39 [End]

151K 7.3K 208
                                    


Vee bergerak-gerak gelisah di ranjangnya, perutnya benar-benar terasa tidak nyaman dan terasa mulas sejak semalam. Vee melirik Revan yang sedang tidur pulas sambil memeluk guling. Vee bergeser kesamping mencoba mencari posisi senyaman mungkin, tapi tetap saja perut dan pinggangnya terasa sakit.

"Sayang.." gumaman pelan terdengar dari samping dengan tangan Revan yang mencoba membelai perutnya.

"Nggak bisa tidur lagi?"
Revan membuka mata sambil menguap. Revan duduk dan sekali lagi membelai perut besar Vee.

"Iya, baby nya nendang-nendang."

Vee meringis merasakan tendangan kuat dibawah telapak tangan Revan.
Revan tersenyum, melupakan kantuknya. Revan membantu Vee untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.

"Baby, kenapa nggak bobok sayang?" Revan membuka baju tidur Vee dan membelai kulit perut Vee secara langsung.

"Bunda ngantuk loh nak." Revan mengecupi perut besar Vee, membuat Vee tersenyum geli.

"Lagi asik maen deh kayaknya, dari tadi nggak mau diem." Vee memainkan rambut Revan dengan jarinya, sedangkan Revan masih berbisik-bisik diperut Vee.

Revan mengusap-usap perut Vee lembut, perlahan anak mereka tak lagi menendang. Tapi ketika Vee hendak memejamkan mata, Vee merasakan perutnya kembali mulas dan semakin terasa sakitnya.

"Kenapa yang?" Revan bertanya saat melihat Vee meringis berulang kali.

"Kayaknya aku kontraksi deh. Ini sakit banget dari tadi, makin lama makin sakit." Vee kembali meringis kesakitan.

Revan terdiam, bingung dengan apa yang dikatakan Vee.

"Yang! " Tegur Vee saat Revan diam tanpa melakukan apapun.

"Oh.. Iya sayang, tunggu sebentar." Revan seketika turun dari ranjang mereka, mengambil baju dan celana panjang dari lemari dan segera mengganti bajunya.

Revan mengambil tas perlengkapan bayi yang sudah mereka siapkan beberapa waktu lalu. Wajah Revan pucat ketika mendengar kata kontraksi yang dikatakan Vee.

"Aku gendong ya?" Revan mendekati Vee yang duduk ditepi ranjang mereka.

"Nggak usah. Aku jalan aja, masih kuat kok." Vee kembali meringis dan Revan otomatis ikut meringis juga.

Vee kembali meringis menahan sakit saat dirinya menuruni satu persatu anak tangga.

"Harusnya aku nurut waktu mama suruh kita pindah dikamar bawah. Maaf ya!" Ujar Revan sambil membantu Vee menurun tangga.

"Bentar ya sayang, aku bangunin mama dulu." Vee mengangguk sambil menahan rasa sakit diperutnya.

"Masih sakit?" Revan membantu Vee menaiki  mobilnya. Vee hanya mengangguk tanpa menjawab.

"Biar gue aja Van yang nyetir, lo temenin Vee dibelakang." Raffa tiba-tiba muncul dibelakang mereka.

"Thank's mas."

Pukul tiga Dini hari mobil Revan membelah jalanan ibu kota. Rania sudah menghubungi dokter yang menangani Vee juga pihak rumah sakit, memberitahu perihal putrinya yang akan melahirkan.

"Sabar ya sayang bentar lagi sampe kok." Ucap Rania dari bangku depan.

"Mama udah hubungin rumah sakit kan ma?" Tanya Revan.

"Udah kok bang. Abang yang tenang, jangan ikut panik."

Revan melirik Vee yang lagi-lagi meringis menahan sakit. Revan mengambil tangan Vee dan meremasnya pelan. Membuat Vee menoleh dan tersenyum.

 Dark Secret (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang