3

141K 10K 248
                                    


"Ya ampun...kamu!"

Vee berteriak keras melihat Acel melompat-lompat diatas kasurnya.

"Keluar! Keluar kamu dari kamar aku. Sekarang!" Bentakan keras dari Vee membuat gadis kecil berumur 5 tahun itu terdiam dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Nggak usah pake nangis disini. Keluar cepet! "

"Ck, ngrepotin aja sih jadi anak." Dumel Vee sambil merapikan seprainya yang berantakan.

"Ada apa sih Vee, kok kamu bentak-bentak Acel gitu?" Vee memutar bola matanya malas melihat mamanya yang tiba-tiba sudah berada dikamarnya.

"Ck, anak mama tuh! Liat kamar Vee jadi berantakan gini. Lagian Vee kan udah bilang, jangan bolehin anak itu masuk kamar Vee." Teriak Vee kesal.

"Acel Vee! Dia punya nama! Bukan anak itu anak itu!" Tegur Rania.

" Bodo! Vee nggak peduli."
Rania menatap Vee, lalu menghela nafas sebentar.

"Acel turun dulu, main sama mbak Heni ya! Mama mau ngobrol dulu sama kak Vee."
Ucap Rania lembut sambil mengelus pelan rambut Acel. Gadis kecil itu hanya mengangguk dan berjalan keluar dari kamar kakaknya sambil menunduk.

"Vee, Mama minta tolong. Tolong kamu jangan kasar gitu sama Acel. Kasian Vee, dia sampe takut lho sama kamu." Vee yang sedari tadi diam sontak menatap mamanya.

"Vee, dia itu a..."

"Apa ma? Dia apa? Dia itu anak mama! aku nggak suka dia deket-deket sama aku!" Vee berteriak didepan mamanya dengan mata berkaca-kaca.

Rania menatap Vee dengan tatapan sedih.
"Iya nak. Iya Acel anak mama. Adik kamu!"

Vee melengos, pandangannya sedikit mengabur karena menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Rania beralih duduk disamping Vee.
"Dek, Acel pernah cerita deh sama mama. Acel tuh pengen banget main sama kamu, pengen jalan-jalan ke mall bareng kamu. Makan es krim bareng katanya. Acel juga bilang sama mama, dia cerita sama temen-temennya di sekolah kalo dia punya kakak cantik banget." Rania terkekeh mengingat perkataan Acel beberapa hari lalu.

"Waktu ditanya sama gurunya cita-citanya mau jadi apa, kamu tau jawaban Acel apa?
Dia bilang, dia mau jadi cantik kayak kak Vee. Mana ada cita-cita jadi cantik." Raina terkekeh.

Vee diam, tidak tau harus merespon seperti apa perkataan mamanya.

"Mama sekarang memang sibuk di luar buat ngurusin usaha kecil yang baru mama rintis, sampe Acel mama tinggal sama mbak Heni tiap hari. Bukan mama nggak sayang sama Acel dek, mama cuma pengen ngasih waktu buat kamu nemenin Acel di rumah. Umur Acel hampir 5 tahun dan kamu sama sekali nggak pernah nyoba deket sama dia. Acel anak mama sekarang, dan sampai kapanpun bakalan kaya gitu, tapi dia juga butuh kamu dek. Hati Acel nggak bisa dibohongi, Acel punya ikatan sama kamu. Sampai kapanpun Acel anak mama, nggak akan pernah berubah. Mama cuma minta kamu sayangi dia, paling enggak sayangin dia sebagai adik kamu. Mama tau kamu sibuk kuliah, tapi kasih dikit aja waktu senggang kamu buat Acel, dia pasti seneng."

"Kamu tau nggak? Tiap pagi dia bangun tidur yang ditanyain bukan mama." Rania tertawa

"Pasti nanyanya 'mama kak Vee udah bangun belum? Acel boleh bangunin?' Dan pas mama bilang nggak boleh dia cemberut."

"Waktu sarapan juga pasti dia nanyain kamu. 'Ma kak Vee udah sarapan? Nanti kalo nggak sarapan kak Vee sakit.'

"Acel anak pint.."

"Mama bisa keluar? Vee capek pengen tidur bentar!" Rania menghela nafas pelan melihat tingkah anaknya.

"Ya udah istirahat ya." Rania mengelus pelan puncak kepala Vee sebelum keluar dari kamar.

Ketika mamanya sudah keluar dan menutup pintu kamarnya, Vee duduk merenung di atas ranjangnya.

Andai saja Acel tidak memiliki wajah itu, mungkin Vee tidak membencinya.
Wajah Acel memang hampir mirip dengannya, jika itu dilihat sekilas. Tetapi jika diperhatikan, wajah Acel lebih mirip dengan Revan. Sorot mata tajam yang laki-laki itu miliki, menurun pada Acel. Rambut Revan yang hitam dan lebat melekat pada Acel. Senyum dan tawa Acel begitu persis dengan Revan. Makanan bahkan minuman favorit mereka begitu sama, cara makan anak itu pun sama persis dengan Revan.

Dan yang paling Vee benci adalah tatapan mata Acel, tatapan bersalah dan sendu yang ditunjukan ketika gadis cilik itu berbuat salah kepadanya. Mengingatkan Vee pada tatapan Revan waktu itu. Ketika laki-laki yang selamanya akan menyandang gelar sebagai kakaknya itu menghancurkan dirinya.

Vee benar - benar membenci itu.

_______________________________________

Jember, Oktober 2017

 Dark Secret (Re-upload)Where stories live. Discover now