Chapter 16

518 62 0
                                    

Jungkook terusik dari tidurnya, beberapa hari ini terganggung dengan adanya sebuah mimpi buruk.
Lelaki itu berkeringat dingin dan bergumam pada angin dan kegelapan dengan mata tertutup rapat.

Dalam mimpinya ia melihat kehancuran, api dan ketakutan.

Perlahan namun pasti barang-barang di sekitar Jungkook, seperti; lampu tidur, meja, buku dan lain-lain melayang diudara. Kirin terbangun, dengan mata tajamnya ia melihat seluruh benda berterbangan diudara.

Ia berdiri dan menghampiri ranjang Jungkook, mengendus pemiliknya dan memekik tidak terlalu keras namun cukup membuat Jungkook terbangun.

Seluruh barang-barang yang melayang mendadak jatuh dan kembali seperti semula, Jungkook melihat benda-benda itu dengan gusar. Ia bahkan mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, sementara Kirin menatapnya khawatir.

Jam masih menunjukkan pukul dua malam, tentu saja asrama sudah sepi karena para penjaga asrama yang diciptakan Mr. Banburus sudah sedari tadi berjalan mengelilingi bangunan asrama.

Jungkook sudah tidak bisa tidur, atau lebih tepatnya, ia tidak berani untuk kembali memejamkan matanya. Karena beberapa hari ini ia selalu dihantui oleh mimpi buruk yang mengerikan.

Ia beranjak turun dan keluar dari dalam kamarnya untuk mengambil segelas air, ia merasa sedikit haus.
Untuk menuju dapur ia hanya perlu berjalan lurus dan melewati kamar-kamar para siswi.

Namun ia melihat kamar Mion yang lampunya masih menyala dengan pintu yang belum tertutup sepenuhnya, lelaki itu hendak mengintip tetapi buru-buru ia tepis keinginan tersebut.

Berpikir pasti Mion lupa menutup pintu atau apapun yang positif.

Jungkook menutup pintunya kembali dengan hati-hati kemudian kembali berjalan menuju dapur. Ia meminum dua gelas air dan juga membasuh wajahnya di westafel.

Sementara itu di ujung yakni teras asrama Jungkook mendengar sebuah suara yang samar-samar namun jelas.
Lelaki itu menatap pantulan dirinya di kaca westafel kamudian mengelapnya kasar, ia penasaran akan suara itu.

Iapun berjalan menuju teras asrama dan melihat Mion tengah duduk disana sambil berbicara sendiri.

"Aku tidak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi ... kenapa ibuku tidak memberitau padaku tentang semua itu, hiks."

Jungkook mendengar suara tangisan pelan dan sesenggukan kecil, ia begitu yakin bahwa Mion sedang menangis.

"Pantas saja orang itu ingin membunuhku, rupanya ... rupanya ...."

"Rupanya apa?"

Mion terlonjak kaget, buru-buru ia menghapus air matanya sebelum menoleh kearah Jungkook. Meskipun begitu Jungkook tau bahwa Mion habis menangis.

"Belum tidur?" tanya Jungkook dan dijawab anggukan dari Mion.

"Sepertinya kau sedang banyak pikiran. Tidak mau cerita denganku?" lagi-lagi Jungkook harus memancing pembicaraan.

Jungkook melihatnya menggeleng, ia tau bahwa lagi-lagi Mion tengah menyembunyikan sesuatu. Lelaki itu mendengus, ia menatap langit, rupanya pada jam dua malam tidak ada bintang yang terlihat lagi.

"Kau tau? Anima diselubungi sihir untuk menerjemahkan bahasa," Jungkook menoleh dan tersenyum pada Mion.

"Makanya kita bisa mengerti bahasa satu sama lain, meskipun aku bicara dengan bahasa Korea atau kau bicara dengan bahasa Indonesia tapi kita masih bisa mengerti bahasa satu sama lain. Bukankah itu menarik?"

Mion hanya mengangguk-angguk pelan, ia tidak menjawab omongan Jungkook sama sekali layaknya patung. Dengan gemas lelaki itu mencubit pipi kanan Mion.

[Book 1] Anima : Ark of Sinners [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang