32

114K 7.7K 393
                                    

Revan berkali-kali menghembuskan nafas kesal sambil melirik jam tangan yang ia kenakan.

Sudah lebih dari setengah jam menunggu di dalam mobil, dan orang yang ia tunggu sama sekali tidak niat untuk menunjukkan batang hidungnya.

Revan memain-maikan jarinya diatas kemudi, hingga pandangan matanya fokus pada satu objek.

Di tangan sebelah kanan, terdapat cincin perak  melingkar di jari manisnya. Revan tersenyum getir, dadanya tiba-tiba  sesak ketika menatap cincin yang sudah satu tahun melingkar pas pada jari manisnya itu.

Lamunan Revan dibuyarkan oleh getaran ponsel disaku celananya.

Revan tersenyum ketika membaca nama yang tertera dilayar ponselnya.

"Halo?"

"Ayahhhh.... ayah dimana? Ayah jadi liat non tampil nggak sih?"

"Iya, jadi kok. Ayah masih di jalan sayang."

"Pokoknya ayah nggak boleh telat! Non nggak mau tampil kalo nggak ada ayah."

"Iya iya, ayah usahain nggak telat." Jawab Revan lembut.

"Ya udah, ayah hati-hati di jalan. Nggak boleh ngebut, tapi harus nyampek sininya cepet."

Revan tertawa mendengar penuturan putrinya.

"Non tutup ya telfonnya. Jangan telat!"

"Iya non sayang.." Jawab Revan masih dengan tertawa.

Bahagia. Itulah yang dirasakan Revan sekarang ketika Acel memanggilnya dengan sebutan Ayah. Meskipun Revan masih merasa bahagianya tidak akan pernah lengkap.

Butuh waktu lama untuk membuat Acel mengerti mengenai keadaan sesungguhnya.

Harusnya Revan tidak mempermasalahkan panggilan itu pada Acel. Karena Revan tidak ingin anaknya bingung dengan statusnya.

Tapi kedua orang tuanya meyakinkan Revan supaya menjelaskan pelan-pelan tentang diri Acel yang sesungguhnya. Meskipun dengan menyelipkan sedikit kebohongan tentang alasan kenapa Acel memiliki status sebagai adiknya selama ini. Dan berusaha membiasakan Acel dengan memanggilnya seperti sekarang. Karena jika semakin besar dia tau, akan semakin sulit.

Revan sempat berpikir jika akan lebih mudah memberi tau Acel ketika anak itu besar nanti. Tapi lagi-lagi kedua orang tuanya mengatakan lebih baik Acel tau dari sekarang. Takut jika Acel mengetahui dari orang lain, dan itu akan membuatnya sedih.

"Sorry telat." Seorang wanita tiba-tiba sudah duduk di samping Revan.

"Hmm"

"Mas marah?" Tanya wanita itu sebal.

"Ya menurut kamu?"

"Ya kan tadi itu interview nya lama mas." Jawab wanita itu sewot.

"Kok jadi kamu yang marah sih? Harusnya kan mas yang marah. Kamu tau hari ini Acel ada lomba disekolahnya dan dia minta mas nonton." Jawab Revan ketus.

"Ya udah sih ngebut aja biar cepet sampe. Ribet banget."

"Kok kamu jadi nyolot sih? Kalo bukan papa yang nyuruh mas jemput kamu, mas males. Lagian kenapa nggak kerja ditempat papa Akbar sih?"

 Dark Secret (Re-upload)Where stories live. Discover now