6

110K 8.8K 30
                                    

Revan membuka kaca taksi yang ia tumpangi dan menikmati udara pagi kota Jakarta yang sudah lama tak ia hirup.

Ya, sekarang Revan sudah tiba di Jakarta, setelah beberapa hari lalu papanya tiba-tiba datang ke apartemennya dan meminta dirinya untuk pulang ke Indonesia.

Revan tidak menyangka papanya akan turun tangan langsung untuk masalah ini. Revan kira papanya akan menyerahkan urusan kepulangannya pada Revan sendiri.

Mungkin papanya tau, jika Revan yang mengurus sendiri ia akan sengaja mengulur-ulur waktu.

"Mas, sudah sampai"

Teguran dari sopir taksi barusan membuat Revan tersentak kaget.

Revan keluar dari dalam taksi dan berdiri di depan gerbang rumahnya sambil menunggu sopir taksi menurunkan kopernya.

Setelah taksi yang ditumpangi pergi, Revan tak juga melangkah dari tempatnya berdiri.

Perasaan Revan tidak karuan sekarang, memilih memejamkan matanya sesaat.

Menyiapkan hati untuk bertemu orang-orang yang sekian lama ia tinggalkan. Menyiapkan hati untuk bertemu seseorang yang bertahun-tahun ia hindari.

Revan menghembuskan nafas pelan.
"Semua bakalan baik-baik aja Van." Bisiknya pelan pada dirinya sendiri.

**

Vee menuruni tangga dengan perasaan lega ketika melihat Acel sedang menonton TV di ruang keluarga.

Anak itu terlihat sudah sehat setelah beberapa hari demam.
Vee berdiri ditengah-tengah tangga dan memperhatikan Acel dari sana. Anak itu masih menggunakan piyama tidurnya, dengan rambut lurusnya yang berantakan. Duduk bersandar di sofa sambil memeluk sebuah boneka anjing kesayangannya.

"Dek, Ganti baju yuk! "
Suara mamanya yang memanggil Acel membuat Vee terkejut. Vee buru-buru turun dan berjalan menuju meja makan. Entah sudah hari keberapa, sekarang Vee selalu ikut sarapan dengan keluarganya.

"Adek nggak usah mandi deh ma, kemaren kan demam takutnya ntar malahan demam lagi." Sahut Amel tiba-tiba

"Acel mau mandi Kak..."

"Enggak usah dek! Ntar masuk angin lho."

"Tapi bau.."

Amel terkekeh melihat adik ipar kecilnya ini, lalu berjalan ke arah Acel.

"Gak bau nih...beneran. Nanti kakak kasih minyak telon yang banyak biar wangi.

Acel mengerucutkan bibirnya, tapi menuruti apa yang dibilang Amel.

Vee memperhatikan Acel yang sudah berganti pakaian dan duduk disebelah Amel. Menggunakan daster rumahan lucu bunga-bunga , rambut hitamnya dikuncir tinggi dan memakai jepitan kecil dipinggir.

"Acel sarapan roti?" Tanya Amel.
Acel mengangguk-angguk dan tersenyum lebar.

Vee melihat semuanya, interaksi Acel dan Amel. Melihat mereka yang begitu dekat, sudut kecil hatinya merasa sedikit tidak suka.

Tapi apa yang akan dia lakukan? Semuanya salah nya. Salah Vee yang menciptakan kebekuan dalam hatinya menghadapi Acel.

"Mama..."

"Mana papa?" Tanya Acel tiba-tiba.

"Papa kan pergi sayang. Kenapa? Adek kangen sama papa??" Tanya Rania

Rachel mengangguk sambil mengunyah rotinya dengan cemberut.

"Papa kapan pulang ma?" Tanya Raffa

"Gak tau ya mas, kata papa begitu urusannya selesai, papa langsung pulang gt."

"Revan jadi ikutan pulang?"

Pertanyaan Raffa membuat Vee mendongak menatap Kakaknya.

"Harusnya sih gitu mas, tapi ya gak tau lagi. Kaya kamu gak tau kelakuan adek kamu aja." Jawab Rania

"Heran deh sama tuh anak, betah banget di negara orang. Jangan-jangan bener lagi dia udah kawin disana makanya males balik." Sahut Raffa asal.

"Hush!! kamu ini, ya massa adek kamu nikah gak bilang-bilang mama." Kata Rania tertawa. Membuat Raffa dan Amel ikut tertawa.

Pembicaraan mereka terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu.

"Papa?" Acel melompat turun dari kursinya dan berlari menuju pintu utama.

"Dek!! Gak usah lari-lari !" Tegur Rania sedikit berteriak.

"Emang papa yang dateng?" Tanya Raffa

"Mama juga nggak tau." Rania berjalan menyusul Acel.

"Papaaaa........"

_______________________________________

 Dark Secret (Re-upload)Where stories live. Discover now