Bintang

5.7K 433 31
                                    

Bintang terkulai lemas di ranjang rumah sakit. Untuk kedua kalinya ia harus dirawat kembali di sini karena kondisi tubuhnya yang kembali memburuk. Dari tadi pemuda tersebut hanya diam karena telah kehabisan tenaga karena ia terus berontak saat perawat memakaikannya infus. Masih jelas diingatannya saat perawat tersebut menusuk-nusuk tangannya dengan jarum yang sangat ia benci karena sang perawat tak kunjung menemukan pembuluh darahnya. Bintang bahkan sempat menangis yang membuat Gavin yang kebetulan sedang di sampingnya ikutan menangis. Karena Gavin sangat mengerti apa yang dirasakan anaknya itu.

"Udah enakan sekarang?" tanya Gavin memastikan.

Bintang menggeleng lemah. Ia lalu mengelus perutnya sendiri dengan tangannya yang bebas infus.

"Lemes yah, kenapa aku dibawa ke sini lagi sih, yah?" tanyanya parau.

"Jagoan kok gitu sih? Anak cowok itu harus kuat." Gavin menyemangati anaknya.

"Bunda mana sih, Yah?"

"Bunda lagi ngambil hasil tes kamu yang waktu itu. Bentar lagi juga balik."

Bintang hanya mengangguk. Setelah itu ia mencoba memicingkan matanya. Karena dari kemaren pemuda itu belum tidur sama sekali.

Beberapa saat kemudian, Jasmine lalu masuk ke dalam kamar rawat Bintang. Wajahnya sedikit sembab. Dan Gavin menyadari kalau ada sesuatu yang tidak beres. Untuk itu Gavin langsung mendekati istrinya tersebut.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Gavin khawatir.

Jasmine kemudian memeluk Gavin sambil menangis di pelukan suaminya itu.

"Hei, kenapa? Kamu harus tenang. Jangan sampai suara kamu membangunkan Bintang!"

Jasmine lalu menghirup nafasnya dalam. Kemudian ia menghapus sisa air mata di pipinya.

"Kita bicara di luar," ucapnya.

Gavin mengangguk. Setelah itu ia mengikuti langkah istrinya itu keluar dari kamar rawat Bintang.

Setibanya di luar, perempuan itu kembali menangis. Hal tersebut semakin membuat Gavin tambah khawatir.

"Kenapa Jasmine? Kenapa kamu nangis lagi?"

"Bintang Vin, Bintang ...."

"Iya Bintang kenapa? Bicara yang jelas." Gavin sedikit tidak sabar.

"Bintang kanker ... lambung ...."

"Apa?" ucap Gavin pelan.

Tubuh Gavin tanpa dadar sudah merosot ke bawah. Ia seperti kehilangan kekuatan mendengar apa yang baru saja dikatakan istrinya. Seperti mimpi mengetahui anak laki-laki satu-satunya di keluarga tersebut tertimpa sesuatu yang dulu juga pernah dideritanya. Walaupun berbeda jenis. Tapi Gavin sangat tahu rasanya. Bahkan rasanya iya sangat trauma mengingatnya. Namun sekarang penyakit itu malah menimpa anaknya sendiri.

"Vin ... semua ini salah aku Vin, aku gak bisa jagain Bintang. Gak ada gunanya aku jadi dokter," ucap Jasmine mengikuti suaminya duduk di lantai.

Gavin lalu menatap istrinya sendu. Kemudian ia memeluk tubuh wanita yang sangat dicintainya itu.

"Jangan menyalahkan diri kamu sendiri! Ini adalah takdir," ucap Gavin berusaha menenangkan Jasmine. Walaupun dia sendiri sangat terpukul.

"Apa yang harus kita katakan sama Bintang Vin?"

"Jujur sayang. Itu yang terbaik."

"Tapi apa gak akan mempengaruhi mentalnya?"

"Sayang, aku pernah mengalami ini semua. Dan saat itu semua orang menyembunyikannya dari ku. Kamu tahu apa yang aku rasakan saat itu? Aku sangat sakit Mine. Aku seperti orang bodoh. Untuk itu aku gak mau Bintang merasa seperti itu."

My Angel (Pinky Promise)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt