AKU 1

174K 7.4K 702
                                    

Biasanya di pagi hari orang yang normal akan menikmati sarapannya dengan canda tawa bersama keluarganya, atau bagi beberapa keluarga yang menghargai sopan santun hanya ada suara dentingan sendok yang terdengar di meja makan mereka. Namun, sayangnya hal itu tidak berlaku untuk gadis bernama Vidia. Terlahir sebagai seorang indigo membuatnya harus rela melihat mereka yang tak kasat mata setiap saat. Seperti saat ini misalnya, ia harus rela mendengar pertengkaran Lola—hantu rumahnya—dengan hantu yang tinggal di rumah tetangganya. Mereka bertengkar karena memperebutkan hantu berparas tampan yang baru saja menempati lapangan di komplek perumahannya.

"Dia punya gue ya!!"

"Enak banget ya tuh rahang ngomong. Jelas-jelas dia lebih suka sama gue, berarti dia milik gue! Dasar kecentilan!" gertak Lola tidak kalah sengit dengan tangan yang berkacak pinggang.

"Sayang dimakan dong sarapannya, jangan ngelamun terus," ujar Mirna--nenek Vidia yang dari tadi terus melihat cucunya yang memandang ke arah depan dengan pandangan lelah, "nanti keburu dingin makanannya."

Vidia tersenyum kecil mendengar teguran dari neneknya, lalu kembali memakan sarapannya. Takberapa lama kemudian ia mengangkat kepalanya kembali dan memandang wanita tua yang ada di hadapannya, ia sedang makan dengan tenang. Vidia tersenyum, ia sangat menyayangi neneknya.

Sekedar informasi Vidia hanya tinggal berdua dengan neneknya, karena Orangtuanya telah meninggal saat ia masih duduk di bangku SMP. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil. Sebenarnya, Vidia memiliki Kakak laki-laki yang bernama Dhirga. Kakak laki-lakinya itu meninggalkan rumah sejak kematian orangtua mereka dan memilih tinggal secara mandiri di sebuah apartemen, ia benar-benar terpukul dengan kepergian orangtua mereka. Bahkan sejak saat itu kakaknya selalu menyibukkan diri dengan mengurus perusahaan peninggalan ayah mereka guna mengalihkan kesedihannya yang mendalam dan karena kesibukannya itu mereka jarang bertemu, berhubungan pun jarang.

"Aku berangkat dulu ya, Nek," ucap Vidia kemudian mencium tangan neneknya, "takutnya nanti telat."

Nenek tersenyum, kemudian Vidia bergegas keluar rumah dan memasuki mobil yang sudah menunggunya sejak tadi di depan rumah.

"Ayo pak cepetan!" ucap Vidia buru-buru, hari ini adalah hari pertamanya masuk SMA dan demi apapun ia tidak boleh terlambat, "nanti telat."

"Inikan masih jam enam kurang, non." Pak Juki—sopirnya yang mulai menghidupkan mesin mobil.
"Inikan hari pertama Pak, nggak ada salahnya kan menghindar dari masalah." Vidia membela diri, sedetik kemudian ia menyenderkan tubuhnya ke jendela mobil dan menikmati pemandangan di luar.

Melihat respon majikannya Pak Juki hanya menghela napas kemudian ia memfokuskan diri pada kemudi. Majikannya yang satu ini memang unik, dari sejak ia bekerja di rumah ini nonanya itu lebih sering berada di kamar ketimbang bermain dengan teman sebayanya. Hal itu yang membuat majikan mudanya itu tak memiliki banyak teman diusianya yang memasuki masa SMA.

Selang lima belas menit Pak Juki menghentikan mobil di depan sebuah bangunan SMA.

"Udah sampai, Non." Vidia tersentak kaget mendengar ucapan Pak Juki lalu melihat ke sekeliling. Ah, ternyata tadi ia melamun. Entah kenapa belakang ini ia sering melamun, mungkin itu karena ia sedang merindukan Ayah dan Ibunya yang sudah tenang di alam lain. Vidia kemudian bergegas keluar dari mobil dan berjalan ke arah gerbang sekolah.

Sekolah barunya—SMA Pelita Jakarta masih terlihat sepi, hanya ada beberapa anak terlihat yang berpakaian serupa seperti dirinya. Memakai seragam SMP, rambut di kuncir dua dengan pita besar warna merah dan papan nama sebesar nampan di dada.

Vidia berdiri sejenak sebelum memasuki sekolah barunya, ia mengedarkan pandangannya untuk mengamati keadaan. Pandangannya tiba-tiba saja terhenti di satu titik saat matanya menemukan sosok yang tak kasat mata. Entah itu keberuntungan atau kesialan tiba-tiba pandangannya bertemu dengan sosok astral tersebut. Cepat-cepat dia segera masuk ke dalam sekolah. Vidia sedang dalam keadaan tak ingin mengobrol dengan sosok astral.

AKUWhere stories live. Discover now