AKU 8

57.8K 3.7K 127
                                    


Begitu bel pulang sekolah berbunyi Vidia dengan cepat mengemasi buku-bukunya dan segera pulang. Dia sangat lelah dengan kejadian yang dialaminya di sekolah hari ini.

"Vid, gue pulang dulu, ya? Tapi ... ngomong-ngomong lo kapan mau ngejenguk Ara?" Jennie melihat ke arah Vidia sejenak kemudian kembali memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Mungkin besok."

"Gue ikut, ya? Gue merasa bersalah karena ngejekin dia terus," ucap Jennie dengan wajah bersalahnya.

"Oke, besok sepulang sekolah kita jengukin dia," ucap Vidia lalu segera berdiri dan bersiap untuk keluar kelas.

"Duluan, ya?" Vidia kemudian meninggalkan Jennie sambil melambaikan tangan kanannya sebagai tanda perpisahan.

"Vidia!"

Seseorang memanggilnya saat ia berjalan di halaman depan sekolah. Dengan gerakan spontan Vidia menoleh. Beberapa meter dari tempatnya berdiri ia mendapati Edward yang melambaikan tangan ke arahnya. Vidia mengerutkan dahinya sebentar hingga kemudian tersadar kalau foto milik Edward masih ada pada dirinya. Gadis itu kemudian mengambil selembar foto yang ada di tasnya tanpa tahu apa sebenarnya tujuan Edward menemuinya.

"Ini." Vidia memberikan foto milik Edward ketika sang pemilik sampai di depannya. Melihat apa yang dilakukan Vidia ketika ia sampai di depannya Edward memasang ekspresi bingung.

"Lo mau ngambil ini, kan?" Lanjut Vidia karena melihat tak ada respon dari yang diberikan laki-laki bertubuh jangkung itu.

"Iya, tapi gue pengen ngomong sama lo soal sabtu kemaren." Edward mulai membahas tujuannya ke sini dan kemudian tangan kanannya mengambil foto yang disodorkan Vidia.

"Oh, apaan?"

"Gue percaya sama lo," ucap Edward terkesan tidak nyambung, karena bingung harus mulai dari mana. Laki-laki itu bukan orang yang pandai mengawali pembicaraan jika menyangkut hal-hal aneh semacam hal yang menyangkut dunia lain yang ada di luar kemampuan mata manusia untuk melihat.

"Maksud lo apaan, ya? Kok gue nggak ngeh." Vidia memasang wajah bingung, ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud Edward.

Edward menghela nafasnya panjang. "Tolong bawa gue ke abang gue."

"Oh ... itu. Kalau gitu ayo, mumpung pak Juki belum njemput." Vidia berjalan mendahului Edward, berharap jika Kakak kelasnya itu mengikuti langkah kakinya.

Semudah itu?

Walau Edward sempat kebingungan dengan jawaban Vidia, tapi akhirnya ia memilih tidak banyak berkomentar. Laki-laki itu diam saja saat Vidia memimpin jalan hingga  akhirnya langkah kaki gadis itu terhenti yang otomatis membuat langkah kakinya juga terhenti.

"Ngapain kita di sini?" tanya Edward bingung karena gadis yang ada di sampingnya itu berhenti di depan gerbang sekolah.

"Untung sekolah udah sepi, Shawn sini!" Vidia mengabaikan perkataan Edward dan memanggil seseorang yang sama sekali tidak bisa ia lihat.

"Lo manggil siapa?"

"Udah. Nanti juga lo tahu."

"Mana tangan lo?"

"Ngapain?" tanya Edward masih tidak memahami apa yang akan dilakukan adik kelasnya itu.

"Mau dibantuin apa nggak?" Tanpa menunggu persetujuan Vidia menggandeng tangan Edward. Laki-laki itu akhirnya hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Vidia.

Saat ia melihat ke arah depan Edward membulatkan mata selebar yang ia bisa, ia sama sekali tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. "Bang Niall," gumam Edward.

AKUWhere stories live. Discover now