AKU 25

38.5K 2.8K 112
                                    

Sesuai dengan janjinya pada Aro, saat ini Vidia sedang berada di restoran yang khusus menyediakan ramen. Restoran itu kental dengan nuansa Jepang yang sesaat membaut gadis itu mengingat salah satu serial anime yang sangat digemari di kalangan banyak. Vidia memandang ke arah Aro yang sedang lahap memakan ramen dengan porsi besar. Melihat ukuran mangkuk ramennya saja membuat Vidia pusing, benar-benar besar.

"Kamu nggak makan?"

Aro berhenti makan dan menatap Vidia yang duduk di depannya. Gadis itu seperti biasa tampak diam saja, hanya saja raut gelisah gadis itu jelas bukan hal yang biasa.

"Nggak."

"Kenapa?"

"Kenyang."

"Udah makan, ya?"

"Belum, tapi lihat kamu makan aja aku juga udah kenyang."

Aro manggut-manggut. "Aku baru tahu ada yang seperti itu, apa semua manusia seperti kamu?"

Mendengar jawaban Aro, membuat Vidia memutar bola matanya karena jengah dengan tingkah malaikat maut yang ada di depannya. Seharusnya malaikat maut punya kapasitas otak yang cukup untuk memahami kata-katanya.

"Lebih baik kau habiskan saja makananmu."

"Ide bagus. Baru saja akan kulakukan, tapi kamu mengatakannya lebih dulu," kata Aro yang setelah itu menghabiskan mie ramen yang masih tersisa di dalam mangkuknya.

Suasana kembali hening. Aro fokus pada mangkuk yang ada di depannya, dan Vidia yang sibuk memperhatikan sekeliling restoran yang tampak tidak terlalu ramai. Namun entah kenapa, tiba-tiba Edward masuk ke pikirannya. Hal itu membuatnya gusar, Vidia merasa tidak enak hati karena belum menjawab pernyataan Edward. Tapi yang yang terus gadis itu pikirkan adalah, kenapa harus tiga hari? Memangnya setelah tiga hari ia akan kemana?

Menyerah dengan pertanyaan yang terus muncul dalam benaknya dan tak kunjung mendapat jawaban, Vidia menatap ke arah Aro.

"Boleh tanya nggak?" tanya Vidia yang sebenarnya hanya iseng, setidaknya ini lebih baik dari pada hanya diam memandang Aro makan. Aro mengangguk merespon, ia sedang menyeruput mie-nya dengan sumpit.

"Menurut kamu ... cinta itu gimana?"

Aro mengunyah dan menelan mienya terlebih dahulu, setelah itu ia menatap ke arah Vidia. Matanya memandang Vidia dengan aneh seakan apa yang baru saja dikatakan adalah hal teraneh. Malaikat itu menggerakkan kursinya dengan tidak nyaman sembari terus menatap Vidia.

"Aku tak begitu tahu tentang cinta, tapi dari apa yang aku amati dari kehidupan manusia. Saat orang yang jatuh cinta bertemu dengan orang yang ia cintai, jantung mereka akan berdebar dengan lebih cepat. Para manusia biasan menyebutnya dengan deg degan, atau dag dig dug." Aro menjelaskan. "Seharusnya kamu tahu itu, kan?"

Vidia diam tak merespon penjelasan yang baru dilontarkan Aro. Gadis itu benar-benar sedang memikirkan perkataan yang baru saja diucapkan malaikat maut yang ada di depannya

"Kalau cinta menurut makhluk seperti kamu apa?"

Aro terlihat berpikir, kemudian kembali menatap Vidia. "Entahlah, kau tahu kan malaikat tidak punya nafsu semacam itu."

"Benar juga." Vidia membalas dengan wajah murung.

Aro menyandarkan kepalanya pada tangan kanannya yang bertumpu di atas meja. "Memangnya ada apa kamu bertanya semacam itu? Kamu sedang jatuh cinta?"

Entah kenapa Vidia langsung terlihat gugup saat mendengar pertanyaan Aro. Dan bagi Aro itu sudah menjelaskan semuanya.

"Ng ... nggak, emang siapa yang lagi jatuh cinta?"

AKUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora