AKU 16

44K 2.8K 49
                                    

Vidia bergegas menuju kamar rawat Ara ketika begitu sampai di rumah sakit. Langkahnya begitu cepat hingga menarik beberapa perhatian orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Untuk saat ini, Vidia sama sekali tidak akan memikirkan bagaimana orang lain memandang aneh pada dirinya, karena demi apapun nyawa Ara lebih penting dari itu semua. Vidia hampir mencapai koridor yang akan membawanya ke kamar rawat Ara ketika sebuah suara yang cukup familiar memanggil dari jarak yang cukup dekat.

"Vidia."

Reflek Vidia menoleh kemudian mendapati seseorang yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu. Sosok itu adalah salah satu indigo yang bekerja sebagai dokter yang ditemuinya di kafe beberapa hari yang lalu. Sungguh sebuah kebetulan mereka bertemu di saat seperti ini. Di saat yang mana tidak tepat sama sekali.

"Om Dony."

Dony yang namanya baru disebut mendekati gadis berseragam SMA yang berdiri tak jauh darinya.

"Selamat sore, Om. Om kerja di sini?"

Sebuah pertanyaan yang sangat bodoh karena sungguh Vidia dapat melihat dengan jelas Dony memakai jas putih dokternya dan sebuah stetoskop terkalung di lehernya. Pria itu semakin mendekat lantas kemudian tersenyum ke arahnya.

"Iya. Kamu sendiri ngapain di sini? Ada teman kamu yang sakit?"

Wajah Vidia seketika berubah muram mendengarnya dan itu langsung menarik perhatian Dony. Pria itu mengangkat salah satu alisnya dan menatap gadis di depannya penuh selidik.

"Temen aku koma, dia akan dijemput malaikat jam delapan malam nanti. Aku nggak mau kehilangan temenku, jadi aku mau bujukin dia untuk nggak pergi." Vidia menjelaskan, membuat Dony langsung paham situasi gadis itu.

"Jadi begitu? Kamu butuh bantuan, Om? Siapa tahu Om bisa bantu.'

Vidia segera menggeleng. "Nggak, Om. Kalau gitu aku permisi dulu."

Dony tersenyum sambil mengangguk mengerti. "Yaudah kalau gi—"

"Vid."

Seseorang yang lain manggil Vidia dan membuat ia menoleh. Di sana ada Jennie yang melangkah dengan cepat ke arahnya. Gadis itu masih memakai seragam sekolahnya sama seperti dirinya. Jadi kemungkinan besar Jennie langsung datang ke sini setelah dari sekolah.

"Jennie? Ngapain lo di sini?"

"Perasaan gue nggak enak tentang Ara, jadi gue ke sini buat mastiin dia bakal baik-baik aja."

Vidia tersenyum senang mendengar penuturan Jennie. Semoga saja kepedulian yang mereka berikan pada Ara bisa membuat gadis itu berubah pikiran dan tidak membuat banyak orang sedih karena kepergiannya.

"Kalau gitu aku permisi dulu, Om. Selamat sore." Vidia berpamitan pada Dony lalu setelahnya dengan cepat meraih tangan Jennie menuju kamar rawat Ara.

"Gue terlupakan," ujar Dony yang sedang berdiri di tengah-tengah tengah koridor rumah sakit. Keberadaan banyak orang yang berjalan di sekitarnya membaut keadaan begitu dramatis dan entah kenapa membuat Dony mendadak mellow.

"Dari pada gue sedih gini, mendingan gue ngerumpi sama hantu di kamar mayat."

Dengan langkah ringan Dony beranjak dari tempatnya berdiri dan melangkah kembali ke koridor. Sesekali ia tersenyum untuk menyapa dokter lain, perawat, ataupun pasien yang dijumpainya sebelum akhirnya berakhir di kamar mayat.

***

"Kalian!"

Ara tampak terkejut ketika melihat Vidia dan Jennie menghampiri dirinya yang sedang melayang di depan kamar rawatnya. Gadis yang sedang dalam keadaan koma itu tidak tahu harus melakukan apa setelah tadi sempat berkeliling di sekitar rumah sakit. Ara tadi sempat mengobrol dengan beberapa hantu yang kemudian selalu diakhiri dengan air mata yang membasahi wajahnya.

AKUWhere stories live. Discover now