II

101K 6.3K 159
                                    


"Kak! Kakak jangan lari-lari sayang!" Vee berteriak sambil mengejar Ralisya yang berlarian dihalaman rumahnya.

Sekarang Vee dan Revan sudah menempati rumah mereka sendiri. Rumah yang bertahun-tahun lalu menjadi hadiah ulang tahun Vee dari Revan. Dan sekarang, mereka memutuskan menempatinya bersama anak-anak mereka. Meskipun awalnya Akbar dan Rania menolak mentah-mentah rencana itu.

Rania dan Akbar ingin anak-anak serta cucunya berkumpul dirumah besarnya. Namun semenjak usia Icha memasuki usia dua tahun, dua bulan yang lalu. Vee dan Revan memutuskan untuk menempati rumah mereka sendiri. Lagi pula disana sudah ada Raffa dan Amel dan juga anak-anaknya. Mama papanya tidak akan merasa kesepian.

"Nda...ayo main!" Icha menarik-narik ujung baju yang Vee kenakan.

"Bunda capek sayang. Udahan ya, nanti kakak main sama kak Acel."

"Kak Cel ndak da. mau cama nda." Vee menghela nafas panjang. Heni sedang pulang kampung dan lusa baru kembali. Sekarang Vee benar-benar keteteran jika tidak ada Heni.

"Kakak main sama Bi Asih aja ya? Bunda capek sayang!"

"Ndak mau, mau cama Nda."

Vee menghela nafas panjang, lalu berdiri hendak menggendong Icha.
Tetapi dua suara yang baru saja masuk pagar rumah mereka mengalihkan perhatian Icha. Membuat Vee yang tadi sudah berdiri kembali duduk dan bernafas lega.

"Sore adek kecil..." sapa Acel berjongkok menyapa adiknya yang berlari kecil kearahnya.

"Kak Cel main." Icha menarik tangan kakaknya berdiri.

"Kakak biar mandi dulu, kakak kan baru pulang sekolah sayang."

"Ayah...." Balita berusia dua tahun dua bulan itu dengan girang menghampiri sang ayah sambil merentangkan tangan meminta sang ayah menggendongnya

"Non mandi dulu gih! Abis gitu ayah yang mandi." perintah Revan pada Acel.

Kini perhatian nya terfokus pada Putri kecil dihadapannya itu.
"Kakak bikin bunda capek lagi ya?" Revan menggendong putrinya dan menghampiri Vee yang duduk dikursi rotan didepan rumah mereka.

"Apek??" Tanya Ralisya dengan suara lucunya. Revan tersenyum dan menepuk puncak kepala Putri kecilnya.

"Jangan bikin bunda capek lagi ya sayang, kasian dedek didalem perut bunda. Nanti dedeknya ikut capek." Revan mendudukkan Ralisya disamping Vee dan dirinya berjongkok didepan Vee sambil mengelus dan mencium perut buncit Vee. Ya, Vee sedang hamil dan memasuki bulan ke 5.

Ya, rencana tinggalah rencana. Dulu, mereka berencana menambah momongan jika usia Icha sudah genap tiga tahun, namun saat Icha belum genap dua tahun, Tuhan sudah kembali mempercayakan satu malaikat lagi dalam keluarga mereka.

"Adek? Sini? " Icha bertanya sambil ikut memegang perut Vee seperti Revan.

Revan dan Vee sama-sama tertawa.
"Iya, disini ada adeknya. Jadi kakak nggak boleh bikin bunda capek-capek, nanti adeknya ikutan capek."

Icha mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti.

"Ayah, main." Icha menarik Revan. Mengajak berlari dan meminta Revan untuk mengejarnya.

Vee tertawa geli. Icha memang beda dengan Acel. Saat kecil Acel suka sekali menggendong boneka dan bermain didalam rumah bersama Heni. Acel kecil sangat jarang sekali keluar rumah.

Tapi Icha, dia lebih suka bermain dihalaman rumah. Bermain kejar-kejaran dan bermain sesuka hatinya. Bahkan jika Bi Asih asisten rumah tangganya atau Heni sedang menyiram bunga, Icha akan dengan senang hati membantunya, bermain air menggunakan selang.

Vee memasuki rumah, meninggalkan Revan dan Icha yang sedang asik bermain.

Vee menghampiri Acel yang sedang sibuk merapikan ruangan kecil miliknya.

"Kak!" Acel menoleh ketika Vee memanggilnya.

"Sibuk banget deh, bunda sampe dicuekin." Vee duduk disofa yang berada di studio mini milik putrinya.
Revan menyiapkan satu ruang khusus dan lebar untuk dipakai menjadi studio kecil milik Acel. Tempat dimana anaknya itu latihan menari.

"Kenapa nggak minta bantuan ayah atau bunda aja kak?"

"Ayah lagi main sama adek bunda, nanti selesai main ayah pasti capek. Kakak nanti ngerepotin. Kalau bunda, kakak nggak mau bunda kecapekan, nanti adeknya ikut capek."

Vee menepuk sofa disebelahnya, mengisyaratkan Acel supaya duduk disampingnya. Vee beruntung punya anak seperti Acel, Acel bukan anak manja yang semua mengandalkan bantuan orang lain. Selagi dia bisa melakukan sendiri tanpa bantuan kedua orang tuanya, dia akan melakukan hal itu sendiri. Dia tau kapan waktunya dia akan manja denganya juga Revan. Dia tau kapan harus mengalah pada adik kecilnya, dan bahkan memikirkan tentang keadaan adik barunya yang masih dalam perut bundanya.

"Kakak sayang bunda." Acel memeluk pinggang Vee erat.

"Bunda juga sayang banget sama kakak."

"Jadi nggak ada yang sayang ayah?"
Revan muncul didepan pintu ruangan sambil menggendong Icha.

Acel berdiri dan memeluk perut sang ayah.

"Non sayanggg banget sama ayah."

Revan mencium kepala Acel lama.

"Tanyang Cha?" Icha bertanya dengan wajah polosnya. Membuat Revan dan Vee tertawa.

Vee berdiri dari sofa dan menghampiri suami serta kedua putrinya. Memeluk pinggang Revan dan leher Rachel, menyandarkan kepalanya pada Putri kecilnya.

"Bunda sayang kalian semua." Vee memejamkan mata dan tersenyum.

"Ayah juga sayang." Sahut Revan.

"Non juga sayang."

"Cha tayang uga."

Mereka semua tertawa mendengar Icha yang ikut mengungkapkan perasaannya.

____________________________________

 Dark Secret (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang