28

93.4K 6.8K 312
                                    


Tiga hari sudah Vee di Rumah Sakit tanpa ditemani Acel. Dan Vee tidak bersuara sama sekali. Hanya terkadang terdengar gumaman kecil memanggil Acel.

Bukan karena Acel sedang sakit, atau tidak diperbolehkan datang, tapi gadis itu belum mau bertemu Vee. Takut karena beberapa kali melihat Vee yang berteriak marah-marah.

Air mata menetes tanpa sedikitpun Vee  bersuara. Vee mendengar saat Raffa bilang kepada mamanya jika Acel tidak mau bertemu dengannya karena takut.

Hati Vee sakit ketika mendengar suara pelan kakaknya mengatakan itu. Bayangan-bayangan mimpi yang selalu bermunculan di dalam pikirannya dan mulai menguasai dirinya. Semakin hari bayangan itu seakan semakin nyata. Membiarkan Acel tidak berada disisinya membuat pikiran Vee sama sekali tidak tenang. Setiap hari selama dirinya berada di Rumah Sakit, Vee akan sulit sekali memejamkan mata. Karena jika ia memejamkan mata barang sedetik saja, bayangan itu terekam jelas didalam otaknya.

"Acel.." Gumam Vee masih dengan air mata yang terus mengalir dipipinya.

"Mas tolong telfon Revan, suruh bawa Acel kesini !" Rania ikut menangis melihat Vee yang seperti itu.

"Acel... Bunda kangen!" Terdengar suara Vee pelan.

"Bunda?" Raffa memandang mamanya

"Ma? Maksudnya?"

"Udah dari kemaren mas, Vee panggil dirinya sendiri seperti itu. Dia bener-bener kangen Acel. Kamu jemput Acel ya!" Rania mengusap air matanya sendiri.

"Tapi kalo Acel nggak mau gimana ma?" Tanya Raffa lemas.

"Vee belum makan sama sekali dari kemaren Mas. Kamu tega liat adek kamu kayak gitu?"

"Lo kenapa sih dek? Cerita sama mas! Jangan kayak gini terus!" Ucap Raffa lembut.

"Mas?"

Raffa sedikit terperangah mendengar Vee memanggilnya.

"Iya dek, mas disini. Kamu mau apa? Bilang sama mas." Raffa mengusap lemput puncak kepala Vee.

"Pulang."

"Vee mau pulang."

"Vee mau Acel." Satu lagi air mata jatuh dipipi tirus Vee.

"Iya, kita pulang dek. Kita pulang asal kamu baik-baik aja ya, jangan seperti ini."

~~


Setelah berbicara dengan dokter yang menangani Vee, akhirnya Vee diperbolehkan untuk pulang, dan harus dalam pengawasan.

Dalam perjalanan pulang Vee hanya diam dan menatap keluar jendela tanpa bersuara sedikitpun.

"Ma, mama inget temen Raffa yang namanya Dian gak?" Rania menoleh ke arah Raffa yang sedang menyetir.

"Psikolog itu bukan? Yang dateng waktu nikahan kamu, yang bawa anak dua itu?"

"Iya, yang itu. Dia baru aja pindah lagi ke Jakarta. Besok Raffa undang makan malem ke rumah gimana?"

Rania tau kemana arah bicara putra pertamanya itu. Rania berdehem seolah memberi tanda pada Raffa bahwa dirinya mengerti.

"Boleh. Besok papa nggak ada acara juga kayaknya."

~~

 Dark Secret (Re-upload)Where stories live. Discover now