Chapter 5

654 76 0
                                    


Mion di bawa ke kamarnya di asrama, mereka tampak khawatir satu sama lain, sedari tadi mereka menenangkan Joshua yang sibuk menyalahkan dirinya.

Namun tiba–tiba pintu asrama terbuka dan menampilkan seorang lelaki yang sangat–sangat mereka kenal.

"Jackson!" seru Hoshi sembari berlari menghampiri lelaki itu.

Mereka—para senior—terlihat sangat senang melihat sahabat lama mereka dari pelatihan Anima dua tahun lalu.

"Sudah jadi orang sibuk jadi tidak ada waktu untuk kirim salam ke kita–kita disini, ya?" ujar Myungsoo sambil mengacak–acak rambut Jackson.

Jackson hanya tertawa pelan.

"Aku datang kesini karena Mrs. Velleron meminta DPS untuk datang dan akulah yang diutus untuk kesini."

Lelaki itu diminta duduk dan disuguhi banyak kudapan dari mereka, dan mereka saling berkenalan satu sama lain hingga Jackson jadi lupa waktu.

"Soal Mion ...." gumam Kino saat setelah Jackson mengatakan tujuannya untuk datang.

"Tidak banyak," jawab Kino tanpa basa–basi.

"Kami tau dia dari Indonesia tapi ayahnya orang Korea. Dia anaknya baik, dan pintar." Ucap Kino, wajar mereka satu tim.

Jackson mengernyit.

"Kenapa? kalian nggak sering mengobrol dengannya?"

Si Cheng yang menjawab, mengangkat bahunya.

"Kami tidak tau apa yang harus kami bicarakan padanya. Dia kan masih lima belas tahun tahun. Dia berbeda usia beberapa tahun lebih muda dariku."

Yang lain menggumamkan persetujuan. Jackson mengangguk–angguk frustasi.

"Jadi kalian tidak ada yang tau mengenai Mion? Sama sekali?"

Lisa mengangkat tangannya ragu–ragu. Jackson menunjuknya.

"Aku tidur di sebelah kamar Mion, aku pernah mendengarnya menjerit keras sekali pada hari pertama pelatihan. Sekali. Tapi aku sering mendengarnya berteriak–teriak pelan."

"Kau pernah menanyakan hal itu padanya?" tanya Jackson dan Lisa hanya menggeleng pelan.

"Apa yang ia katakan?"

"Keluar," bisik Lisa pelan.

"Keluar ... atau aku akan membunuhmu!"

Ucapan Lisa menyebarkan kedinginan yang membuat mereka tampak menggigil di samping perapian. Joshua menelan ludah, ia menunjuk Jimin yang mengangkat tangannya ragu–ragu.

"Kemarin malam, aku melihat Mion keluar dari kamar dan duduk di depan pintu asrama sambil berbicara sendiri. Lalu saat aku bertanya padanya, ia hanya menjawab, 'Aku mengenal seseorang sepertimu, dan dia sangat tidak baik', saat itu aku hanya diam."

"Sepertimu, maksudnya?"

Jimin menunduk, menelan ludah dengan gugup.

"Aku selalu merasa yang paling payah dan tidak bisa melakukan apapun dalam segala hal. Dan itu terkadang membuatku merasa gagal sendiri."

"Apa yang dikatakan Mion? Siapa orang yang dimaksudnya?" kata Jackson.

Jimin mengangkat bahu.

"Aku tidak tau. Dia tidak mengatakan apa–apa."

Jackson tampak berfikir, mengernyit hingga kerutan di dahinya tampak seperti kemeja yang kusut.

"Mungkin aku akan menginap beberapa malam," katanya pelan, berdiri.

[Book 1] Anima : Ark of Sinners [Complete]Where stories live. Discover now