu pacar.."

Aeera berbinar. Ia langsung memeluk lengan Bintang dan menyandarkan kepalanya ke bahu pemuda itu.

"Tetap bersama ya.." ucap Bintang pelan.

Aeera lalu menatap wajah Bintang dan mengangguk mantap. Baginya bisa bersama Bintang adalah anugerah tersendiri. Aeera bahagia.

"Kak Adis sedih ga ya kalo tahu gue sakit?" Ucap Bintang tiba-tiba.

Aeera yang sedang bersandar dipundak Bintang langsung menegakkan kepalanya. Ia sedikit kaget mendengar Bintang bicara seperti itu.

"Ya sedih lah.. bintang kok ngomong gitu?" Tanya Aeera penasaran.

"Aku lihat sorot mata kesedihan dimata kak Adis saat melihat Natha. Aku ga ngebayangin kalo ia tahu semuanya. Pasti dia hancur."

Aeera menggenggam tangan Natha lembut. Berusaha menyalurkan kekuatan kepada Bintang.

"Semangat. Sembuh sebelum Adis tahu!" Ucap Aeera tersenyum.

Bintang hanya tersenyum simpul. Ia tak begitu yakin. Namun apa salahnya mencoba. Karena tugas manusia hanya berusaha. Apapun hasilnya merupakan kehendak yang diatas.


Happy reading guys.....


My Angel (Pinky Promise)Where stories live. Discover now