15

99.1K 7.9K 268
                                    


Sudah beberapa hari ini Revan selalu lembur di kantor, membuat Vee harus ekstra membujuk Acel supaya mau tidur. Karena anak itu sama sekali tidak tidur jika Revan belum datang. Seperti malam ini ketika semua anggota keluarganya sudah terlelap, Acel malah meminta Vee menemaninya menunggui Revan diruang tamu.

Jika biasanya tidak sampai pukul sebelas Revan sudah pulang, kali ini sudah pukul duabelas lewat Revan belum juga datang.

"Kak...abang mana?" Tanya Acel entah untuk yang keberapa kali.

Vee dan Acel baru saja dari dapur membuat susu. Dan kini kembali duduk diruang tamu.

"Bentar lagi kali kak, kakak bobok dulu ya?"

"Mau nunggu abang." Jawabnya pelan.

"Bobok di kamar kakak mau? Kak Vee peluk deh boboknya!" Vee masih berusaha membujuk Acel.

"Mau, tapi Acel kangen abang. Abang nggak pulang-pulang , besok Acel nggak mau jagain dek Rey. Acel mau ke kantor abang aja biar Acel nggak kangen." Vee tersenyum mendengar perkataan Acel.

Ikatan antar Acel dan Revan begitu kuat. Rasa bencinya pada Revan menguap begitu saja ketika Vee melihat ketulusan pada diri Revan untuk Acel. Juga rasa penolakan pada Acel yang selalu ia pupuk dalam hatinya musnah begitu saja.

Vee mencium kepala Rachel lama. "sayang kamu." 

Air mata Vee luruh begitu saja. Untuk pertama kalinya, untuk pertama kalinya ia mampu mengucapkan kalimat itu meskipun hanya dalam hati.  perasaannya membuncah bahagia ketika ia mampu mengucapkan kalimat tersebut meskipun hanya berupa gumaman dalam hatinya.

"Kak Vee napa nangis?" Tanya Acel

"Enggak, kak Vee nggak nangis. Kak Vee abis nguap makanya keluar air mata."

"Kak Vee ngantuk ya? Capek nemenin Acel?"

"Enggak, kakak nggak capek nemenin kamu." Mana mungkin ia capek? Rasanya membahagiakan sekali duduk berdua dengan Acel dipangkuannya.

Vee tersenyum kecil. Rasanya seperti menunggu suami pulang kerja, duduk bersama anaknya  sambil bercerita-cerita.

Vee tersentak. 'Suami? Jangan gila Vee!"

Bisikan itu seakan melunturkan senyum diwajahnya.

"Ya Tuhan...apa yang barusan gue pikirin sih?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Lagi mikirin apa emangnya?" Suara Revan
Membuat Vee dan Acel menoleh kearah Revan yang berdiri didepan pintu utama tak jauh dari tempat Vee dan Acel.

"Abang... " Rachel melompat dari pangkuan VeeR begitu melihat Revan.

"Kok peluknya erat banget sih Non?" Revan membalas pelukan Rachel sambil mencium rambut anak itu.

"Ini abang belum mandi lho, masih kotor. " Katanya terkekeh lalu menggendong Acel dengan satu tangan. Membiarkan gadis kecilnya meletakkan kepala pada bahu kirinya.

"Non kangen, abang nggak pulang-pulang." Ucap Acel dengan nada bergetar.

"Eh? Kok nangis sih? Abang kan udah pulang sekarang. Kangen banget ya?"

"Kangen banget..."
Bukan Acel, bukan suara Acel yang mengucapkan kalimat itu. Sebuah tangan melingkar erat dipinggang Revan serta kepala yang disandarkan di lengannya. Sedangkan Acel menyenderkan kepala dilehernya.

"Vee"

"Biarin gini sebentar Van." Pinta Vee pelan. Revan melingkarkan tangan kanannya dipinggang ramping milik Vee,  membalas pelukan adiknya.

"Kenapa? "Bisik Revan

"Nggak tau." Vee memejamkan matanya,  menikmati wangi tubuh Revan yang menenangkan untuknya.

Revan merasakan bahu sebelah kirinya terasa berat, Acel  tertidur  dibahunya. Isakan Acel juga sudah tidak terdengar.
Sementara Vee masih memejamkan matanya tetap memeluk Revan. Revan mengecup puncak kepala Vee, lalu mengeratkan pelukannya.

Mereka hanya berdiri tanpa suara.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata  sedari tadi  yang menyaksikan adegan tersebut dengan mata terbelalak. Lalu menggelengkan kepalanya kuat-kuat ketika otaknya mulai memikirkan kemungkinan yang menurutnya sangat tidak  mungkin itu.

________________________________________

 Dark Secret (Re-upload)Where stories live. Discover now